spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Depresi Ditinggal Anak-Istri, Pria Asal Lok Bahu Kabur ke Hutan setelah Timpas Tetangga

SAMARINDA – SY tengah mengangkat bebatuan untuk perbaikan jalan masuk rumahnya saat tiba-tiba hantaman keras menghujam bagian belakang kepalanya. Pria 49 tahun itu langsung tersungkur. Darah mengucur deras. Baju hitam yang dikenakannya pun makin gelap bersimbah darah.

Memegangi bagian belakang kepala yang terus mengeluarkan darah, SY dengan segera berbalik dan memastikan apa yang terjadi. Di hadapannya, telah berdiri seorang pria berbadan jangkung. Menatapnya dengan pandangan kosong dengan sebilah senjata tajam dalam genggamannya.

SY dengan segera menyadari dirinya dalam bahaya. Dengan kekuatan tersisa, ia menjerit meminta pertolongan orang sekitar. Teriakannya sampai ke rumah-rumah tetangga. Warga satu per satu berdatangan. Namun ketika itu, SY sudah sendirian. Terduduk bersimbah darah.

Insiden berdarah tersebut terjadi pada Senin (8/2/2021) sekitar pukul 10.00 Wita di Jalan Revolusi, Gang Nuri, Kelurahan Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang. SY ditebas sosok yang akhirnya dikenali sebagai tetangganya sendiri, IW (31).

“Waktu itu saya melihat dia (IW) keluar rumah dan melakukan hal itu pada SY,” ucap seorang warga sekitar yang tidak ingin disebutkan namanya ditemui sehari setelah kejadian.

Antara SY dan IW tinggal hanya bersebelahan. SW yang bermukim di rumah tipe 36 dengan cat hitam, hanya berjarak sekitar 15 meter dari bangsalan enam pintu berwarna cokelat yang ditinggali IW. Kepada pihak kepolisian, SW mengaku tidak memiliki masalah dengan IW. “Tidak ada masalah sama sekali dengan korban,” ucap Kanit Reskrim Polsek Sungai Kunjang, Iptu Purwanto, dikonfirmasi Selasa (9/2/2021).

Meski tinggal berdekatan, SY dan IW rupanya tak saling kenal. Menurut Hesti (24) adik perempuan dari IW, kakaknya itu memang tidak pernah keluar rumah. Sementara SW, diketahuinya baru pindah ke tempat tersebut setahun yang lalu. “Sudah dua tahun dia tidak pernah keluar rumah,” ucap perempuan bertubuh mungil tersebut.

Hesti pun menjelaskan jika saudaranya tersebut termasuk orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ. Pernah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam.

Kisah tragis IW bermula pada 2018. Ibu dari IW, Sukni yang berusia 52 tahun, mengatakan bahwa anak tertuanya itu semula tidak memiliki gejala gangguan jiwa. Dulunya, pria lulusan pesantren tersebut dikenal sebagai sosok yang baik dan pendiam.

Namun keadaan mulai berubah semenjak kandasnya pernikahan IW dengan Nuri, bukan nama sebenarnya. Keretakan hubungan suami-istri tersebut dipicu persoalan ekonomi. Padahal keduanya, sudah dikaruniai seorang anak yang kini berusia 2 tahun.

IW yang bekerja sebagai buruh bangunan, dianggap tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup oleh keluarga istrinya. “Waktu itu, dia (Nuri) pergi diam-diam pulang ke kampungnya di Lamongan. Dia ngomong sama saya, keluarganya enggak mau dia tinggal di Kaltim. Dikejar ‘lah sama anakku ini ke sana. Ternyata sebulan kemudian cerai,” urai Sukni.

Selepas perceraian keduanya, IW tetap menafkahi sang buah hati. Rp 500 ribu dikirim setiap bulan. Sayangnya, tak sekalipun izin didapat IW menemui darah dagingnya sediri. “Jangankan ketemu, ngelihat fotonya saja tidak dikasih,” sambung Sukni dengan mata berkaca-kaca.

Situasi tersebut ditengarai mengusik kesehatan mental IW. Lama-lama bobot badannya turun drastis. IW tidak mau makan jika kecuali dipaksa. Puncaknya, ketika IW menimpas satu orang karena diolok-olok. Akhirnya ia diungsikan ke RSJD Atma Husada Mahakam. “Karena menegur keributan tetangga, dibilang dia stres,” sambung Sukni.

IW mulai dirawat di RSJD Atma Husada Mahakam pada Januari 2019. Setelah 2 minggu, kondisinya membaik. Dia dipulangkan dengan bekal obat. IW bahkan sempat kembali bekerja. Namun semenjak akhir 2019, ia tidak lagi meminum obat.

Kondisinya kian memburuk. IW mengurung diri selama dua tahun di rumah. Kadang keluar untuk membeli rokok atau mencari makan. “Katanya capek, kami paksa pun dia tidak mau.”

Air mata menetes di pipi kiri Sukni tatkala mengingat perbuatan IW pada Senin pagi itu. Apalagi, ia yang pertama mendapati korban bersimbah darah, tepat selepas serangan anaknya sendiri. “Saya mendatangi bapak itu, saya tanya siapa yang menimpas, dia bilang tidak tahu.”

Beberapa waktu berselang, seorang warga lain menghampiri Sukni. Mengungkapkan bahwa IW-lah yang menimpas korban. Sukni pun merasa bersalah dan terbeban bertanggung jawab. Dengan segera ia meminjam kendaraan roda empat milik tetangga dan membawa korban ke rumah sakit terdekat.

Setelah dilakukan pemeriksaan, luka yang ditinggalkan tidak hanya karena sabetan. Benturan akibat timpasan tersebut menyebabkan gumpalan darah di bagian sisi kanan kepala SW yang baru sembuh dari penyakit stroke.

Imbasnya, Sukni dan SW, sama-sama harus menanggung biaya operasi sebesar Rp 20 juta. Sebagian ditanggung suaminya atau ayah dari IW, Partan (54) yang berprofesi sebagai penggali pipa PDAM. Kekurangan biaya lainnya masih dikumpulkan. “Kalau tidak tanggung jawab, enggak mungkin. Dia anak saya,” tutur Sukni.

Perempuan paruh baya inipun hanya bisa pasrah. Ia menyadari perbuatan anaknya sulit diterima. Namun demikian, ia sangat berharap putranya yang tak tahu di mana keberadaannya kini, bisa kembali pulang dengan selamat.

Kanit Reskrim Polsek Sungai Kunjang, Iptu Purwanto, mengatakan bahwa IW hingga saat ini masih dalam perburuan. Meski dari keterangan awal dijelaskan riwayatnya sebagai ODGJ, IW disebut tetap berpotensi dikenakan pasal pidana. “Terkait pelaku masih waras atau tidak, nanti yang melakukan itu ahli,” ucap Iptu Purwanto, Selasa (9/2/2021).

Polisi hingga saat ini masih mengumpulkan bukti dan saksi di tempat kejadian perkara (TKP). Lokasi keberadaan IW juga belum diketahui pasti. “Masalahnya orangnya sekarang lari ke hutan,” pungkasnya. (kk)

Artikel ini sudah terbit di kaltimkece.id, jaringan mediakaltim.com.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti