spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Suamiku, Sopir Truk Tragedi Rapak

Oleh: Muthi Masfu’ah, A.Md, CN NLP

Embun masih mengayun-ayun di bawah ranting pohon.. Masih dingin pagi itu…

“Ummi, Abi terlambat pagi ini.” Tangan kekar lelaki usia 48 tahun bergegas memakai sepatu dan menghabiskan segelas kopi.

Segera ia berpamitan, mencium kening istrinya. Istrinya mencium tangannya. Sebaik doa terukir dalam hati sang istri menatap sendu suami yang akan segera bekerja. Menjadi sopir yang sudah belasan tahun ia tekuni.

“Abi aku belum salim,” gadis cantik lincah berusia 12 tahun berlari memeluk sang ayah dan mencium tangannya.

“Baik-baik di rumah ya,” pesan lelaki bertubuh tinggi ini. Tak lama.. Subuhpun segera berlalu.

Seraya berselawat Nabi, pak Ali demikian nama panggilan akrabnya, menyetir truk dengan was-was karena terlambat pagi ini. Kali ini truk tronton yang ia kemudikan, bermuatan kontainer 20 fit berisikan kapur pembersih air dengan berat 20 ton bergerak menuju Kampung Baru.

Truk tronton dikendarai oleh pak Ali dan bertolak dari lokasi parkir di Jalan Pulau Balang Km 13 Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara. Masih suasana pagi yang dingin walau agak terburu ia mengendarainya.

Sesampainya di depan Rajawali Foto, lelaki yang juga memiliki kesibukan mengaji ini, mulai mengurangi persneling dari empat ke tiga. Namun, saat sampainya di depan Bank Mandiri, persisnya di turunan jalan simpang Muara Rapak, rem truk tiba-tiba mendadak blong alias tidak berfungsi. Pak Ali panik… sementara jalanan menurun tajam… dan di depannya, dari kejauhan kendaraan lain sudah ramai. Saat jam kerja pagi segera dimulai.

Pak Ali makin panik… Secepat kilat hitungan detik… Truk yang dikendarainya meluncur dengan tidak terkendali dan …

Prakkkkk… Prakkkkk… Prakkkkk…

“Allahuakbarrrr, ya Allahhh…” Suara lelaki itu serak campur panik yang menjadi-jadi…

Allahu Akbarrr… Allahu Akbarr… Suara dari luar kendaraannya…. bercampur erangan kesakitan…

Pak Ali menatap nanar… ia tak menyangka apa yang terjadi pagi imi…

Truk yang ia kendarai, menabrak siapa saja pengendara yang ada didepannya. Yang saat itu sedang menunggu pergantian traffic light di Muara Rapak.

Mata dan hatinya beku… truknya benar-benar telah memakan korban. Kendaraan yang ditabrak tidak tanggung-tanggung yakni 6 mobil roda empat dan 14 kendaraan bermotor.

Dari enam mobil tersebut, dua di antaranya adalah angkutan kota (angkot), dua kendaraan pribadi, dan dua pickup.

Di antaranya ada 4 pengendara yang dinyatakan tewas di lokasi kejadian dan beberapa orang yang mengalami luka berat…

Allah… Pak Ali tak menyangka pagi ini begitu tragis… matanya datar, hatinya gerimis…

“Turun Pak, turun Pak…” teriak lelaki kekar, memakai seragam coklat.

Menariknya keluar truk dan menggiringnya ke sebuah mobil.

Matanya tak sanggup melihat yang terjadi disekelilingnya. Andai ia bisa menggantikan korban itu, ia yang akan di sana… Tapi… hatinya tak kuat, matanya kosong menatap langit…

Suara masih ramai di jalan, suara takbir, kepanikan yang membuncah bumi… Erangan panjang para korban… Allah… ucapnya berkali-kali..

*

Sementara istrinya bergetar, berurai air mata membaca status sahabatnya seorang penulis…

PAK SOPIR TABRAKAN BERUNTUN PAGI INI… (Jika engkau ayahku/suamiku/kakak atau adikku bahkan jika anakku…)

Pak aku tatap wajahmu dalam-dalam…

Yang begitu viral hari ini…

Dadaku sesak seketika…

Tatapan matamu kosong…

Berjuta pilu ada disana

Meski tertutup sebagian oleh masker…

Pak…

Tak perlu Bapak ceritakan bagaimana pilu itu…

Sedih yang sangat mendalam dari goresan wajahmu…

Mungkin pagi ini tak seperti yang engkau bayangkan..

Seumur hidupmu…

Aku masih memandang wajah gundahmu…

Tak terbersit dalam pikiranku, bila itu faktor kesengajaanmu…

Menyalahmu, apalagi…

Tak ada dalam pikiranku…

Mungkin saat ini nanar datar tatapanmu kosong

Memikirkan bagaimana beratnya beban amanah tanggungjawab keluargamu… Anak-anakmu…

Apalagi korban yang wafat dan terluka yang tidak sedikit…

Atau ganti rugi yang tak masuk dalam nalar sederhanamu…

Aku tak akan menyalahkanmu Pak..

Andai engkau Ayahku atau suamiku atau kakakku atau adikku bahkan jika engkau anakku..

Aku pasti memelukku, menguatkanmu…

Meyakinkan bahwa apapun yang terjadi di dunia ini, bahkan dalam kacamata kita manusia sederhana… Karena kelalaian, karena kepanikan hingga keliru mengambil langkah…

Yakinlah…

Pasti ini adalah juga takdir Allah…

Meski pula harus dipertanggungjawabkan…

Tapi aku tidak semata menyalahkanmu…

Pak sopir, kuat pak…

Dan hatiku gerimis…

Goresan Muthi’ Masfu’ah

Rapak, Balikpapan Utara, 21 Jumat 2021

Istrinya berkaca-kaca, tak terbendung lagi… menguatkan doa yang panjang… Untuk suami yang sudah dua puluhan tahun bersamanya…

Matahari mulai meninggi… menyengat wajah dan hati… Tapi doa terbaik akan terus dipanjatkan untuknya, dari ketulusan sang istri untuk pejuang pencari nafkah yang tengah mempertanggungjawabkan lembar terburuk yang tak terduga… sepanjang usianya… (**)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img