spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lumba-Lumba Air Dangkal Terdampar dan Tewas di Samboja

TENGGARONG – Untuk kesekian kali lumba-lumba air dangkal, ditemukan tewas di pesisir provinsi ini. Jumat malam, 19 Maret 2021, sejumlah dikejutkan penemuan mamalia dengan nama latin finless porpoise tersebut. Terdampar di Pantai Pemedas Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.

Finless porpoise tersebut awalnya ditemukan dalam kondisi hidup. Sejumlah warga berupaya mengembalikannya masuk ke permukaan air. Namun tak berselang lama, mamalia berukuran kecil itu terseret air laut kembali ke bibir pantai dalam kondisi sudah tidak bernyawa.

Bobby, seorang pengunjung pantai, saksi penemuan mamalia tersebut, mengatakan bahwa pada malam itu dirinya dan rekan-rekan mahasiswa dari salah satu universitas di Samarinda, sedang melaksanakan malam keakraban alias makrab. Kebetulan lokasinya di bibir Pantai Pemedas.

Sekitar pukul 21.00 Wita, dirinya dan beberapa teman baru menyelesaikan kegiatan tersebut, berjalan-jalan di tepi pantai. Setelah sekian langkah, terhenti setelah melihat sosok serupa lumba-lumba dengan ukuran badan relatif kecil. Terdampar dan masih dalam kondisi hidup.

Saat itu, didapati kulit sebelah kiri badan satwa tersebut tampak seperti mengelupas. Bobby bersama rekan dan dibantu warga sekitar mencoba mendorong kembali hewat tersebut ke air. “Supaya bisa kembali berenang,” terangnya.

Namun berselang satu jam setelah penemuan tersebut, atau sekira pukul 23.00 Wita, lumba-lumba itu kembali terseret ombak ke tepi pantai, namun dengan sudah tidak bernyawa. Bobby menyaksikan bagian kedua matanya telah mengeluarkan darah segar.

Setelah kejadian itu, Bobby dan rekan lainnya kembali berinisiatif menguburkan lumba-lumba spesialis air dangkal tersebut. Mengambil tempat di tepi Pantai Pemedas malam itu juga.

BUKAN YANG PERTAMA
Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) melalui CEO sekaligus founder, Danielle Kreb, mengungkapkan sejumlah kemungkinan yang jadi penyebab kematian satwa tersebut. Umumnya bisa terjadi karena tersangkut jaring nelayan maupun tertabrak kapal.

Meski demikian, ada juga karena faktor usia, penyakit, maupun ekosistemnya yang telah rusak. Danielle memilih tak mau berasumsi lebih jauh. Menetapkan kematian harus didasari penelitian dan identifikasi secara detail, sebelum bisa mengambil kesimpulan.

Di sisi lain, penemuan mamalia tewas mesti dilakukan dengan penanganan khusus. Hal ini untuk menghindari kemungkinan buruk lantaran bisa saja kematian tersebut disebabkan penyakit. Masyarakat pun diimbau untuk berhati-hati dan tak memegang langsung satwa yang ditemukan tewas. “Dianjurkan menggunakan sarung tangan dan mengubur di kedalaman 2 meter,” sebut perempuan asal Belanda yang telah menetap puluhan tahun di Indonesia ini.

Mengenai finless porpoise, keberadaannya di perairan Kaltim memang tak terdata jelas. Belum ada pula penelitian mengenai satwa tersebut di provinsi ini. Meski demikian, kejadian malam itu bukanlah yang pertama. Sudah beberapa kali ditemukan lumba-lumba tanpa sirip belakang mati dan terdampar di perairan Balikpapan hingga Samarinda.

Yayasan RASI disebut telah mengomunikasikan persoalan tersebut kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kaltim. Dirasa perlu pendalaman untuk menyikapi rentetan temuan spesies yang terancam punah di Bumi Etam. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti