SAMARINDA – Revitalisasi teras Samarinda atau Tepian Mahakam semakin dikebut penyelesaiannya. Namun kritik justru hadir dari pengamat atau pemerhati sungai Mahakam, Yustinus Sapto Hardjanto. Menurut pria yang biasa dikenal Mas Yus itu, pembangunan ulang tepian memang benar jika tujuannya memperindah kawasan kota. Namun, sayangnya itu tidak beriringan dengan pemeliharaan sungai.
Bahkan ia mempertanyakan konsep detail dari pembangunan teras Samarinda. Baginya itu semua hanya bagian dari politik pembangunan, bukan hal yang bisa dipatok sebagai kebaikan secara menyeluruh. Ia juga mempertanyakan fungsi dari revitalisasi tepian Samarinda.
“Sebenarnya kita perlu bertanya, apa fungsi sungai terhadap masyarakat Samarinda? Fungsinya ya untuk menyediakan air bersih. Sayangnya, pemerintah tidak mampu memberikan solusi pemeliharaan air sungai,” katanya.
Yustinus juga menekankan bahwa kita perlu banyak-banyak belajar dengan pemerintah di Singapura dan Korea Selatan. Bukan hanya memberikan pemandangan yang indah namun juga memberikan hakikat sungai kepada ekosistem aslinya. Memang untuk mengetahui itu, diperlukan riset mendalam untuk bisa menemukan titik-titik yang perlu dibangun ulang atau tidak. Namun tidak ada riset semendalam itu di Samarinda.
“Kita ini perlu mempelajari apa yang dibangun oleh Singapura dan Korea Selatan. Sayangnya kita tidak punya riset mendalam soal sungai di Samarinda,” lanjutnya.
Membangun ulang Tepian Samarinda memang perlu, namun sebaiknya pembangunan ulang harus melalui riset yang tidak sebentar. Yustinus berpendapat bahwa seharusnya pemerintah membangun ruang terbuka hijau, bukan malah menyemenisasi lingkungan tepian. Sebab semenisasi akan mempengaruhi serapan air ke tanah dan penyemenan tidak akan memberikan efek baik kepada ekosistem sungai.
“Nah apa yang dilakukan pemerintah adalah menyemenisasi tepian. Itu bukan hal baik yang perlu dilakukan. Seharusnya pemerintah membangun ruang terbuka hijau, yang diisi oleh pohon-pohon sehingga bisa memberikan dampak pada ekosistem sungai,” jelasnya.
Samarinda memang masih rentan terhadap banjir. Luapan sungai Mahakam bisa saja sewaktu-waktu membanjiri ruang-ruang sibuk kota. Memperindah kota memang perlu, namun apakah indah saja cukup? Yustinus kembali menekankan bahwa esktetika tidak cukup, karena pemerintah juga perlu memerhatikan resapan tanah terhadap air.
Apa yang dilakukan pemerintah adalah solusi jangka pendek, secara jangka panjangnya patut dipertanyakan. Bahkan normalisasi sungai yang diajukan pemerintah malah tidak menormalisasi sungai.
“Pemerintah bilang soal normalisasi sungai, tetapi justru tidak menghadirkan kenormalan terhadap sungai,” pangkasnya.
Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R