spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tiap Tahun Ribuan Orang Kehilangan Rumah

Musibah kebakaran acap terjadi di Kaltim, terutama di Samarinda. Setiap tahun ratusan peristiwa kebakaran terjadi di Samarinda, membuat ribuan jiwa kehilangan tempat tinggal.

Tim Peliput: Vicky, Muhammad Rafi’i, Ramlah Effendy

Warga Kaltim, terutama Samarinda, tampaknya harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap musibah kebakaran. Setiap tahun ratusan musibah kebakaran terjadi. Bukan hanya menyebabkan kehilangan harta berharga, tetapi juga kehilangan nyawa. Musibah ini biasanya meningkat saat bulan Ramadan.

Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Kota Samarinda mencatat, sejak 2019 hingga Maret 2022 sudah terjadi sebanyak 1.132 peristiwa kebakaran dan membuat lebih 4 ribu jiwa kehilangan tempat tinggal. Setiap tahun, ratusan musibah kebakaran terjadi di pemukiman Kota Tepian.

Frekuensi kebakaran yang paling banyak dalam 7 tahun terakhir terjadi pada 2019, yaitu 563 peristiwa kebakaran yang meliputi bangunan dan non-bangunan. Musibah ini menyebabkan 526 Kepala Keluarga (KK) atau 1.796 jiwa harus kehilangan tempat tinggal. Kerugian warga mencapai Rp 36,9 miliar. Sementara korban meninggal 3 orang.

Pada 2020, musibah ini mengalami penurunan, yaitu sebanyak 282 kejadian. Korban musibah ini sebanyak 286 KK atau 1.095 jiwa. Sedangkan kerugian material mencapai Rp 66,1 miliar. Korban meninggal dunia sebanyak 2 orang.

Pada 2021, musibah kebakaran menurun lagi menjadi 240 peristiwa. Sementara pada awal 2022, si jago merah sudah membuat 47 musibah kebakaran.  Januari terjadi 5 kasus, Februari 19 kasus, dan pada Maret naik menjadi 20 kasus.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Kota Samarinda, Hendra AH mengatakan, kebakaran di Kota Samarinda mudah membesar karena pemukiman yang padat. Apalagi di pemukiman yang masih berbahan bangunan utama kayu. Jika satu bangunan terbakar, maka bangunan di sebelahnya langsung terdampak.

“Kasus kebakaran yang kami tangani 50 persen asal mula api berasal dari korsleting listrik. Tak jarang juga terjadi karena kelalaian pemilik bangunan. Apalagi pada bulan Ramadan saat ini. Jadi warga harus waspada. Bila perlu sediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan, Red.) agar jika terjadi kebakaran cepat dipadamkan,” ungkapnya.

Soal korsleting listrik, Disdamkar berencana menggandeng petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk melakukan inspeksi dari rumah ke rumah. Targetnya dalam satu kelurahan diinspeksi 500 rumah. Jadi ada dua kelurahan seribu rumah. Nanti tambahnya dibentuk tim yang terdiri dari Disdamkar, PLN, Kantor Kelurahan, dan pengurus Rukun Tetangga (RT).

Tim ini katanya, akan mendatangi rumah penduduk untuk melihat instalasi listriknya. Dari kerja tim itu bakal melahirkan advis agar jadi perhatian. “Misal kawatnya kekecilan atau stop kontak, dan lain-lain. Juga untuk sosialisasi agar listrik di rumah mereka aman dari konsleting,” ujarnya.

Hendra juga menjelaskan terdapat beberapa titik lokasi yang rawan kebakaran di Samarinda. Wilayah yang acap terjadi kebakaran katanya, di Kelurahan Pelita dan Sidomulyo. Titik paling rawan di Kelurahan Pelita yaitu Jalan Lambung Mangkurat, sedang di Kelurahan Sidomulyo, yaitu Jalan Jelawat dan Jalan Biawan.

“Di kedua kelurahan itu sangat padat penduduk dan rata-rata bangunannya terbuat dari kayu,” jelasnya. Dua kelurahan ini tambahnya, selalu mendapat perhatian dari Disdamkar.

Yang juga menjadi perhatian Disdamkar, di wilayah Jalan Lambung Mangkurat tidak ada hidran. Disdamkar katanya, akan meminta Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Kota Samarinda membuatkan hidran. Bila terjadi kebakaran, petugas Disdamkar tidak kesulitan mencari sumber air untuk memadamkan titik api.

Terkait dengan unit kendaraan pemadam di Disdamkar, Hendra mengatakan, saat ini sudah mencukupi. Namun tak sedikit juga yang sudah mengalami kerusakan akibat usia kendaraan yang lama. “Unit kami terpencar di 11 Posko Pemadam. Ada juga beberapa unit yang kondisinya kurang baik,” ujarnya.

Meski demikian dia bersyukur mendapatkan bantuan dari unit para relawan Samarinda. “Bahkan kadang kami belum sampai di lokasi kejadian, mereka sudah sampai. Kami tentu sangat berterima kasih kepada Balakarcana dan jajaran relawan Kota Samarinda, karena tanpa mereka kami tentu kewalahan,” sambungnya.

Hendra mengakui, petugas Disdamkar dan relawan sering kali mengalami kendala saat memadamkan kebakaran. Seperti kendaraan pemadam yang kesulitan memasuki lokasi bila musibah terjadi di kawasan pemukiman padat dan jalan yang sempit.

“Kadang juga ada hidran yang tidak berfungsi di lokasi kebakaran karena minimnya sumber air. Selain itu, warga yang menonton peristiwa itu kadang memenuhi lokasi sehingga menyulitkan armada memasuki lokasi kebakaran,” ujarnya. (vic)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img