SAMPAH, pekerjaan rumah pemerintah setiap tahunnya. Persoalan sampah memang tidak sederhana, karena tingkat produksi sampah yang tinggi sejatinya merupakan pedang bermata dua, bukan sepenuhnya buruk.
Produksi sampah yang tinggi menjadi bukti bahwa masyarakat memiliki tingkat konsumsi yang tinggi—menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang baik. Tetapi di sisi lain, jika pengelolaannya buruk, hal tersebut justru membuktikan kurangnya kesadaran masyarakat dan manajemen pihak berwenang akan kebersihan lingkungan hidup.
Problematika ini tentunya menjadi batu sandungan bagi pemerintah dalam rangka mencapai Samarinda Zero Waste 2030. Tantangan ini dijawab oleh pemerintah Kota Samarinda dengan membentuk program Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R). Tidak hanya bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang akan dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), TPS3R juga ditujukan sebagai tempat pengolahan sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS), rumah tangga, serta industri.
Lantas, sudahkah gagasan ini membawa keberhasilan?
Menilik data BPS yang disadur dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Samarinda, volume produksi sampah total masih selalu meningkat dalam tiga tahun terakhir, dari 816.588 m3 di 2021 ke 855.549m3 di 2024.
Demikian pula volume sampah terangkut yang bertambah 1,5 persen di 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun peningkatan volume sampah bisa mengindikasikan peningkatan aktivitas ekonomi, hal ini juga menunjukkan bahwa jumlah sampah yang dikirim ke TPA malah meningkat, yang berarti program TPS3R tadi masih memiliki ruang untuk dilakukan perbaikan lebih lanjut.
Kolaborasi Sebagai Strategi
Ditarik ke belakang, bisa jadi, polemik sampah ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk Kota Samarinda (diproyeksikan meningkat 22.900 jiwa di 2024 dari 2021). Tetap saja, hal tersebut tidak bisa semata-mata dijadikan alasan untuk tidak dapat mengelola sampah dengan efektif dan efisien. Selain bertumpu pada upaya yang dilakukan pemerintah, sebagai pengguna utama produk penghasil sampah, masyarakat perlu memiliki kesadaran pribadi akan kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah.
Memulai langkah kecil seperti daur ulang produk domestik dan mengurangi konsumsi produk berkemasan juga dapat membantu mereduksi produksi sampah, meski diterpa kepadatan penduduk tinggi. Terdengar idealis, tetapi sebenarnya sangat realistis. Melihat banyaknya aktivitas komunitas dan aksi peduli sampah yang menjamur di Kota Samarinda, mimpi besar ini terasa semakin nyata.
Tak hanya itu, dengan tetap mengapresiasi langkah pemerintah untuk mengentaskan permasalahan sampah, tampaknya sejumlah sepak terjang masih perlu diwujudkan. Meskipun Program TPS3R yang dibentuk pemerintah daerah Samarinda sudah berperan baik sebagai pintu gerbang realisasi Samarinda Zero Waste 2030, penambahan lokasi program tersebut dapat lebih dipertimbangkan, terutama di kawasan sayap timur dan barat Kota Samarinda.
Saat ini, hanya terdapat 3 lokasi implementasi, yaitu di Kelurahan Gunung Lingai, Kelurahan Mugirejo, dan Kelurahan Tanah Merah yang seluruhnya terpusat di utara kota. Namun, perlu diperatikan bahwa pemilihan titik tambahan perlu melibatkan perencanaan di level komunitas lokal yang mendalam, karena pembangunan tempat pembuangan sampah seringkali menimbulkan pro-kontra masyarakat setempat. Padahal, pembentukan titik lain TPS ini juga dapat membuka ruang investasi swasta dalam hal pengolahan sampah yang bahkan dapat memunculkan manfaat lebih jauh di sisi ekonomi.
Pada skala yang lebih kecil, kesadaran reduksi sampah juga dapat didorong dengan pengadaan tempat sampah terkategorisasi reusable dan non-reusable di banyak ruang publik. Perlu menjadi catatan, seluruh aksi strategis yang dirancang juga memerlukan dasar data yang akurat, pelaksanaan yang efektif dan efisien, serta pengawasan berjangka. Maka, kontribusi dari keseluruhan stakeholders dan bukan hanya institusi tertentu menjadi sangat penting untuk menggerakkan roda proyek ini; kolaborasi menjadi kunci paten keberhasilan.
Perjalanan menuju Samarinda Zero Waste 2030 memang masih panjang dan penuh tantangan, tetapi seluruh capaian signifikannya hingga saat ini membuktikan ambisi ini dapat digapai. Peran nyata pemerintah telah terejawantahkan, kontribusi dan kesadaran masyarakat untuk mengurangi, memilah, dan mengolah sampah secara mandiri pun telah dan sedang terus digalakkan.
Akhirnya, dengan tetap menghembuskan nafas optimisme untuk kesuksesan Samarinda Zero Waste 2030, informasi ini diharapkan dapat merepresentasikan pandangan awam terkait kompleksitas isu sampah sekaligus menjadi reflektor dan pertimbangan kebijakan.
Penulis : Putri Aulia Rahmah, Prienta Ghina Salsabila
Editor : Nicha R