spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sains dan Teknologi Dalam Perspektif Islam

Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan mensistematisasikan sesuatu sehingga menjadi sebuah pengetahuan. Hal tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun harus dianalisis secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metode.

Sains dan teknologi bersifat  universal, sehingga dapat berlaku bagi siapapun dan kapanpun. Bahkan al-Quran telah memerintahkan manusia untuk mempelajari fenomena alam semesta sebagai upaya menghayati kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Hal tersebut telah dinyatakan dalam surah al-Ankabut [29];20

Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sesungguhnya ada tiga sumber pengetahuan dalam Islam yaitu;  1)  al-Quran, 2)   as- Sunnah, dan 3) alam Semesta (al-kaun). ketiga sumber tersebut saling keterkaitan dan saling menguatkan. Adapun sumber al-kaun dapat diamati dan harus kita pelajari sekaligus diteliti secara ilmiah sehingga dapat memberikan informasi secara detil. Di dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang memerintahkan manusia untuk melakukan pengamatan (observasi) yakni Qs. Yunus ayat [10]: 101.

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”.

Sesungguhnya kandungan al-Quran sulit untuk diingkari oleh manusia, karena al-Quran mengandung sejumlah informasi tentang beberapa informasi mulai pada aspek yang ghoib hingga informasi tentang awal penciptaan manusia, sejarah para nabi dan rasul yang kejadiannya hingga  ribuan tahun yang lalu sehingga tidak mampu diliput oleh historiografi konvensional.

Informasi-informasi sejarah masa lalu dan juga yang berkaitan dengan masa depan telah dilukiskan oleh al-Quran, tidak mungkin manusia dapat mengetahuinya kecuali dengan melalui wahyu. Salah satu contoh konkret yang telah disampaikan oleh Rasulullah, tentang larangan meniup minuman yang panas.

Artinya: “Apabila kalian minum janganlah bernapas di dalam gelas, dan ketika buang hajat janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan. (H.R. Bukhari).

Kini telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern bahwa meniup minuman yang panas ternyata dapat membahayakan kesehatan. Sebab, udara yang keluar melalui tiupan atau hembusan napas merupakan udara yang telah rusak dan penuh dengan karbon dioksida (CO2). Lalu apa yang terjadi jika minuman panas ditiup? Akibatnya karbon dioksida CO2 akan bertemu dengan uap  air  H2CO3.

H2CO3  merupakan  senyawa  asam karbonat (Carbonic Acid) yang berfungsi mengatur tingkat keasaman (pH) di dalam darah. Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung senyawa tersebut bisa membuat keasaman di dalam darah meningkat (asidosis). Dalam keadaan normal darah memiliki batasan kadar keasaman atau pH yakni 7,35- 7,45.

Jika kadar dapat berada dalam kondisi asidosis. Kondisi ini dapat berbahaya bagi tubuh yang juga dapat menyebabkan gangguan jantung ditandai dengan napas menjadi lebih cepat, sesak, dan pusing karena tubuh berusaha menyeimbangkan kadar pH darah. Jika kita terus-terusan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung H2CO3, maka kinerja ginjal juga bisa menurun, bahkan tidak bisa berfungsi secara normal karena diakibatkan asidosis yang berat.

Berdasarkan fakta ilmiah tersebut, hal ini merupakan salah satu bukti bahwa agama Islam mengusung konsepsi pengetahuan yang teramat tinggi. Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa hubungan antara Islam dengan SAINS adalah bersifat konstruktif, bahkan sejumlah ilmuan modern di Barat telah mengakui bahwa ayat-ayat al-Quran sangat sesuai dengan fenomena yang terjadi di alam semesta. Tidak ada fenomena yang bertentangan dengan al-Quran.

Dalam fakta sejarah bahwa Islam pernah menguasai Sains dan teknologi dunia. Pengembangan sains teknologi merupakan hal yang amat penting bagi perkembangan suatu bangsa. Bangsa Indonesia akan maju dan berkembang,  bahkan disegani oleh bangsa-bangsa lain jika generasi mudanya dapat menemukan dan menciptakan sejumlah teknologi yang mutakhir atau modern. Suatu bangsa dapat diukur peradabannya  dari tingkat sains dan teknologi yang akan dikembangkan dan kuasai.

Namun perlu dipahami secara benar bahwa ajaran Islam sangat memerhatikan tentang pentingnya IPTEK sebagai dasar dalam mengembangkannya, namun mengembangkannya harus diimbangi dengan iman dan taqwa. Karena IPTEK tidak diiringi dengan IMTAQ hanya akan melahirkan ilmuwan yang kaya secara intelektual, namun miskin secara moralitas, hal ini akan mendatangkan kemudaratan bagi bangsa ini. (**)

Oleh: Ust. Zulkifli, S.Pd.I., M.Pd, Dosen Sekolah Tinggi Teknologi (STITEK),Bontang-Kaltim

 

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img