Tingkatkan pemahaman Ibu Rumah Tangga (IRT) tentang beragam fakta mengenai Covid-19, Persatuan Istri Karyawan (PIKA) Pupuk Kaltim menggelar Webinar bertema “Covid-19 : Mitos dan Fakta Baru” melalui aplikasi Zoom, pada Selasa (29/9). Kegiatan bekerjasama dengan Departemen Kesejahteraan dan Hubungan Industrial (KHI) Pupuk Kaltim, diikuti ratusan anggota PIKA dan karyawan Pupuk Kaltim dengan 2 narasumber, yaitu dr. Ricky Kurniawan dari RS Pupuk Kaltim dan Ma’rifah dari Departemen KHI Pupuk Kaltim.
Wakil Ketua 1 Pika Pupuk Kaltim Dinny Hanggara Patrianta, mengungkapkan kegiatan ini sebagai tindaklanjut edukasi Covid-19 bagi anggota PIKA Pupuk Kaltim, agar lebih memahami berbagai potensi dan fakta klinis yang disebabkan virus terhadap kesehatan diri dan keluarga. Melalui kegiatan ini, anggota PIKA Pupuk Kaltim diharap dapat meningkatkan pemahaman terkait Covid-19, sehingga bisa menerapkan berbagai upaya antisipasi dalam aktivitas sehari-hari, guna menjauhkan diri dan keluarga dari potensi paparan virus. “Kami berharap anggota PIKA Pupuk Kaltim dapat memahami informasi lebih detail terkait fakta Covid-19, agar upaya antisipasi bisa diterapkan untuk menekan jumlah kasus hingga zero, sehingga karyawan dan keluarga Pupuk Kaltim tetap dalam kondisi sehat,” ujar Dinny.
Selain pentingnya memahami berbagai hal tentang Covid-19, anggota PIKA Pupuk Kaltim diimbau untuk memanfaatkan layanan online Employee Conceling Center (ECC), yang digagas Pupuk Kaltim bagi karyawan dan keluarga untuk berkonsultasi terkait berbagai persoalan, baik bersifat psikologis karena Covid-19, maupun hal lain yang butuh pendampingan serta solusi. “Layanan ini terbuka secara tekstual maupun voice dan bisa diakses anggota PIKA dengan fleksibel, guna membantu mengatasi berbagai persoalan yang bersifat psikologis,” tambah Dinny.
Dalam materinya, dr. Ricky Kurniawan memaparkan sejumlah fakta terkait Covid-19, mulai dari awal muncul kasus hingga peningkatan pasien di Indonesia. Dilanjutkan berbagai cara penularan dan gejala klinis yang dialami penderita, hingga pasien rentan mengalami gejala Covid-19 berat. Menurut dia, Covid-19 memaksa masyarakat membiasakan pola adaptasi kebiasaan baru untuk menekan tingkat penularan, seperti menerapkan protokol kesehatan secara mandiri dengan memakai masker, hingga menjaga kebersihan dan kesehatan untuk mengantisipasi potensi paparan virus.
Penularan Covid-19 paling tinggi terjadi melalui penyebaran droplet, saat ada interaksi dengan orang yang memiliki gejala. Disusul kontak langsung serta menyentuh benda terkontaminasi, hingga aerosol atau tindakan yang menghasilkan airbone seperti intubasi dan nebulasi. “Untuk itu, menggunakan masker dan social distancing saat berinteraksi dengan orang lain sangat dianjurkan, karena mampu menekan penyebaran virus. Disamping juga sering mencuci tangan dan menjaga kebersihan dan kesehatan,” papar dr. Ricky.
Terkait informasi yang berkembang di masyarakat tentang beberapa mitos terkait Covid-19, seperti berenang dan feses bisa menularkan virus, ibu hamil dapat tularkan Covid-19 ke bayi, thermo gun merusak otak, hingga penggunaan masker yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan, seluruhnya belum terbukti secara klinis, sehingga informasi tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Khususnya thermo gun, merupakan jenis laser yang tidak berbahaya dengan penggunaan yang harus diarahkan ke dahi atau telinga. Begitu pula penggunaan masker terlalu sering juga belum ada bukti klinis yang menunjukkan penurunan oksigen, maupun peningkatan karbondioksida yang berpengaruh terhadap kesehatan. “Ada juga informasi Covid-19 bisa menular melalui sepatu, uang dan koran. Itu memang memiliki potensi namun sangat kecil, makanya penting untuk cuci tangan sesering mungkin,” tandas dr. Ricky.
Dirinya menekankan agar IRT dapat mengecek kebenaran seluruh informasi terkait Covid-19 yang diterima, karena belum tentu seluruh informasi tersebut benar. IRT diimbau lebih bijak menyikapi berbagai informasi yang beredar, sehingga tidak menjadi paranoid dengan kasus tersebut. “Yang penting dipahami, pasien tanpa gejala sangat berpotensi menularkan Covid-19 dan comorbid dapat memperparah infeksi virus. Begitu juga stigma negatif maupun hoax, akan membuat orang takut untuk periksa kesehatan dan berobat,” tutur dr Ricky.
Sementara Ma’rifah, dalam materinya mengangkat berbagai upaya mengelola kesehatan diri dan keluarga di masa pandemi, di antaranya tetap mematuhi protokol kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, tingkatkan imunitas tubuh, serta waspada terhadap seluruh potensi penularan Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan dalam berinteraksi di luar rumah penting dilakukan, begitu pula saat bersama keluarga. Selain itu menjaga imunitas tubuh dengan berolahraga ringan setiap hari juga dianjurkan, mengurangi konsumsi makanan dan minuman terlalu manis, serta istirahat dan minum air putih yang cukup guna menjaga kelembaban sel dalam tubuh. “Menjaga lingkungan rumah juga penting, seperti membuka jendela untuk sirkulasi udara, serta rutin membersihkan perabotan dengan disinfektan. Intinya jangan stres, karena bisa menurunkan imun sehingga tubuh rentan penularan,” terang Ma’rifah. (*/nav/adv)