Jalan poros menuju ke Bontang Lestari kini tidak lagi secantik namanya. Hancur lebur di sana sini. Kalau boleh jujur, inilah salah satu alasan mengapa saya belum bersedia mengaktifkan pengajian-pengajian tatap muka di Kota Bontang.
Ketika dulu masih mulus, rata-rata hanya butuh setengah jam saya sudah sampai di masjid dan majelis taklim tempat pengajian. Bahkan jika sedang kepepet, bisa kurang 20 menit. Sehingga syekh yang pernah saja ajak ngebut doanya : “Allahumma inna nasaluka khusnal khatimah…”
Adapun sekarang, berangkatnya satu jam pulangnya juga satu jam. Bikin habis umur di jalan. Jangan coba ngebut kalau masih ingin ketemu istri, anak dan santri di pondok.
Lho ustaz ini bagaimana? Kan semakin berat perjuangan akan semakin besar pahalanya? Oh iya juga ya. Koq bisanya saya nggak tahu rumus ini…..
Saya jadi kepikiran para pejabat yang (mungkin) hampir tiap hari mondar-mandir di jalan mirip sirkuit ini. Aman saja kah? Semoga mereka semua selamat dan tetap bisa lebih sabar dari saya hingga Pemilu 2024. (**)
Oleh: Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq