spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Khutbah Iduladha dari Bontang: Cinta Ibrahim dan Derita Palestina

Jumat 6 Juni 2025 pagi, langit Bontang sempat mendung. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat ribuan umat Islam yang sejak pukul 06.30 Wita sudah memadati Bundaran Perumahan Bukit Sekatup Damai (BSD), Kota Bontang.

Saya ikut melaksanakan Salat Iduladha 1446 Hijriah di lokasi ini. Shaf tertata rapi, gema takbir menggema, dan khotbah disampaikan secara singkat, padat, dan menyentuh makna pengorbanan.

Hari ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum spiritual yang mengajak umat kembali pada nilai keikhlasan dan ketundukan.

Sebelum salat dimulai, Ketua Yayasan Masjid Fathul Khoir BSD, Sugeng Suedi, menyampaikan laporan pelaksanaan kurban. Tahun ini, BSD menyembelih 41 ekor sapi dan 5 ekor kambing. Dari keseluruhan hewan kurban, diperkirakan diperoleh 1.610 kilogram daging. Sebanyak 1.378 kilogram di antaranya akan didistribusikan kepada penerima di kawasan Kelurahan Loktuan dan Gunung Elai.

“Alhamdulillah, jumlah penerima kurban dari tahun ke tahun semakin menurun. Ini menandakan bahwa tingkat kesejahteraan warga di sekitar kita juga semakin meningkat,” ujar Sugeng.

Khotbah Iduladha disampaikan oleh Ustaz Maulana Irsyad Lc, pengasuh salah satu pondok pesantren di Bontang. Dalam khutbahnya, beliau menekankan pentingnya hidup sebagai hamba Allah yang tunduk penuh kepada kehendak-Nya, bukan mengikuti nafsu atau mengejar kekuasaan duniawi.

“Hidup ini bukan soal menjalani keinginan pribadi, tapi bagaimana kita menyesuaikan hidup sesuai maunya Allah,” tegasnya.

Ia juga mengangkat keteladanan Nabi Ibrahim dalam menghadapi kekuasaan zalim Namrud. Saat Ibrahim dilempar ke dalam kobaran api karena mempertahankan tauhid, ia hanya berkata: “Hasbiyallahu wa ni’mal wakil” — Cukuplah Allah bagiku, dan Dia sebaik-baiknya penolong. Allah pun memerintahkan: “Wahai api, jadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.”

Lebih dari itu, ujian terbesar Nabi Ibrahim adalah ketika Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail. Bukan karena benci, tetapi karena cinta kepada Allah melebihi segalanya. Ibrahim tidak ragu, Ismail tidak menolak. Inilah puncak pengorbanan dan ketundukan yang diwariskan hingga hari ini melalui ibadah kurban.

Ustaz Maulana Irsyad menyampaikan khutbah Iduladha 1446 H di Bundaran BSD Bontang, Jumat (6/6/2025).
Jamaah Salat Iduladha memenuhi lapangan Bundaran BSD Bontang sejak pukul 06.30 Wita.

Kurban bukan sekadar menyembelih hewan, melainkan simbol kesanggupan manusia untuk menundukkan ego, melepas keterikatan dunia, dan membuktikan cinta sejati kepada Allah.

Ustaz Maulana juga menyampaikan keprihatinannya atas penderitaan rakyat Palestina yang hingga hari ini masih berada dalam bayang-bayang penjajahan dan kekerasan. Ia mengajak umat Islam agar tidak menutup mata terhadap tragedi kemanusiaan tersebut.

“Kita harus ingat saudara-saudara kita di Palestina, yang hari ini bahkan tak tahu apakah esok mereka masih bisa hidup. Mereka juga punya hak atas kemerdekaan dan kedamaian,” ungkapnya.

Lewat khutbahnya ini, umat diajak tidak hanya untuk merayakan, tetapi juga merenungkan nasib saudara-saudara di Palestina sebagai wujud keimanan yang hidup dan tanggap terhadap penderitaan sesama.

Di tempat lain, pelaksanaan Salat Iduladha juga berjalan serentak di berbagai titik Kota Bontang. Muhammadiyah menggelar Salat Id di empat lokasi utama: Stadion Bessai Berinta (Lang-lang), Masjid Al Ikhlas di Gunung Sari, Masjid Fastabiqul Khairat di Tanjung Laut, dan halaman SD Muhammadiyah 2 di Gunung Telihan. Secara keseluruhan, Muhammadiyah Kaltim melaporkan 74 titik pelaksanaan Salat Iduladha di sembilan kabupaten/kota.

Sementara itu, Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) juga mengoordinasikan pelaksanaan Salat Id di berbagai masjid yang tersebar di seluruh Kaltim. Di Bontang, pelaksanaan juga berlangsung di Masjid Agung Al-Hijrah, Al-Mukarramah, Al-Istiqomah, Al-Hidayah, dan Al-Mustaqim. Imam dan khatib yang bertugas berasal dari kalangan ulama yang telah membina umat secara konsisten.

Salat Id bukan hanya dua rakaat, tetapi juga jeda spiritual—waktu di mana umat berhenti sejenak dari rutinitas duniawi untuk kembali kepada esensi iman. Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa cinta kepada Allah mengalahkan segalanya, bahkan kepada anak yang sangat dicintai.

Maka dari BSD Bontang hingga ke pelosok kampung, takbir yang menggema adalah seruan untuk menyatukan umat, dan kurban adalah ajakan untuk saling menguatkan. Semoga semangat Iduladha ini terus menebar keberkahan bagi kita semua. Aamiin.

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.