BONTANG – Sabtu, 7 Juni 2025 pagi ini, masih dalam suasana Iduladha. Di banyak tempat berlangsung pemotongan hewan kurban, termasuk di lingkungan tempat saya tinggal: RT 39, Perumahan Bukit Sekatup Damai (BSD), Bontang Utara, Kota Bontang.
Sejak pukul 07.30 Wita, warga sudah mulai berkumpul di Jalan Gunung Latuk ujung, tempat kegiatan pemotongan hewan kurban. Tak perlu aba-aba, semua tahu tugas masing-masing. Ada yang menyiapkan alat, menggelar terpal, membawa termos es dan kopi. Ada pula yang sudah mulai sibuk mengasah pisau.
Pak De Joko, yang tinggal di ujung Jalan Gunung Kawi, bertugas mengasah semua pisau yang digunakan untuk menyayat daging. “Pisau harus tajam, biar enak motongnya. Kasihan ibu-ibu kalau pisaunya nggak tajam,” ucapnya sambil terus mengasah.
Ketua RT kami, Pak Akhiruddin, bergerak ke sana kemari memastikan semuanya berjalan lancar. “Alhamdulillah, luar biasa kerja sama warga kami di sini,” katanya. “Kami ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada seluruh warga dan muqorib. Semoga kegiatan ini membawa kebersamaan dan keberkahan bagi kita semua,” lanjutnya.
Supriyadi, Ketua Badan Koordinasi Lingkungan (BKL) BSD, juga ikut turun tangan sejak pagi. Membantu angkat daging, mengatur pembagian, dan sesekali ikut memantau jalannya distribusi. Panitia juga menyiapkan mesin potong daging yang sangat membantu, terutama untuk memotong bagian tulang.
Ustaz Abdullah, yang bertugas menyembelih, sudah siap sejak awal. “Tadi ada jadwal penyembelihan di sekolah, saya minta dimajukan sebelum jam delapan. Jadi, di sini bisa tepat waktu. Untungnya di sana cuma satu ekor,” tuturnya.
Begitu pula Pak Mardiono, pensiunan Polri yang kini jadi motor penggerak kegiatan warga di RT 39. Tenang, rajin, dan selalu siaga.
Tahun ini, di lingkungan RT 39, sebanyak lima ekor sapi dipotong sebagai hewan kurban. Prosesnya tidak memakan waktu lama karena warga kompak dan semua berjalan dengan terorganisir.
Semua ini bukan dadakan. Persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari. Semua terlibat. Laki-laki, perempuan, tua, maupun muda.
Kepala sapi akan dibagi per jalan. Ada 5 jalan. Daging dibungkus berdasarkan kelompok muqorib. Satu kresek berisi 1 kg tulang iga, dua plastik daging tanpa lemak, dan tambahan sesuai permintaan. Total 520 kresek disiapkan. Semuanya tercatat. Rapi.
Di sela-sela pemotongan, sempat turun gerimis kecil. Tapi tidak lama. Proses tetap berjalan lancar. Di satu sisi ada yang sibuk menimbang, di sisi lain ibu-ibu mencacah daging sambil ngobrol. Bapak-bapak sesekali bercanda sambil memotong. Tapi kerja tetap jalan. Tak ada yang tinggal diam.
Saya selalu percaya, kegiatan seperti ini bukan hanya soal ibadah kurban, tapi juga tentang hidup bermasyarakat. Tentang keikhlasan, kebersamaan, dan kerja kolektif tanpa pamrih.
Kadang kita terlalu sibuk melihat yang besar-besar di luar sana, sampai lupa bahwa yang paling kuat justru ada di sekitar kita. Di RT, di gang kecil seperti pagi ini.
Selamat Iduladha 1446 H. Semoga semangat kurban ini terus menular jadi budaya—bukan hanya setahun sekali, tapi dalam hidup sehari-hari.
Oleh: Agus Susanto