spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Jelang Ramadan, Harga Ayam-Ikan di Bontang Mulai Naik

BONTANG- Harga bahan pokok di pasar tradisional Bontang mulai merangkak naik jelang Ramadan. Salah satunya ayam dan ikan layang.

Salah satu pedagang ayam, Kamaruddin mengatakan, daging ayam kecil per ekor dijual dengan harga Rp 55 ribu. Kenaikan terjadi karena harga dari pengepul sudah Rp 53 ribu per ekor.

Padahal sebelumnya, dia biasa menjual Rp 50 ribu per ekor, kemudian terus naik Rp 53 ribu dan sekarang Rp 55 per ekor.

Menurut dia, kenaikan terjadi karena stoknya ayam potong dari penyuplai berkurang, ditambah harga pakan yang juga naik.

“Ambilnya kadang di Samarinda kadang di Berau,” bebernya. Harga ayam, lanjut Kamaruddin, mulai naik dua pekan lalu. Terlebih mendekati bulan puasa, kata dia harga bahan pangan selalu naik termasuk ayam. “Biasanya begitu,” ujarnya.

Walau harganya naik, konsumen terutama langganan tetap membeli ayam potong yang dijualnya.

Selain ayam potong, kenaikan harga juga terjadi pada ikan layang ukuran besar yang kini mencapai Rp 40 ribu per kilo. Padahal harga sebelumnya dikisaran Rp 30-35 ribu per kilo.

BACA JUGA :  Dapat Surat Teguran Ketiga, Pedagang KS Tubun Ikuti Instruksi Mundur

Menurut Ita, kenaikan harga ikan menyesuaikan hasil tangkapan nelayan. Apabila tangkapannya sedikit otomatis harga naik. “Tergantung, kalau sedikit ya mahal, kalau banyak murah,” jelasnya.

Berbeda dari ayam potong dan ikan layang, harga daging sapi tergolong masih normal. Menurut pedagang bernama Sukardi, harga daging sapi yang dijualnya masih Rp 140 ribu per kilogram selama 3 bulan terakhir.

“Pas natalan harganya Rp 135 ribu, naik jadi Rp 140 ribu sampai sekarang,” terangnya. Seperti kebiasaan sebelumnya, diperkirakan saat mendekati Ramadan harga daging sapi bakal naik mencapai Rp 150 ribu per kilo. “Biasanya naik satu hari sebelum puasa,” bebernya.

Dikonfirmasi terpisah, Kabid Perdagangan Diskop-UKMP, Nurhidayah mengatakan, salah satu penyebab kenaikan harga, seperti ikan layang dari Rp 35 ribu jadi Rp 40 ribu per kilo karena permintaan konsumen meningkat sementara hasil tangkapan nelayan berkurang.

“Kemungkinan jumlah permintaan lebih banyak daripada jumlah tangkapan yang diperoleh nelayan,” jelasnya.(ahr)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img