PADA 2019, Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) menobatkan Risa Santoso sebagai rektor termuda. Risa menjabat rektor di Institut Teknologi & Bisnis (ITB) Asia, Malang, di usia 27 tahun.
Perjalanan perempuan kelahiran Surabaya itu memang sudah mengagumkan sejak masa kuliah. Setelah lulus S-1 di University of California, Berkeley, jurusan ekonomi dalam tempo singkat, 2012-2014, Risa melanjutkan studi S-2 di Harvard University Graduate School of Education pada 2014-2015 dengan beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).
Risa juga pernah menjadi staf di kantor presiden, menjabat tenaga ahli muda dan merupakan inisiator Asia Entrepreneurship Training Program (AETP), program akselerasi kerja sama dari Swiss dan Indonesia. Selain itu, dia pernah mengikuti program menjadi tutor ekonomi, matematika, dan statistik di Diablo Valley College.
Selama dua tahun ini menjadi rektor, Risa pun membuat sejumlah dobrakan. Ia memiliki program untuk mempertemukan antara mahasiswa dan para pelaku UMKM dengan tujuan pendidikan yang diberikan bisa diselaraskan dengan kebutuhan industri.
“Kita mem-push mahasiswa untuk mencoba, trial and error, juga di perusahaan. Ada beberapa mahasiswa kami, kita buatkan proyek untuk mereka bekerja sama dengan UMKM untuk sama-sama branding sebuah UMKM. Jadi, pelajarannya sendiri itu mengenalkan ke real world, paling tidak mereka mengerti apa yang akan mereka hadapi saat mereka lulus,” tuturnya saat hadir sebagai bintang tamu Kick Andy episode Sukses Menggapai Bintang.
Lebih lanjut perempuan yang kini berusia 29 tahun itu mengungkapkan harapannya bahwa mahasiswa memiliki jiwa kewirausahaan.”Salah satu hal yang juga kita prepare itu kita ada inkubator bisnis. Kami beharap mahasiswa yang mempunyai jiwa kewirausahaan mencoba bisnisnya sendiri dan mencoba memulai itu. Kita support dengan workshop dan tempat khusus buat mereka bisa bekerja, berkumpul bersama, dan berdiskusi,” lanjutnya.
Soal tantangan menjadi rektor di usia muda, Risa mengaku terdapat pada sisi birokrasi. “Tantangan kalau kita ingin membuat perubahan, pastinya kita inginnya cepat dan ini tentu penghambatnya, salah satunya birokrasi. Ini hal-hal yang akhirnya memperlambat perubahan, tapi di situlah salah satu tantangan untuk kita berinovasi dengan keadaan yang sudah ada,” ujarnya. Meski begitu, tantangan tersebut tidak membuatnya patah arang. Ia terus membuat inovasi untuk kemajuan pendidikan. (mk)
Sumber: MediaIndonesia.com