Catatan Rizal Effendi
MESKI memerlukan waktu sekitar satu jam menembus Hotel Platinum karena macet, Sabtu (9/9) lalu, saya tetap semangat datang ke sana. Maklum undangan yang saya hadiri punya ikatan emosional. Saya menghadiri pelantikan Badan Pengurus Kerukunan Keluarga Pinrang (BPD-KKP) Kota Balikpapan masa bakti 2023-2028.
Ketuanya H Abdul Hakim Rauf, pengusaha sukses yang pernah menjadi calon wakil wali kota Balikpapan pada Pilwali Balikpapan 2015. Sebagai sekretaris Hapni Kanappe dan bendahara A Rita Iriany Mukmin. Kepengurusan selain dilengkapi dengan berbagai bidang, juga ditunjuk koordinator kecamatan.
Hasanuddin ditunjuk sebagai koordinator Balikpapan Kota, Syamsuddin untuk Balikpapan Selatan, Agus Salim Azis di Balikpapan Timur, Bungawati Paturusi di Balikpapan Tengah, Jamal di Balikpapan Barat, dan M Rajab F Bahnur untuk Balikpapan Utara.
Pelantikan dilakukan oleh Ketua BPW KKP Kaltim Dr H Ridwan Tassa. Dihadiri para tokoh dan warga Pinrang dan KKSS di Balikpapan. Ada Ketua KKSS Adam Sinte dan istri, Andi Burhanuddin Solong, Brigjen TNI Amrin Ibrahim dan yang mewakili wali kota, Kakesbangpol Drs Sutadi.
Hakim tampak bersemangat mengibarkan panji KKP yang diterimanya. “Selamat bekerja dan sukses,” kata Ridwan, yang sehari-hari adalah Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Pemkot Samarinda.
Yang menarik, pelantikan BPD-KKP Balikpapan ini juga dihadiri langsung oleh Bupati Pinrang HA Irwan Hamid, S.Sos. Dia datang tidak tanggung-tanggung, membawa staf hampir 50 orang. Mulai asisten, kepala dinas, camat sampai kepala desa. Ada juga anggota Dewan. “Terima kasih Ibu Hj Yusdiana Hakim, yang sudah memfasilitasi kami,” kata Bupati bersemangat.
Hj Yusdiana adalah istri Abdul Hakim Rauf, yang sekarang ini menjadi caleg DPRD Balikpapan untuk Dapil Balikpapan Utara. Dia dikenal aktif mengadakan berbagai pengajian dan mendirikan yayasan sosial bernama Dian Insana Mandiri.
Sedang Abdul Hakim Rauf, adalah tokoh Balikpapan kelahiran Desa Masolo, Kecamatan Patampanua. Dia mendirikan PT Dian Yuspa Samudera, yang bergerak di bidang jasa angkutan BBM. Belakangan kabarnya juga bermain di batu bara. Dan sukses. Pada Pilwali tahun 2015, dia tampil bersama mantan ketua DPRD Andi Burhanuddin Solong.
Pinrang adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel). Jaraknya sekitar 185 km dari Makassar. Sangat dekat dengan kota Parepare. Wilayahnya cukup luas sekitar 1.962 km2 dengan penduduk 411.795 jiwa (2022). Wilayahnya hampir tiga kali luas Balikpapan.
Kabupaten ini dikenal sebagai lumbung pangan dari Sulsel. Produksi padi sangat besar dan pasokan air yang merata tiap bulan. Luas lahan pertaniannya mencapai 56.365 hektare dengan produksi mencapai 660 ribu ton per tahun.
Ketika berlangsung pelantikan kemarin, di atas meja ada kue khas Pinrang yaitu barongko dan sikaporo. Barongko dibuat dari pisang kepok yang dibungkus daun, sedang sikaporo seperti kue lapis dengan warnanya yang khas, kuning hijau.
Saya kangen juga dengan nasu palekko, lauk yang dibuat dengan bahan utama daging bebek. Dalam bahasa Bugis, nasu artinya memasak dan palekko berarti kuali. Itu sebabnya daging bebek yang sudah dibumbui itu dimasak dalam wadah periuk atau kuali.
Bupati Irwan Hamid mengajak warga Pinrang di perantauan terus maju. Ikut membangun daerah di mana dia berada dan hidup, tapi juga tak lupa dengan kampung halaman. “Jaga terus kerukunan dan kekompakan,” tambahnya. Dia yakin BPD-KKP Balikpapan di bawah kepemimpinan Abdul Hakim Rauf, terus berkembang maju dan mampu menyejahterakan anggotanya.
PERNAH KKN
Saya pernah tinggal 3 bulan di Pinrang pada tahun 80-an. Waktu itu saya mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, yang mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) gabungan Indonesia Timur bersama Unhas, IKIP Makassar, Unsrat, Unhalu, dan Unlam.
Kebetulan saya ditempatkan di Desa Kassa, Kecamatan Patampanua. Hasil pemekaran Kassa sekarang di bawah wilayah Kecamatan Batu Lappa. Pada tahun 80-an Desa Kassa masih terpencil. Belum bisa ditempuh dengan jalan darat. Saya harus naik perahu ketinting menyusuri Sungai Saddang. “Sekarang jalan darat sudah tembus,” kata Bupati.
Listrik pun sekarang sudah masuk. Waktu saya KKN, kalau malam hari kita masih menggunakan lampu petromaks atau dulu disebut lampu strongking, yang menggunakan bahan bakar minyak tanah. Untuk menghidupkannya kita menggunakan spiritus.
Lampu petromaks hanya dinyalakan sampai pukul 22.00. Setelah itu kita tidur gelap gulita. Saya sering diliputi rasa takut yang berlebihan. Maklum saya takut hantu. Padahal di Kassa cerita para orang tua di sana banyak dihuni parakang, seperti hantu kuyang di Kalimantan.
Ketika saya KKN, Pinrang lagi musim panen termasuk di kecamatan saya. Ada kebiasaan menarik, habis musim panen dilanjutkan musim kawin. Maklum masyarakat lagi berduit sehingga acara perkawinan digelar di mana-mana.
Namanya orang Bugis kalau acara kawinan atau pernikahan cukup panjang prosesinya. Bisa lebih satu minggu, mulai memmanu’-manu’, mappetuada, mappasau botting dan cemme pasih, mappanre’ temme, mappacci atau tudampenni, mappenre botting, maduppa botting, mappasikarawa/mappasiluka, marola/mapparola, malukka botting sampai massita beseng.
Setiap acara prosesi itu selalu ada sajian makanannya. Itu yang saya suka. Jadinya makan gratis terus. Itu sebabnya juga lidah saya jadi akrab dengan berbagai makanan Bugis. Mulai coto Makassar, konro, pallubasa, sop saudara, pallu mara sampai songkolo begadang.
Kata Ketua KKP Kaltim, saya sudah termasuk warga Pinrang. “Mereka yang pernah tinggal di kawasan Pinrang, tidur dan makan di sana adalah warga Pinrang. “Mereka sudah punya ikatan emosional dengan Pinrang,” kata Ridwan.
Itu sebabnya saya juga senang bergaul dengan berbagai tokoh KKSS di Balikpapan. Saya sering mangkal di Warung Sehati. Warungnya Pak Maman warga KKSS, yang kebetulan istrinya orang Banjar. Sambil makan barongko juga melahap sop singkong orang Banjar. Saya rutin ikut Pak Adam tiap minggu pagi senam bersama warga KKSS di pertokoan Mal Fantasi Balikpapan Baru. Sambil berolahraga, sesekali cuci mata. Ewako!! (*)