spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mimpi Merantau Siswoko Terhenti oleh Kanker Otak, Keluarganya Minta Dibantu Pulang ke Malang

SAMARINDA – Siswoko, seorang pekerja merantau jauh ke Samarinda untuk mencari penghidupan, mengalami perubahan drastis dalam hidupnya. Penyakit kanker otak yang tiba-tiba menyerangnya telah mengubah takdirnya secara tak terduga.

Keluarganya, yang tidak memiliki sumber penghasilan, kini berjuang untuk mendapatkan bantuan agar mereka dapat pulang ke kampung halaman.

“Kami merantau ke Samarinda di akhir tahun 2010, suami bekerja di proyek bangunan. Saya hanya mengurus rumah tangga saja,” kata Siti Chotimah, istri Siswoko, menceritakan perjalanan mereka.

Mereka telah menjalani hidup di Samarinda selama lebih dari satu dekade. Siswoko telah bekerja di berbagai proyek bangunan sejak tiba di Samarinda. Meskipun seringkali merasa tertipu oleh mandor proyek yang tidak membayar penuh, mereka bertahan dengan harapan bahwa masa depan akan lebih baik.

Namun, pada akhir November 2022, Siswoko mulai mengalami gejala seperti pusing dan mual. “Saya kira pusing-pusing biasa atau vertigo, tapi begitu diperiksa oleh dokter, hasilnya ada tumor ganas di kepalanya yang harus segera dioperasi. Alhamdulillah kami memiliki BPJS sehingga dapat mengikuti langkah-langkah pengobatan yang diberikan dokter menggunakan fasilitas BPJS,” kenang Chotimah.

BACA JUGA :  Kurangi Polusi Udara, KDM Berkolaborasi dengan DLH Provinsi Kaltim Laksanakan Uji Emisi Kendaraan Bermotor
Dengan bantuan transportasi dari relawan Ambulance, Siswoko menjalani pengobatan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

Mereka menjalani tahapan pengobatan dengan telaten, dengan Siswoko menjalani dua operasi sejauh ini. Sayangnya, selama proses pengobatan, keluarga ini kehilangan sumber penghasilan mereka. Mereka terpaksa mengandalkan bantuan orang lain bahkan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

“Saat sehat, kami tinggal di Loa Janan dan menyewa rumah. Namun, karena suami saya sakit dan fokus pada pengobatannya, kami tidak memiliki penghasilan. Kami bahkan diusir dari tempat kontrakan kami,” ungkap Chotimah dengan suara pilu.

Selama awal perawatan, mereka tinggal di rumah singgah Kangker Etam yang menyediakan bantuan makanan dan tempat tinggal untuk pasien kanker. Namun, mereka terpaksa keluar dari sana karena alasan domisili mereka berada di Samarinda, sedangkan tempat tersebut ditujukan khusus bagi mereka yang domisili jauh dari Samarinda.

Keluarga ini berjuang untuk mencari tempat tinggal di luar rumah singgah dan akhirnya menemukan sebuah kamar kos dengan biaya Rp500 ribu per bulan.

Melihat kondisi suaminya yang tak kunjung membaik setelah hampir satu tahun perawatan, Chotimah berharap ada pihak yang dapat membantu mereka pulang ke kampung halaman mereka di Malang.

BACA JUGA :  OIKN dan Kadin Sosialisasikan Peluang Investasi di IKN bagi Pengusaha

“Saya mohon bantuan untuk memfasilitasi kami ke Menteri Sosial atau pihak lain agar kami dapat diantar ke Malang menggunakan ambulance, karena suami saya tidak dapat duduk,” ujarnya dengan penuh harap.

Rencana mereka adalah pulang ke kampung halaman Siswoko di Malang, di mana orang tua Siswoko masih tinggal. Mereka ingin merawat suaminya di sana karena mereka tidak memiliki apa pun lagi di Samarinda yang dapat membantu mereka bertahan hidup.

Pewarta: Munanto
Editor: Agus Susanto

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Html code here! Replace this with any non empty raw html code and that's it.