SAMARINDA – Setiap tanggal 15 dari bulan pertama penanggalan Tionghoa, menjadi puncak perayaan tahun baru Imlek. Setelah 2 minggu rentetan acara tahun baru, akhirnya Cap Go Meh pun dilaksanakan.
Cap Go Meh sendiri adalah istilah dari bahasa Hokkien yang berarti malam kelima belas. Untuk merayakan itu, pernak-pernik seperti lampion warna -warni, serta busana merah menjadi ciri khas Tionghoa sekaligus acara tersebut.
Di Samarinda, Cap Go Meh dimulai sejak jam 06.00, sebagaimana di daerah lainnya. Usai berdoa dan segala persiapannya, para iringan kenong dan simbal hingga barongsai berkeliling melakukan pertunjukan.
Uniknya, perayaan ini tidak hanya dinikmati oleh etnis Tionghoa saja. Seperti halnya Bachtiar, sebagai orang Jawa dan beragama Islam, ia tetap ikut menonton jalannya pertunjukkan barongsai.
Di Klenteng Thien Le Kong, Jalan Yos Sudarso, Samarinda pada Rabu (12/2/2025) malam, Bachtiar dan para warga lainnya memadati Klenteng untuk menonton satu per satu iringan barongsai menampilkan pertunjukkannya.
“Ini pertama kali, ikut menonton Cap Go Meh. Rasanya seru, bisa menonton barongsai, biasanya hanya nonton di tv,” ujar Bachtiar.
Begitupun dengan Annisa, warga di sekitar Klenteng yang turut memeriahkan Cap Go Meh. Alasannya biasanya ada bagi-bagi Angpao. “Cari Angpao,” katanya bercanda.
Namun memang ini sudah menjadi rutinitas bagi warga di sana. Seperti halnya Annisa yang sudah berkali-kali menonton pertunjukkan Cap Go Meh. Sebab menjadi satu hal yang ditunggu ketika tahun baru Imlek tiba, sekaligus juga dapat menikmati pertunjukan tersebut yang hanya ada setahun sekali.

Lantas ada juga Philips Alexander, salah satu pengiring barongsai. Dengan tampilan khasnya bewarna biru, Alex, mengatakan event seperti ini memang ditunggu setiap tahunnya.
“Mulai sepanjang jalan dari pagi, sejak matahari terbit hingga terbenam, tentu Cap Go Meh selalu menjadi event yang menarik dan cukup ditunggu setiap tahunnya,” jelasnya kepada Media Kaltim.
Bukan tanpa halangan, cuaca Samarinda yang belakangan sering turun hujan, menjadi tantangan bagi pengiring barongsai. Akan tetapi, Alex mengaku cukup senang, pada tahun ini, Cap Go Meh bisa berjalan cukup lancar.
Padatnya warga yang ingin menonton dan pula ikut memeriahkan. Menjadikan acara Cap Go Meh tidak hanya dimiliki oleh Etnis Tionghoa saja, tetapi juga menjadi milik bersama warga Samarinda.
Di tahun ular kayu ini, para pengunjung yang berdoa di kelenteng mengharapkan segala kebaikan. Setidaknya untuk menjumpai tahun yang akan datang dengan segala keberuntungan. “Semoga beruntung,” tutup Alexander.
Pewarta: K. Irul Umam
Editor: Nicha R