spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

“King of Comedy” untuk Gubernur Isran, BEM Fisip Unmul Sebut Sering Keluarkan Pernyataan Nyeleneh dan Absurd

Hampir genap tiga tahun Gubernur Isran Noor memimpin Kaltim. Ia telah mengeluarkan pelbagai pernyataan yang dianggap nyeleneh, seolah lucu, tak bersimpati, hingga absurd. Atas “prestasi” tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP), Universitas Mulawarman, menyematkan gelar King of Comedy kepada Isran. Kritik berbentuk pemberian gelar tersebut disiarkan di kanal Instagram BEM FISIP.

Presiden BEM FISIP Unmul, Ikzan Noparti, menjelaskan latar belakang pemberian gelar Raja Komedi bagi gubernur. Ikzan mengatakan, kritik ini berangkat dari akumulasi pernyataan Isran di media. Mulai tanggapan gubernur atas kasus kematian anak di lubang tambang, kebakaran hutan dan lahan, hingga pertambangan ilegal di Bumi Etam.

“Statement yang dikeluarkan (gubernur) itu bukan seperti pejabat publik. Kami merekam pernyataan-pernyataannya serta memberikan rekomendasi jawaban yang seharusnya disampaikan Isran Noor ketika diwawancarai terkait permasalahan di Kaltim,” terang Ikzan kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, Sabtu, 17 Juli 2021.

Ada sejumlah pernyataan Isran yang menjadi sorotan. Pertama, ketika Gubernur menanggapi kematian 30 anak di lubang bekas tambang pada 2018. Isran berkata, “Korban jiwa itu di mana-mana terjadi. Ya, namanya nasibnya dia, meninggalnya di kolam tambang. Kan gitu. Gitu aja, prihatin. Heran juga aku. Jangan-jangan ada hantunya. Kok, banyak korban anak-anak.”

Menurut BEM FISIP Unmul, Isran seharusnya berkata seperti ini: “Saya sebagai Gubernur Kaltim segera menindaklanjuti perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab oleh dampak aktivitas pertambangan yang telah merenggut nyawa anak-anak di lubang tambang tersebut berdasarkan Pasal 71 UU 39/1999 tentang HAM. Pemerintah memang sesungguhnya berkewajiban melakukan kontrol atas korporasi terutama apabila korporasi diindikasi melanggar hak-hak dasar warga negara.”

Pernyataan Isran selanjutnya yang mengenai aksi demonstrasi penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja di Kaltim. Waktu itu, Isran berkata, “Saya tidak sekolah. Saya tidak paham isinya.”

Menurut BEM FISIP Unmul, Isran selaku gubernur akan lebih baik jika mengeluarkan pernyataan: “Sejak awal, proses pembentukan UU ini tidak mengedepankan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan. Salah satunya asas keterbukaan yang justru tidak melibatkan partisipasi masyarakat. Sehingga saya menyambut baik protes dan kritik mahasiswa Kaltim terhadap persoalan UU kontroversial ini.  Terlebih, dalam UU ini akan berdampak terhadap kerusakan lingkungan di daerah kami karena dalam Omnibus Law, izin lingkungan dihilangkan.”

Pernyataan Isran yang seolah melucu juga nampak ketika menanggapi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan pada 2019. Isran saat itu bilang, “Cuma api asmara yang tidak bisa dipadamkan.”

BEM FISIP Unmul menilai, Isran seharusnya mewakili masyarakat Kaltim untuk berkata, “Secara garis besar, kebakaran hutan terjadi akibat faktor alami dan ulah manusia. Hutan memiliki peran sentral sebagai penghasil oksigen bagi umat manusia. Gangguan kesehatan akibat polusi udara dari kebakaran hutan sangat rentan terjadi. Mitigasi yang seharusnya kita lakukan apabila kebakaran hutan tersebut disebabkan oleh ulah manusia adalah dengan meminta pertanggungjawaban industri yang terus bertindak bebas tanpa hukuman dan memastikan agar kesehatan masyarakat lebih didahulukan daripada keuntungan perusahaan.”

Terakhir, Isran mengomentari jalan umum yang rusak karena dugaan aktivitas pertambangan batu bara ilegal. Gubernur berkata, “Ndak marah, artinya itu bergembira. Karena jalanan kita kayak lautan Pasifik (bergelombang). Perusahaan enggak nakal, cuma mucil. Artinya, itulah karena kemajuan, ‘kan? Belum ada izin aja udah ditambang.”

BEM FISIP menyarankan Isran bersikap tegas dengan mengeluarkan pernyataan sebagai berikut: “Terkait perusahaan nakal, tentu kami punya aturan dan kebijakan tegas bagi perusahaan yang menambang secara ilegal. Ini bukan persoalan untung tapi persoalan kelestarian lingkungan untuk anak cucu kita. Sebagai pemangku kebijakan, perlu tegas memerhatikan kesejahteraan hajat hidup orang banyak, bukan kepentingan kelompok tertentu.”

MASYARAKAT TIDAK PERLU CANDAAN
Ikzan Noparti selaku Presiden BEM FISIP Unmul mengatakan, kritik bertujuan agar Isran sebagai pejabat publik dan orang nomor satu di Kaltim memerhatikan komunikasi politik yang baik dan efektif. Komunikasi yang baik akan memberikan masyarakat pemahaman atas permasalahan di Kaltim. Masyarakat juga dapat memahami upaya yang sudah dan akan dilakukan pemerintah.

“Bukan malah disuguhi guyonan yang tidak mencerdaskan publik. Yang terjadi, publik akhirnya hanya berfokus kepada candaan Isran Noor, bukan substansi permasalahan. Itu yang kami kritik,” terang Ikzan.

Gelar King of Comedy juga diklaim tidak sembarangan diberikan. Kementerian Kajian dan Strategis BEM FISIP Unmul disebut telah menguji isu sosial dan politik serta menganalisis dan mencari fakta. Ikzan menambahkan, kritik ini juga berangkat dari akumulasi kegundahan masyarakat Kaltim. “Yakni, kenapa, sih, Gubernur Kaltim selalu mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang seharusnya tidak perlu disampaikan seperti itu?”

Ikzan berharap, Gubernur Kaltim lebih memerhatikan dan menyaring perkataan yang hendak disampaikan. Terutama, pernyataan mengenai permasalahan mendasar di Bumi Etam. “Jawaban yang masyarakat inginkan adalah jawaban ilmiah yang mampu mengedukasi masyarakat Kaltim. Juga, statement yang membuat masyarakat Kaltim optimistis bahwa Gubernur Kaltim bisa menyelesaikan persoalan,” terangnya.

Ditemui terpisah, Gubernur Kaltim Isran Noor mengaku, tak ambil pusing mengenai kritik dari BEM FISIP Unmul. Menurutnya, fenomena itu adalah hal biasa dalam demokrasi. “Tidak masalah itu. (Dalam) dunia demokrasi, tidak masalah. Tidak apa-apa, santai saja. Tidak usah dipikirkan,” jawab Isran, Jumat, 16 Juli 2021. “Yang penting, (saya) tidak merasa dirugikan. Saya, ‘kan, tidak merasa dirugikan. Terserah saja, tidak apa-apa. Tidak masalah itu,” imbuh Isran.

PERSONAL BRANDING JANGAN KEBABLASAN
Sederet pernyataan Isran yang dikritik mahasiswa perlu dinilai secara utuh, bukan dari satu sudut pandang belaka. Setidaknya, ada tiga kacamata dalam ilmu komunikasi untuk melihatnya. Ketiganya adalah komunikasi politik, personal branding, dan psikologi komunikasi. “Semuanya berkaitan satu sama lain,” demikian Silviana Purwanti, akademikus ilmu komunikasi dari FISIP Unmul.

Perempuan yang akrab disapa Silvi ini menjelaskan, pernyataan-pernyataan Isran harus dibaca utuh, tidak sepotong-sepotong. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa statement Gubernur yang seperti guyonan sebenarnya adalah branding Isran. Hal tersebut dapat dipahami karena setiap individu memiliki konsep dirinya sendiri. Sebagai contoh, Silvi menjelaskan, frame atau kerangka yang dibangun Isran adalah kalimat-kalimat yang dianggap, dalam tanda kutip, tidak serius. Padahal, lanjut Silvi, yang dapat memainkan kalimat seperti itu adalah orang cerdas.

“Artinya begini, dari perspektif komunikasi politik, dia (Isran Noor) akan memilah dan memilih siapa lawan bicaranya,” jelas Silvi yang mengamati pernyataan Isran tatkala berbicara kepada awak media.

Silvi menilai, ketika diwawancarai media secara live, Isran menanggapi dengan serius. Berbeda dengan jawaban Isran ketika jika diwawancarai secara luring. Mantan Bupati Kutai Timur itu disebut mengetahui efek media massa berdasarkan headline atau judul berita. “Di situlah dia (Isran) bermain dengan kalimat yang akan menjadi jargon,” sebutnya.

Silvi berpendapat, personal branding yang berusaha dibangun Isran Noor ialah pemimpin yang easy going. Karakter seperti ini sering ditampilkan pemimpin di daerah yang saat ini kebanyakan tidak lagi berlatar belakang militer. Contohnya adalah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan bekas wali kota Surabaya, Tri Rismaharini, kini menteri sosial.

“Ganjar juga easy going tapi mulutnya tidak bablas. Sementara Risma, branding-nya pemarah. Pak Isran branding-nya komedi,” ulas Silvi.

Meskipun demikian, Silvi menyarankan, kritik berupa pemberian gelar King of Comedy tidak boleh diabaikan. Pernyataan yang sering kebablasan harus diperhatikan. Sebagai tokoh publik, Isran harus menjadikannya catatan. Silvi menilai, yang selama ini dilakukan Isran dalam istilah komunikasi disebut propaganda dalam konteks menyampaikan kalimat.

Silvi setuju bahwa menanggapi sesuatu dengan komedi harus dilihat konteksnya. Jika terkait dengan nyawa, Silvi menyarankan agar Gubernur memahami berada di posisi tersebut. “Misalnya, maksudnya dia itu terlihat tidak peduli, tapi sebenarnya dia peduli. Jangan sampai ke media begitu karena branding-nya bisa gagal total,” sambung Silvi.

Isran juga disarankan merapikan struktur kalimat. Pernyataan dalam kasus korban lubang tambang perlu kalimat penyejuk awal, bukan kalimat penyejuk akhir. “Contoh dari kalimat penyejuk akhir adalah ketika ada orang menanggapi korban kecelakaan. Awalnya, dia seperti bercanda dengan berkata, ‘Motornya tidak apa-apa?’ Padahal, pada akhir nanti, orang itulah yang mengantarkan korban ke rumah sakit. Jika mendengar bagian awal, seakan-akan orang tersebut tidak peduli kepada korban kecelakaan. Padahal, tidak,” tutupnya. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img