Catatan Rizal Effendi
DALAM seminggu ini, Gubernur Isran Noor dua kali bikin kejutan. Itu berkaitan dengan soal nama calon presiden 2024. Dia menyebut dua nama dari generasi muda. Pertama Prananda, putra Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Masih berusia 33 tahun. Yang kedua, Puan Maharani berusia 48 tahun, putri kesayangan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Prananda disebut Isran di forum Rakernas Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC) 15-17 Juni lalu, yang memang fokus mengajukan nama-nama bakal capres. Sedang Puan disebut Isran pada acara pembukaan Kongres Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) di Samarinda, Rabu (22/6).
Dua potongan video ucapan Isran itu viral di mana-mana. Khususnya di medsos. Saya dikirimi teman-teman dari berbagai WA group. Lalu di-share ke mana-mana.
“Kalimantan Timur tidak mengusulkan calon presiden, kecuali yang namanya Kakak Prananda. Tapi kalau DPP Partai Nasdem ingin mencalonkan yang namanya Isran Noor, tidak salah. Sudah dapat dipastikan tidak akan ada pasangan lain yang bisa mengalahkannya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,” kata Isran yang langsung disambut applaus ribuan peserta Rakernas Nasdem saat itu.
Kepada saya, Isran mengatakan dia memang cenderung di Rakernas itu fokus calon internal saja. “Kalau nama dari luar itu cukup dibahas di DPP saja,” katanya. Itu sebabnya dia tidak seperti daerah lain, yang mengusulkan nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Andika Perkasa, dan beberapa nama lainnya.
Tapi harapan Isran sepertinya belum kesampaian. Sebab, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali mengatakan, Partai Nasdem tidak akan mengusung nama Surya Paloh atau kader partai internal lainnya karena Surya Paloh lebih mengedepankan anak negeri.
Menurut Ali, Surya Paloh sudah memahami kondisi politik 2024, di mana banyak kandidat dari luar partai memiliki elektabilitas yang tinggi. “Jadi kami tidak memaksakan ketua umum seperti partai lain. Kami mau orang Indonesia yang punya gagasan dan visi membangun negeri,” katanya.
Mengenai kader partai, kemungkinan baru akan diusulkan sebagai capres pada 2029 mendatang. “Insyaallah kalau nanti ada kader internal Partai Nasdem yang memenuhi kualifikasi terbaik, tentu kami dorong,” tandasnya.
Dengan demikian, Partai Nasdem kukuh dengan tiga nama yang sudah disetor ke Surya Paloh. Pada saatnya nanti, ketua umum akan memilih dan mengumumkan salah satu dari ketiga nama tersebut.
Sepertinya pemilihan dan penetapan salah satu dari tiga nama itu, akan berproses setelah pertemuan dengan berbagai partai dilakukan Nasdem. Salah satu parpol yang menunjukkan tarikan napasnya hampir sejalan dengan Nasdem adalah PKS. Ada kemungkinan juga Partai Demokrat. Jika ketiga partai ini bergabung atau berkoalisi, memang mencukupi syarat untuk mengajukan capres pada Pilpres 2024.
Berbicara dengan PKS, tampaknya Nasdem bisa lebih lancar. Maklum salah satu kandidat PKS ada di tiga nama yang sudah ditetapkan Nasdem. Tapi dengan Demokrat sepertinya bakal memerlukan pembahasan yang lebih alot. Lantaran Demokrat juga ingin mengajukan nama ketua umumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai capres. Apalagi dalam berbagai survei, nama AHY selalu muncul, meski berada di papan tengah.
Presiden PKS Ahmad Syaiku mengaku hasil pertemuan dengan Surya Paloh menunjukkan banyak kesamaan dan titik temu dari segala gagasan yang terdapat dalam kedua partai khususnya dalam menyongsong Pemilu 2024 mendatang. “Kami akan bertemu lagi untuk mematangkan titik persamaan yang sudah ada,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat AHY mengatakan pertemuan dengan Surya Paloh berlangsung sangat baik. “Saya bisa pastikan di sini hubungan kami terasa nyaman, semakin hari semakin kuat, dan juga lebih terbuka. Terbuka dalam artian tidak terburu-buru, semuanya harus diapit dengan baik,” tambahnya.
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menyimpulkan hasil pertemuan ketiga partai ini semakin memantapkan komunikasi politik mereka dalam menghadapi Pemilu 2024.
Bawono juga melihat perjodohan untuk menduetkan Anies Baswedan – AHY tampaknya sebagai opsi paling mungkin dimunculkan ketiga partai politik tersebut.
YANG MULIA PUAN
Isran terbilang gubernur yang “berani” memberi sambutan lepas di depan Presiden Jokowi termasuk menyinggung soal nama Puan sebagai calon presiden. Semua orang tidak mengira diucapkannya secara terbuka. Apalagi di depan kepala negara pada pembukaan Kongres PMKRI.
Setelah mengucapkan salam yang terhormat dan yang mulia kepada Presiden Jokowi, Isran melanjutkan kepada Puan Maharani, yang kedudukannya sebagai ketua DPR RI. Tapi semua orang kaget karena ditambah embel-embel sebagai capres.
“Yang terhormat, yang mulia, yang saya banggakan dan insyallah dimuliakan Allah SWT, ibu Ketua DPR RI, calon presiden Republik Indonesia,” kata Isran dengan tenangnya.
Kontan ucapan Isran Noor itu disambut gemuruh dari seluruh undangan yang hadir. Presiden yang duduk di samping Puan juga langsung tepuk tangan bersama-sama. Termasuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia serta Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali. Sementara Menteri Sekretaris Negara Pratikno langsung menoleh ke Puan dengan senyum di balik masker. Ketua Presidium PMKRI Benidiktus Papa juga ikut memberi applaus.
Ketika ditanya wartawan di sela kunjungan ke lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), apakah Puan atau Ganjar yang dipilih, Jokowi sempat mengernyitkan kening. “Kalau Pak Ganjar ada di sini, saya akan jawab hehehe,” katanya berkilah.
Dalam penutupan Rakernas PDIP, Kamis (22/6) kemarin, Mega menyatakan dia belum menentukan siapa capres dari PDIP. “Kan masih lama, sabar sedikit. Biar saya umpetin dulu, katanya”. Tapi sekali lagi dia menegaskan bahwa dia mempunyai hak prerogatif sebagai amanat Kongres untuk menetapkan capres 2024 dari PDIP.
Sesuai dengan jadwal yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), proses pendaftaran capres dan cawapres dilaksanakan pada tanggal 7 – 13 September 2023.
Meski belum ditetapkan oleh Bu Mega, semua orang tahu bahwa saat ini beredar dua nama capres dari PDIP, yaitu Puan Maharani dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Publik mendapat kesan kalau Puan yang diinginkan PDIP atau Mega, bukan Ganjar. Tapi semua orang juga tahu hasil berbagai lembaga survei menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas Ganjar jauh di atas Puan.
Berbagai “serangan” dari elite PDIP sering dilontarkan kepada Ganjar termasuk ucapan keras Mega terhadap kader yang dinilai bermain “dua kaki.” Tapi sejauh ini Ganjar bersikap tenang dan selalu menyatakan dia tegak lurus terhadap keputusan ketua umum Megawati.
Sepertinya pada hari-hari mendatang kita masih disuguhkan suasana drama, seperti yang dipertontonkan Isran. Kita belum tahu apakah Isran hanya penulis naskah atau juga jadi pemain. Yang pasti, kata seorang warga, si Raja Naga memang pandai berakrobat. Setidaknya ikut mewarnai “masa-masa romantis” parpol yang lagi mencari calon dan pasangan seperti digambarkan mantan wapres Jusuf Kalla. (**)
Penulis adalah Wali Kota Balikpapan 2011–2016 dan 2016–2021 dan Pengurus PWI Kaltim