spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Badan Otorita, Pengusaha dan FT Unmul Siap Kolaborasi Sambut IKN

SAMARINDA – Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sudah di depan mata. Pembangunannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kalimantan Timur. Kolaborasi riset dan inovasi di dunia pendidikan yang mampu diaplikasikan dalam dunia industri disebut menjadi salah satu kunci.

Kesimpulan tersebut diperoleh dari seminar nasional bertema “Bertransformasi Bersama: Pengembagan Diri dan Inovasi Industri Menyambut Ibu Kota Negara Baru.” Seminar ini digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman.

Berlangsung di Gedung Hexagon, FT Unmul, Sabtu, 11 November 2023, seminar menghadirkan tiga narasumber pakar di bidangnya. Mereka adalah penggiat ekonomi, dr Aulia Rahman Basri; Direktur Pelayanan Dasar Otorita IKN, Suwito; dan Wakil Dekan I Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni FT Unmul, Profesor Tamrin Rahman.

Penggiat ekonomi, dr Aulia Rahman Basri, membuka diskusi dengan adagium “setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya”. Dalam konteks Kaltim saat ini, terangnya, kehadiran IKN di Kaltim menjadi waktu yang tepat bagi civitas akademika dan pengusaha Bumi Etam unjuk gigi. Momentum ini harus diambil sesuai dengan keinginan dan cita-cita masing-masing.

“Belilah masa depannmu dengan harga hari ini. Kita harus menyiapkan diri menyambut IKN,” ucap Aulia Rahman. “Modalnya hanya dua. Etos kerja dan informasi,” sambungnya.

Dari sudut pandang pengusaha, pria berkaca mata ini mengakui, belum banyak pengusaha lokal yang telibat dalam pembangunan IKN. Baru sebatas penyuplai bahan baku pembangunan ibu kota baru.

Meski demikian, Aulia menilai, para pengusaha lokal harus melihat peluang kecil itu sebagai prospek bisnis besar di masa mendatang. Apalagi, proyeksi masa depan akan ada jutaan warga yang mendiami IKN.

Sebagai contoh, peluang bisnis logistik dari isu energi ramah lingkungan dan digitalisasi yang diusung IKN sangat mungkin dikembangkan. Upaya kolaborasi dunia pendidikan dan usaha sudah mulai dikembangkan oleh Aulia di salah satu lini bisnisnya.

Ia menjelaskan bahwa perusahaannya menggandeng peneliti dari salah satu universitas ternama di Indonesia untuk produk bahan bakar dari sisa tandan buah sawit. Limbah tersebut selama ini banyak yang tidak dimanfaatkan di Kutai Kartanegara.

Hasil riset berupa produk bahan baku ramah lingkungan itu diolah menjadi bahan baku pembangkit daya di perusahaan semen ternama di Indonesia. Nilai kalori dari produk bahan bakar ramah lingkungan itu setara dengan batu bara kalori 3.000.

Aulia menambahkan, perusahaannya bisa mengirim 6.000 ton bahan bakar dengan omzet miliaran rupiah.

“Tidak menutup kemungkinan, Fakultas Teknik Universitas Mulawarman membuat riset bahan bakar ramah lingkungan untuk disuplai menjadi bahan bakar di IKN,” katanya yang disambut tepuk tangan para hadirin.

“Kita tanamkan mindset, kita yang menciptakan lapangan kerja di IKN,” sambungnya.

Wakil Dekan I Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Prof Tamrin Rahman, sepakat dengan pernyataan tersebut. Kehadiran IKN menjadi peluang untuk percepatan pembangunan di Kaltim.

Lagi pula, sambungnya, banyak daerah di Kaltim yang belum memiliki infrastruktur dan industri yang baik. Momentum ini harus dimanfaatkan dunia pendidikan dan pengusaha untuk terlibat dalam pembangunan pada masa mendatang.

“Jangan sampai, IKN hanya dibangun di Kaltim. IKN harus ikut membangun Kaltim sehingga seluruh Kaltim bisa maju,” kata Tamrin seraya menunjukkan potret gambaran belum terkoneksinya infrastruktur dan industrialisasi di Kaltim.

Tamrin menilai bahwa menghubungkan dunia pendidikan melalui riset dan dunia industri adalah sebuah kebutuhan mendesak. Kendari demikian, Tamrin mengakui, banyak riset di kampus yang berhenti di jenjang skripsi dan jurnal.

Padahal, imbuhnya, banyak riset mahasiswa maupun dosen di Fakultas Teknik Unmul yang prospektif dikembangkan. Terlebih untuk memenuhi kebutuhan di IKN.

“Banyak penelitan kami yang belum bisa sampai jadi produk komersil. Baru sampai tahap kelima. Sementara tahap 6 sampai 8, yaitu untuk menjadi produk, itu masih belum,” kata Tamrin.

Aulia menanggapi pernyataan tersebut. Ia menyarankan bahwa perlu komitmen mencapai tahapan 6, 7, dan 8 dari riset-riset tersebut. Apabila hasil riset menjadi hak paten, Aulia menegaskan bahwa uang akan datang dengan sendirinya.

Alumnus Fakultas Teknik Industri Unmul, Singgih Raharjo, juga berharap, perpindahan IKN dibarengi pemindahan pusat pemerintahan dan bisnis. Singgih yakin, perbaikan infrastruktur dan hilirisasi yang didukung kebijakan akan merangsang lulusan Unmul menjadi teknokratik atau menaikkan kelas pengusaha lokal menjadi level nasional.

“Saya yakin produk mahasiswa Unmul, dosen, dan alumninya tidak kalah. Buktinya, banyak yang bekerja di BUMN, swasta, perbankan, dan lainnya. Artinya kita mampu. Kita hanya butuh kepercayaan untuk menyongsong Indonesia emas 2045,” ujarnya.

TANGGAPAN OTORITAN IKN

Direktur Pelayanan Dasar Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Suwito, menjelaskan, Unmul menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang membuat nota kesepahaman dengan OIKN. Kemitraan ini sudah dituangkan dalam kerja sama perancangan desain pendidikan di IKN dan pelayanan kesehatan terdigitalisasi.

“Memang tidak cukup di bidang pendidikan dan kesehatan. Ke depan akan berkembang di direktorat pelayanan dan jasa,” kata Suwito selepas acara.

Suwito mengklaim, di fase awal, peluang berusaha di IKN cukup tinggi. Sebagai contoh, ada 9.000 pekerja konstruksi. Belum ditambah pelayanan konsumsi dan jasa lainnya. Memang, untuk saat ini, banyak orang menilai pembangunan belum terasa karena masih di fase konstruksi awal.

Namun, ia meyakini, seiring dengan kemajuan pembangunan IKN, peluang usaha terlebih yang bisa diakses pengusaha lokal akan terbuka lebar. Beberapa regulasi seperti insentif pajak bagi pengusaha yang membuka kantor di IKN akan memudahkan pengusaha terkhusus lokal menggeliat di IKN. Peluang pekerjaan akan terbuka lebar.

“Pengusaha lokal lebih mengetahui kondisi di IKN. Dengan demikian, pengusaha lokal jauh lebih mudah memberikan akses dan layanan di IKN,” katanya.

Dalam seminar, dua pemateri yakni Aulia Rahman Basri dan Suwito memberi dukungan langsung kepada mahasiswa. Aulia memberi dukungan “stimulus berpikir” kepada para penanya dalam seminar. Sementara Suwito membuka kesempatan bagi satu orang mahasiswa Teknik Industri Unmul yang mahir bahasa pemrograman menjadi asisten dalam pengembangan aplikasi kesehatan di IKN. (MK)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti