spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ketika Ketua DPRD dan Wali Kota Bontang Duduk Bersama

PERTEMUAN dengan Ketua DPRD Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam pada Rabu sore, 11 Juni 2025, terasa istimewa. Bukan hanya karena saya bersama tim Media Kaltim dijamu langsung di rumah jabatan ketua dewan, tapi karena Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni juga ikut bergabung di ruang tamu dalam suasana kekeluargaan.

Saya bersama Darman (General Manager Media Kaltim sekaligus Direktur Radar Bontang), Yahya Yabo (Redaktur Media Kaltim), Dwi Suliati (Wartawan Senior Media Kaltim), dan Iqlima Syih Syakurah (Reporter Media Kaltim), datang untuk silaturahmi yang sudah dijadwalkan ketua DPRD sejak pagi.

Saya cukup sering berkomunikasi dengan Andi Faiz. Namun untuk kunjungan resmi seperti ini baru beberapa kali terjadi. Terakhir kami bertemu di periode lalu, saat ia menerima saya di teras belakang rumah jabatannya.

Kini, suasana terasa lebih hangat. Hidangan tersaji di meja marmer yang dikelilingi kursi ukiran khas.

Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni menunjukkan pesan di ponselnya kepada saya saat diskusi hangat di ruang tamu rumah jabatan Ketua DPRD Bontang, Rabu (11/6/2025).
Ketua DPRD Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam bersama tim Media Kaltim berdiskusi ringan di ruang tamu rumah jabatan.

Rumah jabatan ini memang kerap menjadi tempat singgah Wali Kota. Hanya berjarak satu rumah dari rumah jabatan wali kota, tempat ini sering kali jadi titik temu antara urusan publik dan suasana keluarga.

Tak berlebihan, mengingat Andi Faiz adalah putra kandung Neni. Tak heran jika kolaborasi mereka begitu cair.

Bahkan bisa dibilang, Neni sukses mendidik ketiga anaknya: Andi Satya Adi Saputra kini sebagai Anggota DPRD Kaltim, Andi Faiz di DPRD Bontang, dan si bungsu Andi Amalia Nefyanti berkarier di dunia medis.

Sore itu kami sempat menunggu karena Faiz sedang menerima tamu dari Pemuda Pro Investasi Bontang Lestari. “Mereka menyampaikan rencana aksi karena keberatan atas kelompok luar yang ikut menuntut ke IUP,” kata Faiz. Ia menyarankan mereka agar berkoordinasi dengan Polres jika ingin menyampaikan aspirasi melalui aksi.

Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni melakukan koordinasi via telepon terkait laporan warga soal kondisi jalan rusak di Bontang Lestari, saat menerima kunjungan tim Media Kaltim di rumah jabatan Ketua DPRD Bontang, Rabu (11/6/2025).

Tak lama setelah itu, Neni bergabung. Yang menarik, begitu obrolan dimulai, keduanya langsung menerima laporan masyarakat.

Neni menerima keluhan soal jalan rusak di Jalan Soekarno-Hatta Bontang Lestari. Faiz segera menghubungi seseorang untuk memverifikasi status jalan itu.

Begitu terhubung seseorang yang cukup mengetahui status jalan tersebut, telepon genggam langsung diserahkan ke Neni. “Kalau memang jalan nasional, kapan bisa diperbaiki? Sudah beberapa kali pengendara jadi korban. Kasihan,” ujar Neni dalam komunikasi teleponnya.

Dalam kesempatan ini, Ketua DPRD Bontang juga menanggapi isu pemutusan kontrak 250 tenaga honorer dengan masa kerja di bawah dua tahun.

Ia menjelaskan bahwa kebijakan ini memang harus dijalankan sesuai regulasi, namun pemerintah dan DPRD tidak tinggal diam. Ada beberapa opsi yang disiapkan: bantuan permodalan bagi yang ingin berwirausaha, peluang menjadi pegawai harian lepas, hingga sistem PJLP di tiap OPD. “Yang penting tetap bisa kerja, tetap ada penghasilan,” kata Faiz.

Di sela percakapan, Faiz juga sempat berbagi pengalaman pribadi tentang batalnya keberangkatan haji melalui jalur furoda. Saat itu, dirinya bersama istri, kakaknya, dan istri sang kakak sudah berada di Jakarta. Dikatakannya, sistem digital yang baru membuat pengajuan manual sebelumnya tak lagi berlaku. “Mungkin ini yang terbaik. Saya anggap belum dipanggil,” ucapnya pelan.

Ketika ditanya apakah sedih, ia menjawab: “Sedih, tapi ambil hikmahnya. Belum berangkat, belum dipanggil. Kisah nabi, orang yang belum berangkat tapi wajahnya beribadah sudah sampai di sana. Ya, mungkin saya secara ruhani sudah sampai ke sana.”

Sore itu, di ruang tamu rumah jabatan, saya menyaksikan sendiri sinergi yang jarang ditemukan di banyak daerah. Ketika wali kota dan ketua dewan duduk bersama, saling menyimak dan langsung menindak, saya percaya kota ini sedang berjalan ke arah yang benar.

Bontang tak butuh pemimpin yang hanya bersaing dalam kata. Kota ini butuh mereka yang mau duduk bersama, mendengar, dan bertindak.

Sore itu, saya melihat sendiri—di ruang tamu itu, dua pemimpin berbagi tanggung jawab, bukan panggung. Saya juga melihat sebuah harapan: harapan warga Bontang agar sinergi ini tidak hanya berlangsung di ruang tamu, tapi menjalar ke seluruh ruang publik. Karena kota ini tak sekadar butuh janji, tapi kerja yang saling menguatkan. (*)

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.