spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mengenal Seniman Rupa Bontang Joko Tri Sulistiyoko, Ingin Ada Ikon Seni Rupa di Bontang

BONTANG – Menggeluti dunia kesenian sudah dilakoni sejak dini di daerah asalnya yakni Semarang. Namanya Joko Tri Sulistiyoko (45). Sejak kecil bergabung atau membantu di sanggar (tempat seni) milik warga. Seni rupa tepatnya. Kemudian memulai menekuni dari tahun 2000, 23 tahun silam.

“Awalnya di Jawa, di daerah Semarang. Karena banyak sanggar-sanggar seni,” katanya saat ditemui di kediamannya, Senin (30/1/2022).

Joko Tri Sulistiyoko, seniman asal Semarang ini menggeluti seni lukis, kaligrafi dan pigura di Kota Bontang. Ia jua mengelola langsung tempat seni Ajo Art, tepatnya di jalan Mayjen DI Panjaitan, RT 27, Kelurahan Api-api, Bontang Utara.

Ajo – sapaan akrabnya – mengatakan mengenal seni karena di daerah tempat tinggalnya memiliki banyak sanggar seni yang kemudian membawanya untuk terus belajar dan menekuni dunia seni rupa.

Setiap harinya, Ia membuat hasil seni rupa seperti lukisan, pigura dan kaligrafi yang dibuat dari hasil ide melihat lingkungan sekitar.

Ajo, kemudian pindah ke Kota Bontang tahun 2015 dan memulai berkarya seni rupa di studio miliknya sendiri.

“Fokusnya ke lukisan dan relief hingga kaligrafi. Mulai di Bontang 2015, 8 tahun yang lalu,” katanya.

Ajo mengatakan bahwa di awal-awal berkesenian di Kota Bontang dengan mengikuti even-even baik skala kecil maupun besar untuk memperkenalkan seni rupa yang dibuatnya. “Selalu ikut even, jadi akhirnya orang pada tahu,” katanya.

Dirinya menjelaskan bahwa berkesenian itu harus diikuti dengan jiwa yang bebas dan tidak membawa beban pada pekerjaannya.

“Melukiskan itu jiwa ya. Malah enjoy (santai) jadi kita tidak terbebani. Kita ikuti proses. Order juga, bikin stok juga karena kadang-kadang yang ditulis itu saja,” jelasnya.

Namun dalam berkesenian, lanjut Ajo terkadang mengalami kesulitan, seiring dengan itu, Ajo terus belajar dari kesulitan yang dialami.

“Kalau kesulitan itu ada, karena itu tantangannya. Paling tidak dengan kesulitan itu, kita menambah ilmu dengan melewatinya,” ujarnya.

Dalam melestarikan lukisan atau seni rupa, tambah Ajo, Kota Bontang haru juga mempromosikan seni rupa dalam memperkenalkan Kota Bontang sebagai kota wisata.

Ia ingin, Kota Bontang dapat juga dikenal sebagai kota seni rupa atau seni lukisan yang memiliki karya tersendiri.

“Kalau Bontang mau jadi kota wisata, seni rupa bisa dijadikan brand. Kan’ ada Masata juga. Ada beberapa seniman rupa di Kota Bontang,” ujarnya.

Cerita lainnya, Ajo mengatakan mempelajari seni rupa secara otodidak dengan mengikuti sanggar-sanggar seni di kota asalnya.

“Saya melihat dari lingkungan di Kota Bontang. Di sini itu, dari masyarakatnya, pemerintahannya dan lingkungannya bisa dijadikan ide sebagai bahan karya,” katanya.

Ia mengharapkan kesenian di Kota Bontang juga dapat maju dengan bekerja sama dari masyarakat dan pemerintah yang dapat dijadikan ikon pariwisata.

“Karena ikon pariwisata tidak bisa lepas dari seniman. Kalau pemerintahan kita liat suportnya untuk seni rupa. Intinya karya yang diapresiasi, jadi teman-teman juga semangat dalam berkarya. Jadi even-even seni rupa di Bontanglah sebagai wadah seniman Bontang,” ujar Ajo.

Ia mengatakan terkadang, para seniman rupa hanya mengadakan pameran secara sendiri-sendiri sehingga jarang terekspos. “Kota pariwisata kok tapi tidak ada pameran seni rupa. Kalau ada suport dari pemerintah di mana bisa mengadakan pameran seni rupa,” ujarnya.

Di kota Bontang sendiri, animo untuk seni rupa sendiri sangat tinggi, namun tidak diimbangi dengan even-even khusus seni rupa. “Respons seninya sangat luar biasa. Cuman memang kita harus mengenalkan diri. Setiap ada even kita ikuti. Kita yang akan ekspos. Di Kota Bontang semua ada. Tinggal ekspos saja,” ungkapnya. (yah)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img