Seperti yang kita ketahui pada saat ini bahasa Korea sudah menjadi hal yang lazim kita temui dalam komunikasi sehari-hari. Masyarakat sering menyelipkan bahasa Korea dalam percakapan mereka, seperti “Annyeong”, “Saranghae”, “Kiyowo”, dan masih banyak lagi. Peristiwa ini menghasilkan “Korean Wave” atau disebut juga fenomena “Hallyu”
Hallyu adalah istilah yg dikenal oleh warga dunia dengan tersebarnya budaya pop Korea pada beberapa negara di Asia, termasuk pada Indonesia (Shim, 2006). Fenomena budaya Hallyu di Indonesia jauh lebih marak dikenal melalui media sosial internet dibandingkan menggunakan media massa lainnya seperti televisi dan majalah.
Dampak budaya dalam globalisasi melalui media bisa memunculkan implikasi tingkat pengetahuan komunikasi antar budaya para remaja di Indonesia. Artinya, bagaimana kultur budaya itu mampu terbentuk serta bagaimana alur budaya itu menyugesti pergeseran komunikasi budaya itu terjadi.
Terlebih lagi, dalam era konvergensi media dan kehadiran information society sekarang ini media, khususnya internet, menjadi bagian tak terpisahkan ketika kita berbicara mengenai globalisasi.
Dampak Fenomena Hallyu terhadap Pergeseran Komunikasi
Kemunculan fenomena ini tentu saja menimbulkan efek positif dan negatif. Efek positif yang didapat ialah menambah pengetahuan bahasa asing serta kebudayaannya. Tak sedikit masyarakat terutama para remaja yang turut mengaplikasikan bahasa korea dalam kehidupan sehari-hari, seperti kalimat sapaan dan ucapan terimakasih yang dihasilkan dari tontonan dari Korea.
Selain itu, efek negatif yang dapat dirasakan ialah masyarakat cenderung lebih mengagungkan kebudayaan Korea dibanding dengan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan pergeseran budaya lokal dan membuat masyarakat acuh tak acuh sehingga mulai melupakan identitas diri sebagai bangsa Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya fenomena Hallyu, sangat memengaruhi kehidupan masyarakat di dunia Internasional, tak terkecuali di Indonesia terutama di kalangan remaja. Peristiwa yang sering ditemui adalah pergeseran gaya komunikasi karena dipengaruhi oleh tontonan Korea, seperti serial drama dan reality show.
Contohnya seperti penggunaan kata “Annyeong” sebagai kalimat sapaan, “Kamsahamnida” sebagai ucapan terima kasih, “Saranghae” sebagai ungkapan rasa sayang, serta “Kiyowo” sebagai pujian terhadap sesuatu yang menggemaskan. Jika pergeseran gaya komunikasi terus berlanjut maka ada kemungkinan bahasa-bahasa daerah di Indonesia akan terlupakan.
Solusi dalam Menyikapi Fenomena Hallyu
Untuk menghadapi efek negatif yang ditimbulkan dari fenomena Hallyu, sebenarnya ada beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Pertama-tama, masyarakat harus lebih selektif dan berpikir jernih dalam memilih hal-hal yang memang baik untuk ditiru maupun tidak. Pasalnya, dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui masyarakat Indonesia, khususnya anak muda yang mulai melupakan identitas dirinya sebagai Bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan gaya komunikasi yang cenderung meniru budaya luar, dalam konteks ini adalah budaya Korea.
Langkah kedua adalah menyadari skala prioritas masing-masing individu. Setiap masyarakat harus bisa mengatur dan mengendalikan diri agar tidak berlebihan menerima budaya Korea dan meninggalkan budayanya sendiri. Maksudnya adalah masyarakat harus paham menempatkan budaya Korea di luar zona budaya asli Indonesia sehingga tidak mencampuradukkan keduanya.
Selain itu, persepsi masyarakat juga harus diubah. Bahwasannya saat ini, banyak masyarakat yang selalu menganggap budaya asing jauh lebih bagus dan menarik dibandingkan dengan kebudayaan lokal. Padahal banyak sekali budaya-budaya lokal yang juga menarik jika ditinjau lebih jauh.
Contohnya dalam komunikasi multikultural di Indonesia. Berdasarkan data dari petabahasa.kemdikbud.go.id, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah. Sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki ragam budaya seperti bahasa, maka sudah menjadi tugas kita untuk menjaga dan melestarikannya.
Merebaknya fenomena Hallyu merupakan suatu hal yang patut menjadi perhatian masyarakat Indonesia secara luas, dikarenakan Korean Wave telah menjangkit seluruh lapisan masyarakat, tidak lagi memandang gender maupun usia.
Adanya aliran budaya dari Korea telah berdampak kepada komunikasi sehari-hari di masyarakat. Dimana telah terjadi pergeseran gaya komunikasi dengan menggunakan kata ganti bahasa Indonesia menjadi bahasa Korea.
Pergeseran ini terjadi karena masyarakat mengaplikasikan apa yang mereka dapatkan dari tontonan Korea yang sudah menyebar luas di segala media. Seperti serial drama dan reality show dalam media elektronik, atau iklan-iklan yang menggunakan aktris dan aktor dari Korea yang sudah banyak kita temui di media sosial.
Masyarakat Indonesia, terutama generasi milenial sebagai agent of change, haruslah bijak dalam menghadapi fenomena Hallyu. Menyikapi hal ini, tidak harus dilakukan dengan larangan mengonsumsi budaya Korea, namun masyarakat dituntut untuk lebih selektif. Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk tetap memiliki rasa cinta terhadap budaya lokal dan mau mengembangkannya. (**)
Referensi
Suminar, R. (2018). Fenomena Hallyu di Indonesia. Syntax Literatur: Jurnal Ilmiah Indonesia p-ISSN: 2541-0849, 129. https://petabahasa.kemdikbud.go.id/
Penulis: Diana Aprilia Gultom, Kristin Vidyas Ulandari, dan Tri Agustin (Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman)