SAMARINDA – Kecemasan Barkati, 60 tahun, betul-betul memuncak ketika telepon genggam putra keduanya tidak aktif. Sudah pukul sepuluh malam tetapi Khairil Anshar belum juga pulang kerja. Biasanya, putranya yang baru berusia 20 tahun itu sudah di rumah sebelum petang. Dalam kegundahan yang dalam, Barkati menanti hingga pukul dua dini hari. Khairil tetap tidak bisa dihubungi.
Kamis pagi, 18 Maret 2021, sudah sepuluh jam Barkati dan keluarga tidak mendapat kabar ketika sebuah panggilan masuk. Nomor telepon itu adalah milik Khairil. Anak tertua Barkati yang mengangkat panggilan tersebut. Di ujung sambungan, ternyata bukan Khairil yang menghubungi.
“Ada orang lain yang menelepon lewat HP-nya. Dia menanyakan kebenaran kepemilikan HP ini,” terang Barkati kepada kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com ketika ditemui di kediamannya, Jalan Manunggal, Gang Karet, Kilometer 1 Loa Janan, Kutai Kartanegara, Sabtu, 20 Maret 2021.
Barkati bersama anak tertua dan menantu menuju rumah orang yang menghubungi tersebut di Samarinda Seberang. Menurut pria itu, telepon genggam milik Khairil ditemukan di Jembatan Mahakam ketika ia sedang bersepeda. Persisnya pada Rabu, pukul sebelas malam. Ponsel Android berjenama Oppo itu didapati di tiang sebelah kiri jembatan. “Menurut orang yang menemukan HP itu, dia menunggu lima menit. Dia sempat melihat ke bawah jembatan tapi tidak ada siapa-siapa,” jelas Barkati.
Telepon genggam Khairil dibuka. Barkati kaget melihat isinya. Nomor telepon beberapa keluarga diblokir. Dari album foto di galeri telepon, Barkati menemukan informasi penting keberadaan Khairil. Berdasarkan waktu foto diambil, Khairil sempat mengunjungi sebuah mal di Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang, Samarinda.
“Kami ke sana dan betul di tempat parkir di basement ada motor matic miliknya,” sambung Barkati lagi. Mereka pun segera datang ke Markas Kepolisian Resor Kota Samarinda untuk melaporkan orang hilang. Kepada petugas, Barkati menjelaskan bahwa Khairil pergi bekerja sebagai helper perusahaan konstruksi di Sempaja, Samarinda Utara, pada Rabu pagi. Namun sampai Kamis pagi itu, Khairil belum juga pulang. Sepeda motornya ditinggal di mal dan teleponnya ditemukan di jembatan. Belum 24 jam Khairil tanpa kabar, polisi mengarahkan keluarga untuk melapor keesokan hari. “Kami khawatir karena dia bukan orang yang suka keluyuran malam-malam,” jelas Barkati.
BACA KORAN DIGITAL MEDIA KALTIM
PENEMUAN JENAZAH
Sabtu pagi, 20 Maret 2021. Sudah dua hari dan satu malam sejak Khairil menghilang. Tersiar kabar penemuan jenazah di media sosial. Lokasinya di Sungai Mahakam, depan SPBU Teluk Lerong di Jalan RE Martadinata.
Menurut Ketua Relawan Info Taruna Samarinda (ITS), Joko Iswanto, jenazah dalam kondisi telungkup, mengenakan kaus berkerah, dan bercelana panjang. Proses evakuasi oleh relawan menggunakan speedboat dan kemudian jasad dibawa ke RSUD AW Sjahranie menggunakan ambulans PMI.
Barkati yang melihat informasi tersebut di media sosial segera menuju RSUD AWS. Ia tiba pukul 09.00 Wita. Firasatnya sudah buruk. Begitu melihat jenazah, Barkati segera mengenali bahwa itulah putranya, Khairil. “Saya dan abangnya tidak tega melihat wajahnya. Tapi dari sepatu, kami sudah tahu itu memang dia,” kata Barkati yang ditemui beberapa jam setelah pemakaman putranya.
Keluarga menolak autopsi maupun visum et repertum. Jenazah kemudian dibawa pukul 15.00 Wita ke masjid di dekat rumah untuk dimandikan dan disalatkan. Setelah itu, dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Harapan Baru.
SEMPAT MAIN GAME ONLINE
Informasi baru terkuak ketika Barkati dan keluarga sedang di rumah sakit. Menurut sejumlah teman, Khairil sempat berjumpa dengan mereka pada Rabu sore pukul 15.00 Wita. Sore itu, Khairil singgah di sebuah warung di Harapan Baru, Samarinda Seberang. Khairil disebut bermain game online di kedai tersebut. Khairil menyudahi permainan pada pukul 17.00 Wita. Mendiang pamit kepada kawan-kawannya namun tidak mengatakan hendak kemana.
Khairil kemungkinan besar pergi ke mal jika dicocokkan dengan foto yang diambil dengan telepon genggamnya. Ponsel tersebut berada di pihak kepolisian untuk kepentingan penyelidikan. Yang jelas, ada rentang sekitar enam jam antara Khairil pamit dari warung, di mal, hingga teleponnya ditemukan di Jembatan Mahakam. Enam jam itulah misteri yang belum diketahui.
Media ini menemui seorang tetangga yang meminta namanya tidak ditulis. Mendiang disebut pemuda yang tekun dan baik. Khairil selalu berangkat kerja setiap pagi dan pulang sebelum petang. Sementara itu, Barkati mengatakan, putranya jarang membantah dan patuh kepada orangtua. Khairil bahkan sempat menjadi ketua OSIS dan dikenal baik oleh guru semasa SMA. “Anaknya memang pendiam. Dia jarang cerita kalau ada apa-apa,” tutup Barkati. (kk)