spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pantauan Pasar: Pasokan Terbatas, Sempat Hadapi Panic Buying

Kebijakan harga tertinggi eceran (HET) minyak goreng belum merata diterapkan para pelaku usaha. Masih ada pedagang yang menjual minyak goreng diatas HET. Sementara pasokan minyak goreng diakui pedagang juga masih terbatas. Berikut pantauan tim Media Kaltim di Samarinda, Kutai Kartanegara, dan Bontang.

Imah, pedagang pasar di Jalan Teuku Umar Gang Senyiur Samarinda mengaku saat ini belum mendapatkan stok minyak goreng dengan HET, khususnya harga minyak goreng kemasan standar dengan harga Rp 13.500 per liter. Saat ini ia menjual kemasan botol setengah liter dengan harga Rp 7.000. “Ini juga tidak banyak,” terangnya kepada Media Kaltim, Sabtu (5/2/2022).

Ia mengaku stok minyak goreng yang diperolehnya sangat terbatas. Tidak seperti beberapa bulan lalu saat harga minyak belum melonjak naik.  “Dua bulan ini tidak banyak kami dapatnya. Kalau tahun lalu rasanya masih banyak aja biasanya dibawakan sales. Bos saya ambil yang kemasan bagus (premium) soalnya bedanya (harga) tipis sama yang biasa (kemasan standar),” ucapnya.

Sementara, Joko, karyawan minimarket di Jalan Teuku Umar Samarinda mengaku masih menjual minyak goreng dengan harga lama. Menurutnya, toko tempatnya bekerja belum menerima minyak goreng dengan HET yang ditetapkan pemerintah. “Mungkin itu toko tertentu aja yang dikasih. Mungkin nanti ada aja yang ngantar harga yang baru itu,” katanya, Jumat (4/2/2022).

Terpisah, Boy (nama samaran) karyawan di salah satu minimarket mengaku baru saja mendapat stok minyak goreng dengan harga Rp 14.000 per liter. Namun ia menyatakan hanya mendapat satu kardus isi 24 kemasan selama kurang lebih seminggu ini.  “Memang pengirimannya rata-rata satu kardus aja. Tidak terlalu banyak juga yang beli di sini,” ujarnya, Sabtu (5/2/2022).

Pedagang eceran di Tenggarong, Adi Cahyo mengaku, hanya menjual dua jenis minyak goreng, yakni minyak goreng kemasan curah dan kemasan premium. Rata-rata harga yang dibelinya dari distributor resmi Rp 14 ribu per liter, kemudian dijual seharga Rp 15 ribu per liter.

Dia mengatakan, pedagang harus pandai mencari informasi dari distributor. Menurutnya, ada distributor yang menerapkan minyak goreng dengan harga subsidi, ada pula yang belum. Dia mengaku pernah memiliki stok lama. Dia lalu melaporkan hal tersebut ke distributor resmi dan dia mendapat selisih harga subsidi dari distributor resmi itu.

Namun sejak ada ketetapan satu harga dari pemerintah, ia mengaku mengalami kesulitan melakukan stok minyak goreng. Dia hanya bisa membeli 2-3 kardus, dengan isi 6 kemasan 2 liter. Hanya dalam hitungan jam katanya, barang sudah ludes dibeli masyarakat. “Dulu bisa stok sampai 50 dus,” ujar Adi.

Minyak goreng yang tersedia di Pasar Taman Rawa Indah. (Annisa Hashifah/Media Kaltim)

PANIC BUYING

Pedagang di Pasar Taman Rawa Indah Bontang, Ambo mengaku  kesulitan mendapatkan stok minyak goreng setelah pemerintah menetapkan HET minyak goreng. “Saya ikut aturan pemerintah, ini minyak goreng yang saya jual sesuai harganya, tapi kenapa malah merek Bimoli tiba-tiba tak ada stoknya,” ungkapnya kepada Media Kaltim, Sabtu (5/2/2022).

Ambo mengaku, menyetok minyak goreng biasanya dalam dua minggu hanya sekali. Untuk minyak goreng dengan kemasan curah ia jual seharga Rp 10.500 per liter, dan untuk kemasan lainnya seharga Rp 14.000 per liter. “Yang sekarang sering datang (diantar distributor) merek Siip, Rose Brand, dan Sedap. Bimoli yang tidak ada, entah ada yang menimbun atau seperti apa,” ujarnya.

Saat penetapan HET, Ambo mengaku masih ada barang stok lama. Agar tetap bisa mengikut aturan pemerintah, dia rela menjual rugi stok barang lama dan bisa menyetok kembali minyak goreng dengan harga sesuai HET. “Lebih baik saya ruginya kemarin daripada sekarang, saya akan tambah rugi besar jika masih menjual stok lama,” jelasnya.

Pedagang lainnya di pasar itu, Bahar juga mengaku masih menjual minyak goreng stok lama dan tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan. “Saya tahu kalau ada aturan itu, tapi mau gimana lagi, saya punya stok lama. Dan saya belum dapat barangnya (minyak goreng, Red.) dari pemerintah yang sudah berubah harganya,” ujarnya.

Bahar menjual minyak goreng kemasan premium stok lama dengan harga Rp 17.000 per liter atau selisih Rp 3.000 dibandingkan HET dari pemerintah. “Masih mending itu saya taruh harga Rp 17.000, biasanya bisa sampai Rp 20.000. Kalau nanti saya di-sidak karena menjual stok lama ya saya terima saja. Karena mau bagaimana lagi, saya gak mau rugi,” jelasnya.

Sementara Suryah Mart telah memberlakukan HET sejak ditetapkannya awal Februari 2022.  Kepala Toko Suryah, Abdul Rahman mengatakan, untuk menghindari panic buying dia membatasi jumlah pembelian. “Masing-masing orang hanya boleh membeli maksimal 2 liter minyak. Stok yang kami keluarkan per hari hanya 100 bungkus dari 30 kardus yang kami beli tiap bulan,” ujarnya.

Di pasar modern lainnya, di Ramayana Bontang, HET minyak goreng sudah sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. Namun sempat terjadi panic buying oleh sebagian masyarakat. Bahkan karena pembelian dibatasi per orang, ada konsumen yang sampai menyuruh anak-anak ikut membeli minyak goreng.

“Kemarin masyarakat sempat panic buying. Sebelum Ramayana buka sudah ada sekitar 40 orang menunggu di depan rolling door. Tapi setelah itu kami batasi untuk tiap transaksi dan melarang anak ikut melakukan transaksi, ” ucap Manager Ramayana Bontang, Muhammad Adi Saputra kepada Media Kaltim. (eky/afi/ahr)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti