spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dinkes Kaltim Fokuskan Penurunan Prevalensi Stunting di Kabupaten Kukar

SAMARINDA – Seusai mengisi acara “Overview SKI Tahun 2023 dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024 Provinsi Kalimantan Timur,” beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, mencoba memfokuskan penurunan angka stunting di Kalimantan Timur khususnya pada Kabupaten yang memiliki prevalensi paling tinggi.

“Di Kukar tahun lalu angka stuntingnya mencapai 27 persen, paling tinggi di antara Kabupaten/Kota yang lain. Ternyata angka BBLRnya juga paling tinggi dari 3.600 angka kelahiran, di Kukar kemarin itu tercatat 903 anak berat badannya rendah,” jelas Jaya Mualimin.

Berbeda dengan angka di Kabupaten/Kota yang lain, di Samarinda sendiri 596 kasus berat badan lahir rendah (BBLR) sedangkan di kota lain hanya 80 – 100 kasus saja. Bagi Jaya, salah satu penyebab dari naiknya angka stunting adalah dengan banyaknya kasus BBLR di Provinsi Kalimantan Timur. Maka dari itu ia menekankan pencegahan stunting dari proses kehamilan hingga kelahiran.

“Makanya dalam analisis angka stunting, berat badan lahir rendah itu punya kontribusi untuk meningkatkan angka stunting di antara 18,5 sampai 20,5 persen,” lanjutnya.

Target penurunan angka stunting di Kalimantan Timur sendiri ialah sebesar 12,5 persen dari yang ercatat kasus stunting di Kalimantan Timur sebanyak 29,1 persen, angka yang lumayan besar dengan target yang besar pula.

Oleh karena itu, Jaya memfokuskan penurunan angka stunting di Kabupaten Kutai Kartanegara, sebagai Kabupaten yang paling besar menyumbang kasus stunting.

Lebih lanjut, Jaya memaparkan program ke depan untuk mencegah angka stunting. Ia bersama pihaknya akan melakukan survei untuk datang ke rumah-rumah menanyakan umur kehamilan lalu memperkirakan kelahirannya. Kemudian akan melakukan pemeriksaan rutin terhadap batita atau balita hingga melakukan pendampingan gizi dan lain-lain. Perkiraannya program itu akan dilaksanakan pada Juli tahun ini.

“Di tiga bulan ini yang akan disurvei adalah bayi yang baru lahir, balita yang umur 1 – 5 tahun. Kepada mereka kami akan melakukan pendampingan. Karena pencegahan stunting jauh lebih baik mengobati,” terangnya.

Jaya juga akan meminta data dari setiap pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan minimal 6 kali dalam siklus kehamilan. Yang nantinya juga ada USG secara gratis yang diberlakukan oleh Din Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Semua itu dilakukan demi dapat menurunkan angka stunting lebih-lebih demi menyongsong Indonesia Emas 2045. (Adv/ Dinkes Kaltim)

Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti