BALIKPAPAN – Munculnya buaya muara di pantai Balikpapan dalam beberapa hari terakhir ini seolah membuat teror baru. Langkah antisipasi pun telah dilakukan agar tidak timbul korban jiwa. Seperti pemasangan baliho di sejumlah titik tempat munculnya buaya muara berukuran 3 meter.
Munculnya buaya muara ini pun mendapat perhatian dari Seksi Konservasi Daya Alam III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim.
Polisi Hutan Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, Tri Agus Cahyono mengatakan, pihaknya telah berencana untuk merelokasi buaya yang muncul di pantai Balikpapan tersebut.
“Kalau sekarangkan tidak. Kalau nanti dari pantauan buaya masih terus menerus muncul, kami siapkan opsi merelokasi buaya ke penangkaran atau nanti menghalau buaya itu,” ujarnya Kamis (31/8/2023).
Lebih lanjut Agus menjelaskan, BKSDA Kaltim telah menurunkan tim kelokasi kemunculan buaya sejak Selasa (29/8/2023) kemarin. Tim ini telah memantau lokasi mana saja yang sering didatangi, termasuk memintai keterangan saksi-saksi.
“Kami juga sudah meminta keterangan warga di sekitar lokasi,” jelasnya.
Dari analisa video warga yang beredar di masyarakat tersebut, buaya muara ini diperkirakan memiliki panjang 2 hingga 3 meter, dengan kemungkinan usia 4 sampai 5 tahunan.
“Itu jenis buaya muara yang lagi viral di Balikpapan,” tambahnyam
Menurut Agus, kemunculan buaya di pesisir pantai Balikpapan sejatinya bukanlah hal yang baru. Selain di sekitar kawasan Pelabuhan Semayang Balikpapan, BKSDA Kaltim juga mencatat bahwa buaya pernah muncul di Pantai Manggar, Sungai Aji Raden hingga di kawasan sungai Sepinggan.
“Karena memang sebenarnya kawasan pesisir terutama muara sungai ini kan merupakan habitatnya buaya muara,” ujarnya lagi.
Untuk sementara waktu, BKSDA Kaltim juga meminta masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan diri, terutama saat melakukan aktivitas di sekitar lokasi kemunculan buaya
“Kemarin juga sudah ada spanduk peringatan ya. Jadi kami minta warga untuk tetap waspada,” tegasnya.
Selain itu, kemunculan buaya di kawasan pesisir Balikpapan yang dekat dengan permukiman warga diakuinya, bahwa fenomena itu tak lepas dari kondisi habitat buaya di kawasan Teluk Balikpapan yang mulai rusak.
“Pasti ada pengaruh (kerusakan habitat), karena mungkin saja sarang mereka sekarang menjadi kawasan industri,” tutupnya.
Penulis: Aprianto
Editor: Nicha Ratnasari