spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Penyerangan Sadis Pedagang Emas di Balikpapan, Jelang Salat Subuh, Diserang Pakai Parang

BALIKPAPAN – Waktu memasuki dini hari ketika Menceng tersadar dari tidurnya. Namun perempuan 40 tahun itu tak lekas beranjak dari kasur. Sambil berbaring, samar-samar ia melihat suaminya, Tamrin, menunaikan salat Tahajud di ambang pintu kamar.

Lantunan ayat-ayat suci Alquran dari masjid menggema Jumat (2/4/2021) subuh. Suara itu sampai ke telinga Menceng. Ibu tiga anak itu segera bangkit dari kasurnya. Di kamar mandi, ia melihat suaminya yang masih mengenakan kaos putih lengan panjang dengan bawahan sarung cokelat, sudah berwudu lagi untuk melaksanakan ibadah subuh.

Sesudah menuntaskan syarat sah salat tersebut, Tamrin membangunkan anak pertamanya yang masih SMA. Mengajak buah hatinya untuk ke masjid. Namun sang anak belum bersedia. Ia bergegas meletakkan baik-baik kopiah hitam di atas kepalanya. Membawa serta sebuah sajadah dan tasbih. Kemudian berpamitan kepada istri tercinta.

“Bapak hendak pergi ke Masjid Agung At-Taqwa,” cerita Menceng kepada kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com. Udara dingin segera merasuk tubuh Tamrin ketika ia membuka pintu rumahnya di Gang Slewangan, Kelandasan Ulu, Balikpapan Kota. Namun lelaki 43 tahun itu tak gamang.

Seorang diri ia berjalan kaki menelusuri lorong gang dan menyeberangi Jalan Jenderal Sudirman. Setelahnya ia berjalan di atas trotoar yang berada di pinggir kantor Pemkot Balikpapan itu. Setelah berjalan sekitar 300 meter, Tamrin sampai di depan gapura Masjid Agung At-Taqwa.

Untuk bisa masuk ke rumah ibadah umat muslim tersebut, ia harus menyeberangi Jalan Wiluyo Puspoyudo. Namun, sebelum kakinya turun dari trotoar, Tamrin dihadang seorang pria dari belakangnya.

Masing-masing tangan pria tersebut menggenggam sebilah parang sepanjang 50 sentimeter. Tanpa aba-aba, pria yang belum diketahui identitasnya tersebut melayangkan kedua senjata tajam itu ke tubuh Tamrin secara membabi buta. Tamrin yang tak sigap memilih bertahan. Sekuat tenaga ia menangkis serangan parang tersebut menggunakan kedua tangannya.

Setelah Tamrin bersimbah penuh darah, pria misterius itu kabur dengan membuang kedua parangnya di dekat tempat kejadian perkara. Sedangkan Tamrin yang masih memiliki sedikit tenaga berusaha berjalan tertatih-tatih ke Masjid Agung At-Taqwa untuk mencari pertolongan. Kronologis kericuhan ini ditulis berdasar keterangan yang dihimpun kepolisian.

“Korban ini diparangi dari belakang oleh orang tidak dikenal saat hendak berangkat ke masjid yang paling dekat dengan rumahnya,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal, Kepolisian Resor Kota Balikpapan, Komisaris Polisi Rengga Saputro, di lokasi kejadian.

Menceng sedang bersiap menunaikan salat subuh ketika mendengar suara ketukan pintu rumahnya. Ia segera membuka pintu. Tampak seorang pria berdiri di depan rumahnya dengan napas terengah-engah. Pria itu mengabarkan kepada Menceng jika suaminya terluka di Masjid Agung At-Taqwa. Menceng segera mencari Tamrin.

Betapa syoknya Menceng melihat suaminya tergeletak bergelimangan darah di parkiran Masjid Agung At-Taqwa. Menceng pergi sebentar menemui keluarganya. Bersama kakaknya, Menceng kembali ke masjid tersebut menumpangi mobil. Tamrin kemudian dimasukkan ke kendaraan tersebut lalu dibawa ke RS Dr R. Hardjanto di Klandasan Ulu.

“Setelah itu saya ke Polresta Balikpapan bikin laporan,” ucap wanita kelahiran Bontang, 10 Oktober 1981 itu. Untuk mengungkap kasus ini, Polresta Balikpapan berkerja sama dengan Polda Katim. Beberapa jam setelah kejadian, kedua instansi kepolisian itu mendatangi TKP untuk melakukan olah kejadian perkara. Namun, hingga berita ini ditayangkan, pelaku penyerangan Tamrin belum ditangkap. Termasuk motif dalam kasus ini, juga belum diketahui.

“Kami sudah mengamankan dua bilah parang dan pakaian yang digunakan korban saat terjadi perkara,” kata Kompol Rengga Saputro.

Di RS Dr. R. Hardjanto, Tamrin sempat ditangani Mayor Ckm dr Riyadi Wibowo. Dokter bedah umum itu mengabarkan ada enam luka sayatan di tubuh Tamrin. Masing-masing di lengan kiri, di belakang kepala, leher, dada, serta punggung telapak tangan kanan.

“Kondisinya saat ini kritis. Ada urat di punggung tangannya putus. Sekarang sedang ditengani dokter ortopedi,” kata dr Riyadi, Jumat siang.

Menceng sungguh tak terima perlakukan kasar yang diterima suaminya. Dia meminta kepolisian mengusut tuntas kasus ini. Pelaku, pinta dia, haruslah segera ditangkap. “Agar kasus ini segera terang. Saya hanya mau tau kenapa pelaku tega melukai suami saya,” kata Menceng sambil berderai air mata.

Dijelaskan Menceng, Tamrin tiba di Balikpapan pada 11 Maret lalu. Sebelumnya ia bekerja sebagai penambang emas di Ternate, Maluku Utara. Di Kota Minyak Tamrin bekerja di toko emas di Klandasan Ulu. Tamrin juga disebut taat beribadah. Nyaris salat lima waktunya tak pernah lepas. “Suami saya baru di sini. Jadi, enggak mungkin rasanya dia punya musuh,” kuncinya. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img