SAMARINDA – Ramadan biasanya disambut dengan kegembiraan, tetapi tidak bagi pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Pasar Pagi. Kebijakan Pemerintah Kota Samarinda untuk merevitalisasi Pasar Pagi, menyisakan pilu di hati mereka.
Kurangnya pengunjung sangat dirasakan, sehingga mengakibatkan kegundahan perihal pendapatan yang menurun, apalagi mendekati Ramadan seperti saat ini.
Sejak tahun lalu pemerintah gencar melakukan pembangunan ulang Pasar Pagi. Kebijakan ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak, namun kendati demikian, pengerjaan Pasar Pagi terus dilangsungkan.
Salah satu PKL saat ditemui pada Sabtu (9/3/2024), mengeluhkan penurunan pendapatan yang pesat yang merupakan dampak dari pembangunan ulang di Pasar Pagi.
“Tahun kemarin memang beda dengan tahun ini, sepi dan hari-hari modal susah kembali,” ucap Wijayanti salah satu PKL di kawasan Pasar Pagi.
Berbeda dengan Wijiyanti, Patimin yang sudah berjualan sejak tahun 1982, merasa Ramadan tahun ini akan semakin suram. Melihat bagaimana pengunjung yang datang semakin berkurang, Patimin hanya bisa pasrah menghadapi keadaan geliat jual beli di kawasan Pasar Pagi.
“Ini hanya 25 persen aja, kerugiannya terasa sekali. Biasanya saya jual jeruk, mangga atau buah lain itu laku keras. Kalau sekarang ada ya Alhamdulillah,” ujar Patimin.
Pengaruh revitalisasi Pasar Pagi terus dikhawatirkan oleh pedagang kaki lima. Sebagai pelaku utama jual beli di sekitaran Pasar Pagi, mereka terus berusaha berjualan meski dalam bayang-bayang kerugian.
Seorang pedagang yang tak ingin disebutkan namanya, berharap revitalisasi Pasar Pagi bisa selesai secepatnya. Maka ia dengan pedagang yang lain bisa lepas dari bayang-bayang kerugian yang semakin hari semakin mengisi kekhawatiran mereka.
“Kalau bisa secepatnya selesai. Habis itu bisa kembali seperti semula, kalau begini saya bisa-bisa rugi terus,” terangnya.
Walaupun dalam keadaan yang menghimpit PKL, mereka tetap bertahan berjualan di sekitaran Pasar Pagi. Karena bagi mereka di situlah tempat mereka mendulang rupiah. Jika memang sekiranya harus pindah, mereka tidak tahu harus ke mana.
“Mau tidak mau saya tetap harus bertahan. Kalaupun pindah saya tidak tahu harus ke mana. Harapannya ini bisa selesai secepatnya, biar bisa seperti dulu,” pangkasnya.
Penargetan penyelesaian revitalisasi terus digaungkan oleh pemerintah kota. Apakah ini menjadi langkah yang baik atau buruk bagi PKL di sekitaran Pasar Pagi, merekapun tidak ada yang tahu. Yang jelas, kembalinya geliat keramaian Pasar Pagi masih menjadi harapan untuk PKL.
Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R