BALIKPAPAN – Selama beberapa tahun terakhir, Kota Balikpapan masih menghadapi permasalahan yang sama, yakni krisis air baku. Tingginya permintaan tak seimbang dengan persediaan air untuk produksi.
Ketersediaan air minum masuk salah satu unsur pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Mengingat air minum sebagai kebutuhan dasar bagi manusia.
Plt Direktur Teknik Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB), Kohirudin mengatakan, data 2022 jumlah pelanggan PTMB sebanyak 115.049 sambungan rumah (SR). Ini baru mencapai cakupan pelayanan 80,07 persen, dimana jumlah penduduk 718.423 jiwa.
“Kapasitas terpasang produksi 1.510 liter per detik dari 8 IPA. Panjang perpipaan seluruhnya 1,8 juta meter,” ujarnya, Senin (30/10/2023).
Kohirudin menjelaskan, kebutuhan air rata-rata setiap hari sekitar 1.713 liter per detik, sedangkan kapasitas terpasang 1.510 liter per detik. Artinya antara suplai dan demand sudah tidak berimbang.
“Permintaan lebih tinggi daripada persediaan air. Total kapasitas produksi air dari seluruh instalasi pengolahan air (IPA) sebanyak 1.444 liter per detik dari kapasitas terpasang 1.510 liter per detik. Artinya masih ada idle capacity sebesar 66 liter per detik,” jelasnya.
Sehingga menurutnya saat ini PTMB masih butuh mencari sumber air baku yang baru untuk menambah kapasitas produksi. Dimana IPA Gunung Sari dengan kapasitas 140 liter per detik, IPA Kampung Damai dengan kapasitas 460 liter per detik, IPA Batu Ampar 500 liter per detik dan IPA Prapatan 50 liter per detik, IPA Teritip eksisting 200 liter per detik.
“Sebenarnya Waduk Teritip ini masih ada 20 liter per detik. Tapi untuk menambah kapasitas perlu membangun pipa baru lagi,” tambahnya.
Untuk diketahui, Balikpapan hanya memiliki dua sumber air baku yaitu air permukaan dan air tanah dalam berbentuk sumur. PTMB mengolah air dari dua sumber ini menjadi air bersih untuk masyarakat.
“Masalahnya Balikpapan tidak memiliki sumber air baku yang andal. Baik mata air maupun sungai besar,” tegasnya.
Apabila ada sungai pun hanya tadah hujan, kalau tidak hujan membuat muka air sangat rendah. Begitu pula waduk atau bendungan juga masih mengandalkan tadah hujan. Sementara muka air waduk semakin turun selama kemarau. Kini Waduk Manggar merupakan jantung sumber air baku di Kota Minyak. (Adv)