SAMARINDA – Seusai pertandingan sengit antara Borneo FC dan PSM Makassar yang berakhir imbang 1-1 di Stadion Segiri pada Jumat (18/4/2025), pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares, menyampaikan kekecewaannya terhadap kepemimpinan wasit.
Dalam sesi konferensi pers setelah pertandingan, Tavares mempertanyakan sejumlah keputusan krusial yang dinilainya merugikan timnya.
Tavares menyoroti setidaknya dua momen di lapangan yang menurutnya layak berbuah penalti bagi PSM Makassar, namun tidak digubris oleh pengadil lapangan.
“2 penaltinya lagi yang seharusnya kita dapatkan,” ujar Tavares dengan nada kecewa.
“Saya senang, dari 3 momen tersebut wasit memberikan 1 penalti, namun 2 momen lainnya wasit tidak memberikan hal tersebut,” sambungnya
Pelatih asal Portugal ini kemudian membandingkan insiden-insiden tersebut dengan keputusan wasit di pertandingan-pertandingan sebelumnya.
Ia menyinggung handball yang melibatkan pemainnya, Yuran Fernandes, yang berujung pada penalti bagi lawan.
“Kalau saya memberikan contoh dari pada saat itu mengenai tangannya pemain Yuran, namun Yuran tidak bisa mengelakkan tangannya atau memindahkan tangannya lagi pada saat terkena bola, dan kalau ini terjadi pada kita, penalti yang didapatkan dari tim lawan,” jelasnya.
Tak hanya itu, Tavares juga menyoroti tindakan pemain Borneo FC bernomor punggung 5 yang menurutnya layak mendapatkan kartu merah.
“Dan juga apa yang dilakukan pemain Borneo FC nomor punggung 5 tadi, kalau ini kita lakukan harusnya ini kartu merah,” tegasnya.
Ia mengaku senang dengan peluang yang diciptakan oleh timnya, namun sangat menyayangkan keputusan-keputusan wasit yang dianggapnya tidak konsisten.
“Saya senang dari tim kita membuat peluang, namun saya tidak senang wasit membiarkan hal ini terjadi, apa alasannya sekarang?” tanyanya retoris.
Lebih lanjut, Tavares menyinggung implementasi Video Assistant Referee (VAR) di sepak bola Indonesia.
Menurutnya, teknologi yang seharusnya membantu wasit dalam mengambil keputusan justru terkesan tidak efektif karena kualitas sumber daya manusia yang mengoperasikannya.
“Teknologi itu sudah ada di sini sebelumnya waktu saya pertama-tama datang ke sini, saya selalu menganjurkan atau menghimbau pertandingan sepak bola Indonesia membutuhkan VAR, tapi sayang sekarang melihat bahwa orang yang kerja di belakang VAR itu harus ditingkatkan kualitasnya,” kritiknya.
“Mereka harus orang-orang yang betul-betul bertanggung jawab dengan pekerjaan mereka, mengapa harus takut mengambil keputusan?”
Tavares menekankan bahwa hasil pertandingan ini tidak akan mempengaruhi posisi kedua tim di klasemen, namun ia menyayangkan standar kepemimpinan wasit yang dinilainya berbeda antara kompetisi domestik dan internasional.
“PSM Makassar tidak akan terdegradasi oleh hasil ini atau Borneo tidak terdegradasi oleh hasil ini, tapi kenapa melakukan apa yang seharusnya dilakukan? Standar di sepak bola Indonesia dibawa ke sepak bola internasional berbeda,” ujarnya.
“Pada saat masuk sepak bola ke internasional, mereka akan melakukan apa saja yang mereka anggap apa saja bisa dilakukan di sepak bola Indonesia, jadi itu tidak baik bagi sepak bola Indonesia.”
Di akhir pernyataannya, Tavares mempertanyakan efektivitas investasi besar dalam teknologi VAR jika implementasinya tidak maksimal.
“Mengapa harus menghabiskan banyak uang untuk VAR jika mengaplikasikan seperti ini? Mereka harus memberikan respect kepada kita yang bekerja, kepada pelatih, kepada para pemain,” pungkasnya dengan nada tegas.
Penulis : Dimas
Editor: Nicha R