Catatan Rizal Effendi
SEPERTINYA dalam rangka menyambut rektor baru, Universitas Mulia (UM) Balikpapan menggelar simposium nasional. Temanya menarik: “Ketahanan Pangan & Teknologi Informasi Tahun 2024.” Saya dan Agung Sakti didaulat menjadi moderator. Sama-sama alumni wartawan Kaltim Post.
Rektor baru UM adalah Prof Dr Ir Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si. Urang Banjar. Tepatnya dilahirkan di Kota Baru, Kalsel, 57 tahun silam. Dia menggantikan Dr Agung Sakti Pribadi, SH, MH yang sekarang menjadi ketua BPH Yayasan. “Saya baru dua bulan bertugas di UM,” ujar sang rektor.
Ahsin adalah guru besar Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin. Dia memang ahli ilmu perikanan dan kelautan. Saya tertarik dengan skripsinya membahas ikan toman (Channa micropeltes). Ikan ini keluarga ikan gabus atau iwak haruan. Ukuran terbesarnya bisa mencapai 1 meter, menjadikan ikan ini sebagai ikan predator dan omnivora terbesar di air tawar.
Ikan toman populer ketika ditulis Pak Dahlan Iskan. Ikan itu dikonsumsinya setelah dia menjalani operasi ganti hati di China. Ikan ini memang bermanfaat untuk kesehatan. Di antaranya, mempertahankan tekanan osmotik, mempercepat proses penyembuhan luka, sebagai potensi anthiglikemik dan sangat baik bagi penderita hipoalbuminemia atau mereka yang kadar albuminnya rendah di dalam tubuh.
Karena Ahsin ahli pertanian khususnya perikanan, makanya tema simposium berorientasi ke sana. Kebetulan isu ketahanan pangan menjadi masalah dunia termasuk Indonesia. “Energi dan pangan sudah menjadi masalah dunia,” kata Prof Dr Engkos Achmad Kuncoro, MM, pembicara dari Binus University Jakarta.
Prof Engkos menggagas koperasi multi-pihak termasuk di bidang pertanian, agar petani ikut terlibat dalam kepemilikan dan keputusan. Dalam mengembangkan koperasi multi-pihak, perlu dibangun transformasi digital dan mendirikan platform koperasi. Dia berharap Universitas Mulia menjadi pelopor untuk mendukung program tersebut.
Rektor Ahsin juga jadi pembicara. Dia mengupas masalah ketahanan pangan di Kaltim dikaitkan dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Itu sebabnya UM mengundang Kepala Otorita IKN diwakil Deputi Sumber Daya Alam Dr Myrna sebagai keynote speaker.
Sayangnya Pj Gubernur Kaltim Dr Akmal Malik tak bisa hadir. Dia menugasi M Awaludin, SE, MM, kepala Teknis Teknologi Komunikasi Informasi Disdikbud Kaltim untuk membuka. Hadir juga Wakil Ketua DPRD Kaltim Sigit Wibowo.
Ketahanan pangan bagi Kaltim menjadi penting apalagi dengan adanya IKN. Jumlah penduduk tiba-tiba melonjak. Padahal selama ini Kaltim memenuhi kebutuhan pokoknya disuplai dari Kalsel, Jatim, Sulbar, Sulteng, dan Sulsel.
Menurut Prof Ahsin, didukung dengan lahannya yang luas, masih sangat mungkin dikembangkannya kawasan pertanian, kawasan perikanan tangkap laut, darat dan budi daya di beberapa kabupaten dan kota di Kaltim. Di antaranya Kutai Kartanegara, PPU, Paser, Berau, Kubar, Kutai, Samarinda, dan Bontang.
Dia mengusulkan perlunya disusun blueprint ketahanan pangan di kawasan penyangga IKN, menetapkan kawasan pertanian dan perikanan serta membangun embung-embung dan waduk.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (Faperta Unmul) Prof Dr Ir H Rusdiansyah, M.Si yang hadir di simposium tersebut menggambarkan tidak gampangnya membangun pertanian di daerah ini. Misalnya, soal sulitnya mendapatkan hamparan lahan yang luas dan datar. Kesuburan tanah. Juga sikap mental penduduk setempat.
Tapi dalam pandangannya yang dimuat di Warta Kaltim beberapa waktu lalu, Rusdiansyah menegaskan, karena IKN masuk wilayah Kaltim, maka mau tidak mau ketahanan pangan di IKN khususnya wilayah ring 1 harus dikuatkan Kukar dan PPU.
“Hampir 45 persen kebutuhan beras di Kaltim dari Kukar. Jadi kalau mau meningkatkan ketahanan pangan di Kaltim, maka harus diperkuat Kukar termasuk PPU dan Paser. Juga ada lahan 2.500 hektare di wilayah IKN yang perlu dibangun,” tandasnya.
Agung memuji dan berterima kasih dengan pandangan Prof Rusdiansyah. “Kita mendapat narasumber baru yang kaya pengalaman. Simposium ini masih berlanjut dan kita berharap Prof Rusdiansyah terus terlibat bersama kita,” ucapnya.
PERTANIAN CERDAS
Selain Prof Ahsin dan Prof Engkos, juga hadir menjadi narasumber adalah Prof Dr rer nat Achmad Benny Mutiara QN S.Kom dan Prof Dr Deni SB Yuherawan, SH, MS. Kedua ilmuwan ini sangat melengkapi tujuan simposium.
Prof Benny adalah dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma Jakarta dan ketua umum Asosiasi Pendidikan Tinggi Informasi dan Komputer (APTIKOM), sedang Prof Deni, guru besar dan mantan dekan Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Dalam pemaparannya, Prof Benny menggambarkan teknologi yang bakal diadopsi di bidang pertanian pada tahun 2025. Di antaranya kecerdasan buatan (AI), big data analytics, dan komputasi awan untuk mendukung pertanian cerdas atau smart agriculture.
Dia mengingatkan aplikasi kecerdasan robot ada untung ruginya. Menguntungkan karena mampu bekerja tanpa gaji dan makan, bisa melakukan tugas lebih cepat dan akurat serta bisa bekerja sendiri tanpa campur tangan manusia. Tapi kerugiannya, orang kehilangan pekerjaan, membutuhkan suplai daya, perlu pemeliharaan dan butuh biaya untuk membuat atau membeli robot.
Sementara itu, Prof Deni mengungkapkan konflik agraria dan viktimisasi struktural dalam pembangunan pertanian. Ia mengkritik kebijakan Pemerintah yang tidak serius dalam menjalankan Reforma Agraria. Tanah lebih banyak dikuasai oleh korporasi atau pemilik modal.
Banyak yang memuji prakarsa UM yang menggelar simposium. Saya juga beruntung karena banyak yang mendoakan saya sukses menjadi caleg DPR RI No 7 dari Partai Nasdem. “Biar regulasi ketahanan bisa lebih kuat lagi,” kata Prof Ahsin dan lainnya.
Saya juga senang Prof Ahsin hadir di Balikpapan. Setidaknya menambah kekuatan Kerukunan Bubuhan Banjar Kalimantan Timur (KKBKT). Kebetulan KBBKT Balikpapan diketuai H Redy Asmara, pengusaha sukses berdarah Kelua.
UM yang dipimpin Ahsin adalah penggabungan tiga perguruan swasta, yaitu STMIK “STIKOM” Balikpapan, STMIK SPB (Sentra Pendidikan Bisnis) Samarinda, dan ASMI Airlangga Balikpapan. Izinnya dari Menristekdikti pada tanggal 18 Desember 2018 di bawah naungan Yayasan Airlangga Balikpapan.
Kampus UM yang mirip museum nasional Singapura itu diresmikan Wakil Gubernur HM Mukmin Faisyal HP, 15 November 2014. Saya ikut hadir sebagai wali kota. Saat itu sang pendiri, H Hasyim Machmud, ayahanda Agung masih hidup. Dia memang tokoh pendidikan dan pernah dianugerahi penghargaan oleh Pemkot Balikpapan. (*)