SAMARINDA – Jarum waktu menunjuk angka 11 ketika Dwi Styaningsih Halid bangun terbatuk-batuk pada tengah malam. Tenggorokan perempuan 27 tahun itu nyeri. Badannya menggigil. Gejala yang ia rasakan rupanya sama dengan suaminya yang sudah lima hari ini demam.
Pada Kamis (17/2/2021), Dwi yang tinggal di Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang, Samarinda, meminta suaminya memeriksakan diri. Keesokan harinya di klinik Islamic Center, hasil swab antigen menyatakan suami Dwi positif Covid-19. “Ternyata sudah lima hari positif Covid-19. Ayah saya yang berusia 69 tahun juga sakit tenggorokan tapi seperti pilek saja,” ucap Dwi kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com melalui sambungan telepon, Jumat (18/2/2022).
Gelombang ketiga pandemi Covid-19 telah datang di Kaltim lewat varian Omicron. Setidaknya, sudah tiga ribu warga Bumi Etam terkonfirmasi positif Covid-19 sejak Selasa hingga Kamis. Yang perlu digarisbawahi, ancaman Omicron terhadap nyawa maupun keterisian rumah sakit tidak separah varian Delta.
Semasa puncak Covid-19 varian Delta, dimulai pada 23—29 Juli 2021, ditemukan 11.927 kasus per pekan dengan 511 kasus kematian. Tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) varian Delta di Kaltim sekitar 4,28 persen. Sementara tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) varian Delta di Kaltim di angka 77 persen tahun lalu.
Pada varian Omicron, Dinas Kesehatan mencatat 4.405 warga Kaltim terkonfirmasi positif Covid-19 sepanjang 14-17 Februari 2022. Sebanyak 10 orang meninggal dunia, 661 orang sembuh, dan 3.734 orang yang dirawat di rumah sakit maupun isolasi mandiri. Tingkat kematian atau CFR varian Omicron di Kaltim adalah 0,22 persen. Angka ini jauh di bawah CFR varian Delta yang 4,28 persen tadi. Adapun tingkat keterisian rumah sakit pada serangan Omicron sekarang adalah 20 persen.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, dr Nathaniel Tandirogang, menilai, peningkatan kasus beberapa hari terakhir menandakan varian Omicron sudah masuk Kaltim. Menurut sejumlah riset, sambungnya, tingkat penularan Omicron lima kali lebih cepat dibandingkan varian Delta. Sementara uji laboratorium Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, menunjukkan, 17 dari 18 sampel virus termasuk kategori probable atau kemungkinan besar varian Omicron.
dr Nathan membenarkan, efek Omicron sebenarnya tidak lebih berbahaya dibandingkan varian Delta. Omicron hanya mengancam nyawa bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun dan atau memiliki komorbid. Secara medis, hal ini dapat dijelaskan. Mutasi genetik virus ini melahirkan varian Omicron yang punya kemampuan super dalam penyebaran. Akan tetapi, mutasi genetik pula yang menyebabkan efek virus ini lemah terhadap tubuh manusia, di samping membaiknya angka vaksinasi.
“Dalam dua atau tiga pekan ke depan, sepertinya puncak pandemi. Jika (varian) delta 2.000-an kasus per hari, Omicron mungkin bisa lebih dari itu,” terang dr Nathaniel.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Masitah, memastikan bahwa Covid-19 varian Omicron sudah masuk ke Kaltim. Kesimpulan itu diperoleh dari hasil tes pelacakan genetik atau whole genome sequencing (WGS) Kementerian Kesehatan.
“Dari 23 sampel yang dikirim, empat sampel varian Omicron. Sementara 11 sampel yang lain varian Delta, dan delapan sampel masih diperiksa,” jelas Masitah melalui aplikasi perpesanan.
Masitah menjelaskan, persentase ketersediaan tempat tidur atau BOR di rumah sakit dan tempat isolasi terpusat (isoter) di Kaltim sebesar 20 persen. Angka ini naik 14 persen dibanding pekan sebelumnya. Masitah mengatakan, Dinkes akan aktif memonitor dan mengevaluasi ketersediaan obat, oksigen, dan tempat tidur di rumah sakit. Bila kasus kembali meningkat, Dinkes menambah kapasitas tempat tidur rumah sakit.
Masitah mengingatkan adanya Surat Edaran Menkes Nomor HK.02.01/Menkes/18/2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron (B.1.1.529). Pasien yang dirawat di rumah sakit dan tempat isolasi terpusat adalah pasien dengan gejala sedang hingga berat. Sementara bagi yang bergejala ringan maupun tanpa gejala, cukup isolasi mandiri di rumah. (kk)