spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ribuan Nama Lulusan Dibaca Sampai Terbatuk-Batuk, Unmul Wisuda 1.071 Mahasiswa

Perguruan tinggi terbesar di Kaltim, Universitas Mulawarman, kembali mengadakan Wisuda Gelombang III pada Sabtu, 25 September 2021. Wisuda keenam secara daring dan luring ini meluluskan 1.072 mahasiswa. Dalam prosesi, Rektor Unmul Prof Masjaya mengatakan, hanya 18 mahasiswa yang hadir di kantor rektorat. Wakil mahasiswa ini adalah lulusan terbaik dari setiap fakultas.

Prof Masjaya mengakui, wisuda luring memang dirindukan sekali. Dua tahun sudah sejak pandemi Covid-19 menerjang, wisuda Unmul minim tatap muka. Rektor berharap, kurva pandemi yang melandai dapat mempercepat wisuda luring pada waktu mendatang.

“Barangkali hanya tertunda. Mudah-mudahan, wisuda berikutnya bisa luring. Mari, kita doakan bersama-sama,” terang Prof Masjaya dalam sambutannya.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Mustofa Agung Sardjono, menjelaskan bahwa lulusan terbaik S-1 pada wisuda gelombang III adalah Syifa Nur Aini. Mahasiswi Program Studi Hukum, Fakultas Hukum, tersebut memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,91 dengan masa studi empat tahun. Di program profesi, lulusan terbaik jatuh ialah Ibnu Sina dari Program Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran. IPK-nya 3,73 dengan masa studi tiga tahun dan predikat sangat memuaskan.

Lulusan terbaik pascasarjana adalah Meiji Burahman dari Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ia meraih IPK 4,00 atau sempurna, dengan masa studi dua tahun. Sementara itu, lulusan terbaik program doktor diraih Rosmaiti dari Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Rosmaiti meraih IPK 3,78 dengan masa studi empat tahun lima bulan.

Ada tiga fakultas dengan wisudawan terbanyak kali ini yakni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan 120 mahasiswa, Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan 164 mahasiswa, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan 309 mahasiswa.

DI BALIK PEMBACAAN NAMA WISUDAWAN
Sudah menjadi tradisi bahwa nama wisudawan dan wisudawati dibacakan berurutan setiap wisuda. Biasanya, nama lulusan dibaca pejabat fakultas seperti dekan. Pembacaan nama lulusan diikuti predikat –seperti memuaskan, sangat memuaskan, maupun dengan pujian. Pada wisuda daring berbeda. Ketidakhadiran pejabat fakultas secara luring menyebabkan harus ada petugas yang membacakan ribuan nama tersebut. Tugas itu dijalankan oleh tim Sub Bagian Tata Usaha dan Protokol Unmul.

Tim pembacaan nama wisudawan ini terdiri dari enam orang. Satriani, 32 tahun, menjelaskan bahwa pembacaan nama lulusan dalam wisuda daring bermula September tahun lalu. Waktu itu, tim protokol bergantian membacakan nama 1.700 lulusan selama empat jam.

Perempuan yang sudah bergabung di Unmul sejak 2012 ini menjelaskan teknis pembagian daftar pembaca. Pertama, pembagian diatur sehari sebelum wisuda secara kolektif. Daftar nama diperoleh tim dari bagian akademik rektorat. Jumlah nama yang dibaca disesuaikan dengan jumlah lulusan satu program studi. Jika lulusan dari satu prodi di atas 100 orang, pembacanya harus lebih dari dua orang. Satu orang anggota tim hanya membaca nama dan predikat 50 lulusan.

“Jika anggota tim kurang dari enam orang yang hadir, bisa saja satu orang membaca lebih dari 100 nama seperti Pak Amiruddin,” terangnya. Pembagian jumlah nama yang dibacakan ini untuk menghindari kelelahan sehingga meminimalisasi kekeliruan.

Amiruddin, anggota tim yang lain, menjelaskan bahwa dia bisa membaca nama 100 wisudawan tanpa henti. Amir mengaku, pernah sampai terbatuk-batuk membacanya. Ketika hal itu terjadi, Amir dan tim mencoba menganggapnya sebagai pemanis saat bertugas.

“Apalagi kalau ada typo saat menyebut nama yang kebarat-baratan, atau nama mahasiswa yang sampai lima suku kata. Saya bisa sampai kehilangan fokus,” terangnya.

Pembacaan nama ribuan mahasiswa secara daring ini bermula pada September 2020. Menurut Kasubbag Tata Usaha dan Protokol Unmul, Annisa Rahman, waktu itu pendaftar wisuda membeludak. Banyak mahasiswa yang sudah lulus tapi belum diwisuda karena pandemi. Wisudawan pun menembus 1.500 orang. Saking banyaknya, sekaligus mempertimbangkan protokol kesehatan, wisuda pada awalnya tidak membacakan nama dan predikat para lulusan.

Rupanya, banyak mahasiswa yang merasa tidak afdal. Kampus pun menggodok ulang tata cara wisuda. Pada wisuda gelombang II 2020, nama dan predikat lulusan disepakati dibacakan. Berangkat dari situ, dibuatlah satu tim khusus yang bertugas membaca ribuan nama lulusan.

Annisa mengatakan, kinerja tim memang belum sempurna. Berbagai kesalahan seperti pengucapan nama masih terjadi. Akan tetapi, dia menjelaskan, evaluasi dan solusi –seperti membuat video penyebutan nama sebelum prosesi wisuda– sudah dilakukan. Annisa berharap, bisa bekerja maksimal. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti