Dua tahun terakhir bersama Covid-19 mengharuskan kita beraktivitas di rumah saja. Sungguh membosankan bukan? Tak ayal membuat banyak orang yang pada akhirnya berusaha menghibur diri sendiri dengan kegiatan-kegiatan seperti mencoba resep baru, berolahraga, bahkan membuat lagu.
Hal itu pula membuat teknologi berkembang pesat apalagi dengan dibatasi jarak yang sudah ditetapkan pemerintah membuat orang-orang mengganti alternatif lain untuk berkomunikasi antar individu.
Salah satunya yaitu menggunakan media sosial yaitu aplikasi TikTok. Apa sih TikTok itu? TikTok merupakan platform video yang memungkinkan pengguna untuk berkreasi secara bebas dalam bentuk video pendek.
Seperti yang kita lihat mulai awal Covid-19, TikTok sudah mulai ramai digunakan oleh masyarakat. Dengan kecepatan internet yang semakin pesat tersebar tidak hanya dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Hal ini membuat TikTok digemari oleh semua orang mulai dari kalangan muda hingga tua. Karena konten yang ada, kebanyakan ialah konten yang memang relate terjadi pada orang-orang, itulah mengapa pada akhirnya TikTok menjadi budaya populer.
Apa itu budaya populer? Budaya populer merupakan budaya yang diminati masyarakat. Dalam Pengantar Menuju Budaya Populer,St. Sunarti (2003) mengatakan bahwa budaya populer lahir atas kehendak media. Budaya populer menjadi citra dari masyarakat yang ditentukan oleh interaksi masyarakat satu sama lain dan aktivitas keseharian dan disalurkan ke media massa.
Fenomena TikTok yang semakin digemari masyarakat telah menjadikannya sebagai media sosial yang sangat populer, bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa kini TikTok lebih populer dibandingkan dengan Facebook atau Instagram.
TikTok menawarkan fitur yang berbeda dan lebih menarik dibandingkan dengan media sosial lainnya seperti Facebook atau Instagram. Dalam Facebook dan Instagram kita dapat mengunggah status teks, foto, serta video.
Berbeda dengan TikTok dimana konten yang tersedia dalam hanya bentuk video yang berdurasi 15 detik hingga 5 menit. Video yang disajikan dapat bersifat edukasi, komedi, talent, challenge dan masih banyak lagi.
Melalui TikTok kita dapat mengetahui informasi atau tren yang sedang viral, dan biasanya informasi tersebut disajikan dalam video menarik oleh para content creator sehingga lebih menarik untuk ditonton.
Selain itu TikTok juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat edukasi. Saat ini sudah banyak para content creator yang membuat berbagai video edukasi seperti multikulturalisme dengan memperkenalkan budaya daerah contohnya seperti yang dilakukan oleh Laras Kusuma dengan akun TikTok @ras.ras.laras yang sering kali membagikan kebudayaan Indonesia pada seni tari.
Tren challenge video pendek dengan lagu backsound juga menarik dan sangat populer kalangan pengguna Indonesia maupun luar negeri. Seperti contoh tren lagu Bagaikan Langit yang dinyanyikan oleh Melly Goeslaw yang dijadikan TikTok Challenge yang sangat viral. Mulai dari selebgram lokal hingga pesohor dunia seperti Jennifer Lopez turut serta dalam tren tersebut.
Hal tersebut menunjukkan TikTok sebagai media sosial memiliki cakupan yang sangat luas dan juga digunakan oleh hampir semua kalangan masyarakat. Dari usia muda hingga orang tua, ibu rumah tangga hingga pekerja kantoran, tokoh politik, tokoh masyarakat, dan kalangan lainnya pernah ikut serta membuat konten yang disajikan lewat TikTok.
Keberhasilan TikTok dalam menjangkau hampir semua kalangan masyarakat secara tidak langsung memberikan legitimasi sosial bahwa aplikasi tersebut telah menjadi bagian dari budaya populer.
Oleh karena itu, yang juga perlu untuk kita perhatikan ialah pembuat konten harus memperhatikan kualitas video yang diunggah. Selain itu, pembuat konten yang masih anak-anak dan remaja harus mendapat bantuan dari orang dewasa di sekitarnya untuk memastikan kelayakan video untuk diunduh.
Terakhir, pemirsa dapat memilih video yang mudah digunakan di perangkat lunak TikTok, sementara anak-anak dan remaja terus-menerus ditemani oleh orang dewasa untuk memilih video yang sesuai dengan usia.
Positif dan negatif dari aplikasi yang saat ini menjadi kenyataan di Indonesia yaitu TikTok, meskipun orang berpikir bahwa ada lebih banyak sisi negatif daripada positif, tapi kita tidak bisa menyalahkan perkembangan teknologi ini kembali ke diri kita sendiri untuk menggunakan teknologi dengan lebih baik dan bijak serta bimbingan orangtua sangat penting bagi anak muda saat ini.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dapatkah TikTok benar-benar menjadi perangkat lunak yang harus dicoba oleh para milenial? Atau sama saja, dengan asumsi TikTok berdampak negatif pada pengguna dan mengembalikan kepada mereka yang menggunakannya.
TikTok hanyalah platform aplikasi yang dirancang oleh pembuatnya dan orang-orang tidak memahami tujuannya. Jadi, untuk kelemahan keamanan serta mendapat ulasan buruk dikembalikan ke pengguna. Perangkat lunak TikTok masih dapat digunakan sebagai target jika pengguna dapat mengontrol penggunaannya dan menjaga keamanan data yang diberikan.
Hal ini karena media sosial atau platform perangkat lunak dapat bermanfaat sebagai sumber inspirasi, membangun budaya kreatif dan tempat belajar. Maka dari itu sebagai pengguna dan sebagai generasi milenial yang akan terus mencintai budaya serta mengikuti perkembangan zaman agar dapat menggunakannya dengan tepat dan bijak. (**)
Oleh: Defi Qolbi Fillah, Hagi Nur Fadilla, Muhammad Relly Mahardhiva; Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi 2020, Universitas Mulawarman