TENGGARONG – Tangis haru keluarga pecah saat rombongan jemaah haji asal Kutai Kartanegara (Kukar) tiba di Halaman Masjid Agung Sultan Sulaiman Tenggarong. Wajar saja, ini menjadi momen bahagia keluarga dan jemaah haji melepas rindu setelah berpisah selama 40 hari.
Seperti yang dirasakan Bakhtiar, salah satu jemaah haji asal Tenggarong. Rasa bahagia tiada tara, saat dia bisa berjumpa kembali dengan anak dan kerabat yang menjemputnya bersama sang istri. “Alhamdulillah nikmat sekali ibadah haji tahun ini,” ujarnya.
Dengan wajah berseri, Bakhtiar menceritakan pengalamannya berada di tanah suci Makkah dan Madinah. Cuaca ekstrem memang menjadi momok dirinya dan jemaah haji lainnya selama menunaikan rukun Islam kelima. Tidak main-main, cuaca terik di Makkah mencapai 40-45 derajat celsius, bahkan Madinah lebih panas lagi 50-52 derajat celsius.
Tak heran, banyak jamaah Indonesia yang terserang batuk dan flu. Saking panasnya Bakhtiar sempat kehilangan suara. Untuk mengakalinya, ia bersama jemaah lain diminta mengurangi aktivitas yang kurang penting. Hanya ibadah-ibadah haji inti saja yang dilakukan. “Panasnya bukan main, hampir semua jemaah sakit,” ungkapnya.
Namun, itu semua tak bisa dibandingkan dengan nikmatnya bisa kembali melihat Kakbah dari dekat, setelah 2 tahun tertunda akibat pandemi Covid-19. Mengobati kerinduan sekaligus membuatnya semakin menikmati ibadah hajinya kali ini, setelah sempat umrah pada 2012 lalu.”Walaupun masih dibatasi, ada pagar-pagar pembatas, ada jam-jamnya,” ungkapnya lagi.
Selain cuaca ekstrem yang menguji fisik dan daya tahan tubuh, tantangan lain yang harus dihadapi pria yang masih aktif sebagai Sub Seksi Pengaduan Masyarakat (Kasubsi Dumas) Polres Kutai Kartanegara ini, dirasakan saat perjalanan pulang ke Tanah Air.
Pesawat yang ditumpangi mengalami goncangan hebat akibat turbulensi, hingga membuat dirinya dan sejumlah jemaah haji ketakutan. “Ada goncangan (turbulensi) di pesawat, sampai-sampai kepikiran anak yang sendirian di Kukar. Sampai koper ada yang mau jatuh, karena pas hujan juga,” bebernya.
Bakhtiar bisa menabung untuk berhaji pada 2011 setelah mendapat uang dari seorang dermawan asal Desa Separi Kampung. Berbekal uang Rp 60 juta, ia mantap mendaftar haji berdua bersama istri.
Dengan niat yang kuat, akhirnya ia menjadi 1 diantara 241 jemaah haji yang diperbolehkan berangkat tahun ini. Dan menjalankan ibadah yang dianggap sebagai penyempurna sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
“Ibadah haji itu kan panggilan, jadi walaupun kita banyak harta dan banyak semuanya tapi kalau tidak ada panggilan ya tidak mungkin berangkat juga,” tutupnya. Sebanyak 164 jemaah haji asal Kukar yang tergabung dalam Kloter 5 Embarkasi Balikpapan berangkat pada Ahad (26/6/2022) lalu, dan menjalankan ibadah haji selama 40 hari. (afi)