PENAJAM – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Penajam Paser Utara (PPU) keberatan bila ada kesenian dan kebudayaan lokal tidak masuk dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN). Salah satunya seni Tari Ronggeng Paser dan Tari Arang Juwata yang juga asli Paser.
Kepala Disbudpar PPU, Andi Israwati Latief menuturkan IKN pindah ke Kaltim, tentu masyarakat di Kaltim akan ikut berubah maju, memberi berkah bagi pengembangan lainnya. Termasuk destinasi objek wisata budaya adat dan kearifan lokal di Kalimantan bisa tetap dilestarikan.
Dia berharap dengan banyaknya kegiatan di Titik Nol IKN, agenda rakyat dan kearifan lokal di Kaltim secara keseluruhan bisa tetap dilestarikan lewat penyajian agar kesenian di daerah ini semakin dikenal dunia.
“Termasuk pentas tari, semua dilakukan dalam rangka melestarikan warisan leluhur yang mana membuat masyarakat lokal ikut terlibat di dalamnya,” ujarnya, Kamis (1/9/2022).
Sebelumnya, Pemerintah Pusat melalu akun resmi Instagram IKN_ID memperkenalkan ragam kebudayaan tarian-tarian khas dari Kaltim. Mulai Tari Gantar dari Suku Dayak Tunjung dan Benuaq, Tari Hudoq dari Suku Dayak Bahau dan Modang, Tari Leleng dari Dayak Kenyah, serta Tari Gong dari Dayak Kenyah.
Dari keempat tari yang diperkenalkan tersebut, tarian khas Paser luput dari daftar. Diketahui sumber dari postingan itu ialah kutaikartanegara.com. Postingan itu lantas membuat Disbudpar PPU keberatan dan melalui akun resminya memberikan komentar untuk memasukkan dua tari khas di PPU, yaitu Tari Ronggeng Paser dan Tari Arang Juwata Paser.
“Harusnya ada, perlu dikomunikasikan saja dengan baik lewat rilis. Apa terlupakan atau seperti apa,” sebut Israwati.
Karena usai membaca rilis berita tersebut, menurut dia, informasi itu hanya dari sudut pandang kabupaten tetangga saja. Yang memang berbagi wilayah dengan PPU menjadi lokasi IKN. Meski begitu, tetap disayangkan kebudayaan dari PPU tidak turut masuk dalam daftar.
“Sebenarnya kalau berbagi wilayah untuk IKN, memang kurang berimbang pemberitaannya dan info dari laman web kutaikertanegara.com ini,” sebut dia.
Israwati dengan jajarannya bakal segera menindaklanjuti persoalan ini. Agar ke depannya tidak berulang kejadian serupa dan kebudayaan dari PPU bisa turut diperkenalkan.
“Ini sebenarnya sebatas info budaya dari sudut pandang mereka yang di Kukar. Kalau mau kita juga bisa merilis dari sudut pandang kita. Tapi nanti saya rapatkan dengan bidang kebudayaan terkait hal ini,” tutup Israwati. (sbk)