SAMARINDA— Sejak Januari hingga Juli 2024, tercatat ada 200 kasus kematian akibat Tuberkulosis (TBC). Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur, Jaya Mualimin.
“TBC itu 7% luar biasa yang paling besar mengakibatkan kematian. Sejak Januari ada 200-an kasus kematian sampai bulan Juni,” sebutnya.
Dilansir dari mempan.go.id, TBC sempat meningkat tinggi pada 2023 dengan 820.789 kasus yang ditemukan dari estimasi 1.060.000 kasus.
Kemudian, untuk Kaltim sendiri, dikutip dari kaltim.bps.go.id kasus TBC pada 2020 tercatat 3.583 kasus. Dengan wilayah tertinggi di Balikpapan dengan 816 kasus, disusul Samarinda dengan 796 kasus.
“Untuk sembuh rentang waktunya bermacam-macam, ada yang 6 bulan, 1 tahun, bahkan 2 tahun,” tambah Jaya.
TBC tidak hanya mengakibatkan rasa sakit di paru-paru tetapi juga kesulitan mendapatkan peluang bekerja di perusahaan.
Dengan itu, Jaya mengusulkan program pemberdayaan para penyintas. Yaitu dengan membantu ekonomi mereka melalui membentuk UMKM.
“TBC itu harus diobati, dan kita berada di posisi kedua secara global. Maka kita membantu penyintas dan keluarga secara ekonomi untuk bersemangat terus berobat,” terangnya.
Selain itu, Jaya Mualimin mengingatkan kembali tentang betapa bahayanya penyakit TBC. “TBC seringkali disebut Silent Killer,” tegas Jaya.
Pencegahan serta pengobatan menjadi fokus utama Dinkes Kaltim dalam menurunkan angka kematian akibat TBC. “Nanti kita kaji, kalau bisa kita vaksinasi, kami akan laksanakan vaksinasinya,” pungkasnya.
Pewarta: Khoirul Umam
Editor : Nicha R