SAMARINDA – Jarum jam bergerak pelan ke angka 11 ketika seorang perempuan berjilbab hitam memasuki teras klinik Universitas Mulawarman. Seorang perempuan berbaju hazmat mengarahkannya duduk di bangku berwarna abu-abu lalu memintanya mendongakkan kepala. Alat tes usap kemudian dimasukkan ke hidung si perempuan ini dan dikeluarkan dalam sekejap. Proses tersebut selesai kurang 4 menit sejak mengantre.
Ratusan peserta Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK), Senin (12/4/2021), mengantre mengikuti rapid test swab antigen di klinik Universitas Mulawarman (Unmul). Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Unmul, dr Nathaniel Tandirogang mengatakan bahwa tes merupakan persyaratan wajib bagi peserta sebelum mengikuti ujian.
Tes sebenarnya boleh dilakukan di mana saja. Asal terdaftar dalam jejaring laboratorium nasional. Hal ini diperlukan sebagai langkah mengantisipasi penyebaran Covid-19 di Kaltim yang sampai saat ini masih jauh usai.
“Sebagai komitmen kami pula melaksanakan UTBK dengan protokol kesehatan ketat,” ucapnya ditemui kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, di sela-sela kegiatan.
Dari total 9.382 peserta UTBK, sekitar 900 pendaftar telah dites dalam kurun tiga hari. “Pendaftar memang wajib mengikuti tes maksimal 3 hari sebelum ujian. Jadi hari ini dan dua hari ke depan kami prediksi akan semakin banyak yang datang. Jumlah yang mengikuti tes tidak kami batasi dalam sehari,” sambungnya.
Tes terlaksana sejak Jumat (9/4/2021), dilakukan hingga 30 April mendatang. Terbagi dalam dua termin sesuai waktu ujian yang dilaksanakan dalam dua gelombang. Yakni 12-18 April dan 24 April hingga 1 Mei 2021.
Dilanjutkan Nathaniel, mereka yang mendapat hasil rapid test reaktif akan dipanggil ke klinik dan langsung mengikuti swab test. Jika positif, peserta diarahkan isolasi diri selama 14 hari.
Dari ratusan yang telah dites, sembilan pendaftar terkonfirmasi positif Covid-19. Kesembilannya pun dipastikan gagal mengikuti tes UTBK.
“Jadi tidak bisa mengikuti (tes) hari itu. Ke depannya seperti apa, itu keputusan pusat. Tapi laporannya kami sampaikan,” bebernya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof Mustofa Agung Sardjono, menyampaikan bahwa keputusan boleh tidaknya pendaftar kembali mengikuti tes setelah terkonfirmasi positif Covid-19, berada di tangan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Unmul sebagai kampus pelaksana, hanya mengikuti regulasi. “Tapi jika dilihat dari jadwal yang ada, memang tidak ada UTBK susulan,” ucapnya.
Oleh karena itu, Prof Mustofa juga mengimbau para pendaftar menjaga kondisi fisik dan kesehatan menjelang pelaksanaan tes. Dia turut bersedih jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada peserta UTBK.
Selain peserta, pengawas UTBK juga wajib mengikuti tes. Totalnya ada 766 orang pengawas. Ruangan tes sebutnya pun dikondisikan. Seluruh ruangan juga harus menggunakan standar air conditioner. “Tidak boleh berkipas,” ucapnya.
Selain tes, peserta diwajibkan mengisi kuesioner Satgas Covid-19 Unmul sebagai skrining awal kondisi kesehatan peserta dan pengawas UTBK. Dua dokter sedia setiap hari di klinik Unmul dengan satu perawat disiapkan di tiap lokasi ujian. Total ada 10 titik dan 23 ruangan. Semuanya terletak di kampus Jalan Kuaro, Kelurahan Gunung Kelua.
Hanya Terima 3.500 Mahasiswa
Adapun waktu ujian dibagi tiga sesi. Yakni pagi, siang dan sore. Dibagi berdasar rumpun keilmuan program studi (prodi) yang dipilih pendaftar. Bagi yang mengambil prodi dengan rumpun keilmuan sosial dan humaniora (soshum) serta sains dan teknologi (saintek), mengikuti sesi ujian pukul 07.45-11.30 dan 13.30-17.15 Wita.
“Sementara yang mengambil prodi campuran (soshum dan saintek) mengikuti pukul 07.45-11.00 Wita,” ucapnya saat mendampingi Rektor Unmul, Prof Masjaya, mengunjungi lokasi ujian di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Adapun sebaran peserta UTBK didominasi dari Samarinda dengan total 3.997 peserta. Sementara 243 orang lainnya berasal dari luar pulau dan 3.754 sisanya terbagi dari sembilan kabupaten/kota di Kaltim.
Tahun ini LTMPT menggunakan sistem ranking untuk mengeliminasi peserta. Menyesuaikan ketersediaan mahasiswa dalam satu jurusan. Unmul yang memiliki kuota sekitar 3.500 mahasiswa tahun ini, menerima pendaftar sekitar 8 ribu orang.
“Tidak passing grade seperti beberapa tahun lalu. Kalau sistem itu bisa membuat banyak tidak diterima. Jadi contoh misalnya satu prodi itu cuma menerima total 100 mahasiswa, yang lewat dari 100 itu tidak diterima,” ucapnya.
Penetapan kuota tiap prodi juga sepenuhnya ditentukan pemerintah pusat. Penentuan kuota melihat hasil dan partisipasi jurusan yang dipilih dari UTBK tahun sebelumnya. Sehingga, tingkat persaingan semakin tinggi. Semakin diminati jurusan, makin bersaing pendaftarnya. “Jadi yang diambil memang yang berkualitas,” ucapnya.
Rektor Unmul, Prof Masjaya, membenarkan persaingan yang memang semakin tinggi. Meskipun demikian, dia melihat hal ini juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kaltim.
“Dasarnya adalah kualitas SDM baik dan memiliki potensi. Dan ini tidak ditentukan Unmul, tetapi pemerintah pusat melalui LTMPT,” pungkasnya. (kk)