spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Guru Mas’ud Berpulang

Catatan Rizal Effendi

INNALILLAHI wa innailayhi raaji’uun, KH Syekh Mas’ud Husain Al-Hasani, yang akrab dipanggil Guru Mas’ud meninggal dunia Selasa (10/5) dinihari, setelah dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Beriman Balikpapan. “Abah kami berpulang ke Rahmatullah, Selasa dinihari sekitar pukul 00.29 Wita di RSUD Beriman,” kata Ustaz Vicky Al-Munsyid mengabari saya sekitar 30 menit setelah Guru berpulang.

Beberapa hari sebelum meninggal saya sempat membesuk Guru Mas’ud dan bertemu dengan sanak saudara beliau.  “Pak Gubernur dan Pak Wali juga sempat menengok dan mendoakan beliau,” kata saudara wanita beliau kepada saya.

Sebelum dirawat di RSUD Beriman, Guru Mas’ud juga sempat dirawat RS Siloam paska menjalan operasi. Gubernur Kaltim Dr Isran Noor yang menengoknya optimis Gur Mas’ud diberikan kesembuhan oleh Allah SWT. “Waktu itu keadaan beliau cukup sehat. Ternyata Allah punya keputusan lain, ya kita harus menerima dan mendoakan beliau husnul khatimah,” kata Isran, yang intens berkomunikasi dengan Guru Mas’ud selama ini.

Menurut saudara perempuannya, Guru Mas’ud mulai sakit-sakitan setelah istri beliau, Hj Kustaniah meninggal dunia, Oktober tahun 2020 lalu. “Beliau sangat kehilangan, sehingga kondisi kesehatan beliau berangsur drop,” jelasnya.

Ratusan pentakziah berdatangan ke rumah duka di kawasan Lamaru, Balikpapan Timur Selasa pagi kemarin. Jalan menuju rumahnya diberi nama dirinya, Jl KH Syekh Mas’ud Husain Al-Hasani.  Hadir juga melayat  Wali Kota Rahmad Mas’ud dan sejumlah pejabat Pemkot Balikpapan. Setelah disalatkan dengan imam Romo KH Haris Abdillah, jenazah Guru Mas’ud dimakamkan di kompleks rumahnya berdampingan dengan makam istri beliau.

Pemakaman sempat tertunda menunggu kedatangan Menteri Pertanian Prof Syahrul Yasin Limpo dari Jakarta. Belakangan juga datang melayat Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin, mantan ketua DPRD Andi Burhanuddin Solong,  dan Sekretaris Nasdem Balikpapan  Andi Ahmad Yani. Gubernur Isran tampaknya tidak sempat datang karena  berada di luar daerah.

Guru Mas’ud meninggal dalam usia 65 tahun. Ia dilahirkan di Balikpapan, 17 Maret 1957.  Ayahnya, Letkol (Purn) Husain Al-Hasani , salah satu pejuang kemerdekaan. Ketika meninggal dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Dharma Agung. Guru Mas’ud meninggalkan 5 anak dan 7 cucu. Saya sempat hadir dalam perkawinan putri pertama beliau, Nissa pada  tahun 2012. Kemudian istri saya, Ny Arita hadir di perkawinan putri kedua Guru Mas’ud, Maharani karena saat itu saya sedang tugas ke luar daerah.

 GURU SPIRITUAL POLITIK

Selain pimpinan pondok pesantren (salah satu pondoknya Nurusa’adah di Kutai Timur), Guru Mas’ud juga dikenal sebagai tokoh spiritual, yang menjadi rujukan dari sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat yang  berkarier di jalur politik. Bahkan Guru Mas’ud, yang juga sebagai ketua Perhimpunan Rakyat Asli  Kalimantan (Perak)  sendiri pernah didorong ke pemilihan gubernur Kaltim.

Gubernur Isran Noor  termasuk yang rutin datang ke Guru Mas’ud. “Hampir setiap berada di Balikpapan, Pak Gubernur ke sana,” kata seorang staf. Bahkan Gubernur sempat diajak Guru Mas’ud berziarah ke makam Syarifah Maryam di Pulau Tukung. Ia menjelaskan Syarifah Maryam masih dzurriyah Nabi, yang menyebarkan Islam di Kalimantan termasuk di Kaltim.  Beliau meninggal dalam kecelakaan di laut, sehingga dimakamkan di sana. “Perjuangan beliau diteruskan oleh sejumlah ulama di antaranya Datuk Palambayan (Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari),” kata Guru Mas’ud.

Selain Gubernur Isran, Menteri Pertanian Prof Syahrul Yasin Limpo juga beberapa kali singgah ke rumah Guru Mas’ud. Dalam pemberitaan  tribunkaltim.co.id,  Guru Mas’ud juga disebutkan sering berkomunikasi dengan Megawati dan Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan. Bahkan dia meminta anak-anak  angkatnya yang berkarier di politik mencontoh dan belajar dari fenomena Jokowi sebagai  pemimpin yang amanah, peduli rakyat serta memiliki inovasi dan kepedulian untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat.  “Lambat laun rakyat menilai bahwa dia layak menjadi pemimpin masyarakat,” tambahnya.

Soal amanah ini yang selalu ditekankan Guru Mas’ud kepada murid-muridnya. “Utamakan kepentingan rakyat dan jangan sombong kalau sudah terpilih. Seorang pemimpin itu pada waktunya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt,” katanya.

Dia mencontohkan ada beberapa tokoh dan pejabat yang mengaku muridnya minta didoakan menjadi menteri dan kepala daerah. Tapi setelah berhasil, malah mengaku tak pernah kenal dirinya dan tak pernah datang lagi ke rumahnya. “Ini contoh kalau seseorang  itu tidak amanah.  Dia jadi sombong dan lupa diri,”  kata Kiai Mas’ud.

Menjelang masa jabatan saya kedua, Guru Mas’ud sempat hadir dalam acara Balikpapan Bersalawat, yang diadakan dalam rangka merayakan Hari Jadi  ke-119 Kota Balikpapan, di Lapangan Merdeka, 27 Februari 2016. Pemkot didukung Bankaltimtara mengundang Habib Syech Abdul Qodir Assegaf dari Solo dan Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf dari Pasuruan.

Waktu itu Balikpapan kesulitan air bersih. “Dengan bersalawat kepada Rasulullah, segala doa kita insyaallah diijabah oleh Allah Swt. Insyaallah hujan akan turun membawa berkah untuk kota kita,” kata Guru Mas’ud.

Belakangan ini setelah purnatugas, saya beberapa kali bertemu Guru Mas’ud. Keluarga beliau ternyata akrab dengan orangtua saya, Suhaimi sebelum meninggal. Kadang-kadang bertemu dalam acara arisan antarpensiunan. Jadi kami seperti berkeluarga.

Ketika saya meninggalkan rumah duka menjelang zuhur, saya lihat sekeliling rumah Guru Mas’ud tumbuh subur sejumlah tanaman di antaranya jagung dan daun katuk, yang sering dibuat sayur bening. Saya merasa itu gambaran Guru Mas’ud yang selama hidupnya menyebar kebeningan dalam membimbing dan mendoakan anak-anak angkatnya menjadi pemimpin. Insyaallah beliau diterima Allah Swt dalam keadaan husnul khotimah. (***)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img