spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Gali Kebudayaan Nusantara, Otorita IKN Gelar FGD Penyusunan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan

NUSANTARA – Dalam rangka penyusunan Rencana Induk (Renduk) Pemajuan Kebudayaan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Otorita IKN menyelenggarakan serangkaian Focus Group Discussion (FGD) yang dipimpin oleh Direktorat Kebudayaan, Budaya, dan Ekonomi Kreatif di bawah Kedeputian Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat. Kegiatan ini mengundang partisipasi dari tokoh adat, pelaku budaya di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), dan para pakar kebudayaan untuk berkontribusi dalam diskusi.

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, yakni mulai 3-4 April 2024 ,l di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan.  Tujuan dari FGD ini adalah untuk menghimpun berbagai masukan dan perspektif yang akan menjadi dasar dalam menyusun Renduk Pemajuan Kebudayaan di IKN, sekaligus memperkaya konten dan arah kebijakan pemajuan kebudayaan.

“FGD Penyusunan Renduk ini kelak bisa dijadikan sebagai pedoman bagi Otorita IKN untuk penyusunan program untuk mengembangkan kebudayaan di IKN, serta strategi yang akan disusun dalam kebijakan kebudayaan di Nusantara,” ujar Direktur Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Muhsin Palinrungi ketika membuka kegiatan.

Dalam FGD itu, Muhsin menegaskan pentingnya pemahaman bersama terhadap Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. UU ini mengakui dan menghormati keberadaan lebih dari 700 budaya yang ada di Indonesia, menunjukkan kekayaan dan keragaman budaya bangsa yang perlu dipromosikan dan dilestarikan secara aktif oleh semua pihak.

Meskipun pada kesempatan FGD kali ini tidak memungkinkan untuk mengundang semua pihak yang terlibat, kehadiran para peserta yang mewakili berbagai suku dari Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi sangat penting. Hal ini guna memastikan bahwa diskusi mengenai Penyusunan Rencana Induk (Renduk) Pemajuan Kebudayaan di Ibu Kota Nusantara (IKN) mencakup perspektif yang beragam dan kaya. Dengan demikian, kita dapat menggarap Renduk yang inklusif dan mencerminkan kekayaan budaya yang ada, sekaligus mendorong pemajuan kebudayaan yang berkelanjutan di IKN.

“Kami berharap kehadirannya dapat memberikan pemikiran dan kontribusi yang konstruktif dalam pemajuan kebudayaan di IKN,” harapnya.

Selain itu, Muhsin menambahkan, Otorita IKN memiliki harapan bahwa perwakilan dari dua kabupaten, yaitu Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara (PPU), dapat menyampaikan poin-poin utama dari pemikiran mereka terkait dengan pemajuan kebudayaan di Nusantara. Diharapkan, melalui kontribusi pemikiran ini, kebudayaan di Nusantara akan mengalami perkembangan yang signifikan.

“Tentu kebudayaan lokal juga bisa dikombinasikan dengan budaya Nasional. Sehingga kita dapat mewujudkan kota Nusantara sebagai kota dunia yang layak huni,” terangnya.

Muhsin juga menambahkan bahwa diharapkan kebudayaan lokal juga dapat berperan aktif dalam momentum ini. Berbagai suku di Kalimantan Timur (Kaltim) diundang untuk berpartisipasi dan menampilkan kesenian mereka dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2024, yang untuk pertama kalinya akan diselenggarakan di Nusantara.

Pada kesempatan yang sama, Sastri Sunastri, mewakili sektor rumpun ilmu Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, menyatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan penelitian yang berfokus pada rumah program tentang identitas kebudayaan dan peradaban Nusantara. Hasil riset ini sangatlah beragam, termasuk kisah-kisah mengenai upaya pelestarian budaya di Sepaku.

Dalam penelitian tersebut, terungkap berbagai cerita rakyat yang melibatkan suku Dayak, serta masyarakat Balik dan Paser. Kisah-kisah ini merefleksikan identitas komunal masyarakat setempat, termasuk legenda-legenda mengenai asal-usul dan tradisi perkawinan mereka.

“Penelitian ini menggunakan Natural Research Processing. Kami menemukan. Hasilnya ada beberapa nama suku dan wilayah, dan Toponimi Desa/Dusun berbasis pendekatan linguistik dan tradisi lisan,” jelasnya.

Tim penelitian telah mengkaji vitalitas dan upaya pemertahanan Bahasa Dusun di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, dalam konteks upaya penguatan identitas bangsa di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bahasa Dusun berada dalam kondisi yang terancam punah.

Selain itu, hasil penelitian lain yang berfokus di wilayah Kalimantan Timur mencakup berbagai topik, seperti pelestarian warisan budaya tak benda terkait dengan pembangunan IKN, dilema yang dihadapi oleh minoritas muslim Tionghoa di Kalimantan Barat, upaya menjaga kontinuitas nilai budaya serta transformasinya dalam rangka membentuk identitas IKN.

Penelitian juga mengungkap pola spatial dan temporal peninggalan kerajaan Islam di IKN, yang menurut para arkeolog, menegaskan pentingnya wilayah Kalimantan karena penemuan-penemuan arkeologi tertua. Diketahui bahwa tanah di IKN lebih tua dibandingkan dengan tanah di Pulau Jawa. Menariknya, bahasa Melayu, yang termasuk dalam rumpun Austronesia, tercatat telah menyebar melalui Pulau Kalimantan terlebih dahulu.

“Identifikasi proses komunikasi kepala Adat dalam pemecahan konflik Budaya Di PPU, ditemukan Story Comics makam keramat, Bagaimana cerita rakyat dapat menjadi arah pengembangan kreatif bidang wisata. Lalu ada multikulturalisme peradaban nusantara masa lalu. Bagaimana terbentuknya identitas Kaltim, dengan memverifikasi bidang sosiologis dan virologis,” pungkasnya. (*/rls)

Pewarta : Nur Robbi
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti