spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dihantam Puting Beliung dan Badai, Speed Boat Terbelah Dua di Teluk Balikpapan, Korban Terombang Ambing Tanpa Pelampung

BALIKPAPAN – Cuaca sedang panas-panasnya ketika Syahril, 54 tahun, dihubungi kerabatnya yang merupakan seorang agen speed boat. Ia diminta menjemput 20 warga negara asing (WNA) di perairan Teluk Balikpapan. Kabar baik yang sudah lama dinanti-nantikan itu segera disanggupi tanpa basa-basi.

Selasa, 2 Maret 2021, sekira pukul 14.00 Wita, Syahril membuang langkah kakinya lebar-lebar meninggalkan rumah kontrakan di Kelurahan Baru Tengah, Balikpapan Barat. Bersiap bertolak ke dermaga speed boat di Gang Batu Arang, Baru Tengah. Mempersiapkan segala penjemputan.

Sebelumnya, ia lebih dulu berpamitan dengan istrinya, Syahrifah Marlina, 42 tahun. Termasuk kedua anak kesayangannya yang masih kecil. “Bapak buru-buru sekali perginya kemarin itu,” kata Syahrifah di kediamannya, Rabu, 3 Maret.

Salat Isya masih berlangsung di masjid saat sebuah pesan dari Syahril masuk ke akun WhatsApp Syahrifah. Isinya adalah sebuah foto, menggambarkan Syahril yang bertelanjang dada tengah berbaring di atas speed boat.

Syahrifah membalas pesan tersebut selang sejam kemudian. Ia menanyakan kapan Syahril pulang. Namun pesan yang dikirimkan ibu dua anak tersebut hanya ditandai centang satu. Syahrifah tidak terlampau khawatir. Karena yang ia tahu suaminya hendak ke tengah laut. “Mungkin di sana susah jaringan,” tuturnya.

Barulah beberapa menit kemudian Syahril menelepon Syahrifah. Namun, di ujung sambungan, sang suami menggambarkan hal mengerikan. “Tolong! Saya tenggelam. Kasih tahu Boy (agen speed boat),” pesan Syahril seperti ditirukan Syahrifah. Berdasarkan riwayat panggilan di ponsel Syahrifah, telepon Syahril ini masuk pukul 21.46 Wita. Sejak saat itu Syahril tak dapat dihubungi.

Sesaat kemudian, suasana di kediaman Syahrifah berubah mencekam. Sambil menitikkan air mata, perempuan paruh baya ini belari-lari kecil ke dermaga speed boat yang berjarak 500 meter dari rumahnya. Mencari Boy, sebagaimana yang dipesankan suaminya. Namun yang dicarinya tak pernah ada.

“Orang-orang di dermaga bilang jika Boy ada di Pasar Pandan Sari. Saya langsung minta diantar pakai motor ke sana. Tapi di sana juga enggak ada si Boy itu,” ucap Syahrifah.

Tak berhasil menemui Boy membuat pikiran perempuan berkulit putih ini semakin kalut. Ia kemudian balik ke dermaga. Meminta motoris speed boat di sana mencari Syahril. Panggilan telepon dan pesan singkat dari para kerabat tak henti-hentinya masuk ke ponsel Syahrifah. Para kerabat terus menanyakan kabar Syahril.

Di sela-sela banyaknya panggilan, ada sebuah panggilan dari nomor tak dikenal muncul. Panggilan ini datang setelah 58 menit Syahrifah menerima telepon dari Syahril. Di balik sambungan, seorang pria mengabarkan telah selamat dari kecelakaan laut. Syahrifah kenal betul suara pria tersebut. “Itu suami saya,” sebutnya.

Kabar tersebut benar-benar membuat Syahrifah lega. Namun rasa cemas terus menggelayuti. Sepanjang malam ia tidak tidur. Sampai akhirnya Syahril tiba di rumahnya pada Rabu, 3 Maret, pukul 11.00 Wita. Syahrifah tak lagi bisa membendung air mata. Ia bersama anak-anaknya segera memeluk Syahril.

“Saya enggak pernah kebayang hidup tanpa Bapak. Bagaimana saya merawat anak-anak yang masih kecil ini. Alhamdulillah, Allah SWT sangat sayang sama kami,” tutur Syahrifah sambil tersedu-sedu.

Terombang-ambing Tanpa Alat Bantu
Setelah Syahril berkumpul lagi bersama keluarga kecilnya, ia menceritakan kecelakaan laut yang dialaminya kepada Syahrifah. Sang istri lantas mengisahkan ulang peristiwa seram itu kepada awak media ini.

Selasa malam, 2 Maret 2021, sekira pukul 20.00 Wita, Syahril berangkat dari dermaga di Baru Arang ke Motor Vessel (MV) Eurydiki. Kapal tanker minyak tersebut berada di tengah perairan Teluk Balikpapan. Syahril menggunakan speed boat bermesin dua. Kapasitas speed boat ini mampu mengangkut 20 penumpang.

Syahril tak sendiri. Ada dua speed boat berjenis sama, juga bertolak ke MV Eurydiki. Masing-masing kapal super cepat tersebut hanya membawa seorang motoris.

Sesampainya di MV Eurydiki, speed boat yang dikendarai Syahril ditumpangi 11 orang. Speed boat satunya diisi sembilan penumpang. Sedangkan speed boat yang lain hanya membawa barang-barang milik penumpang. Semuanya WNA. Kebanyakan dari Ukraina. Ada juga Rusia. “Semua penumpang ini sudah pakai life jacket, termasuk dua motoris teman Bapak. Cuma Bapak yang enggak pakai life jacket,” kata Syahrifah.

Setelah semua penumpang dan barang sudah masuk, ketiga speed boat tersebut berjalan beriringan ke Pelabuhan Semayang di Balikpapan. Namun, di tengah perjalanan, angin puting beliung tiba-tiba datang. Diiringi badai dan hujan. Ombak besar menyusul menghantam ketiga speed boat itu.

“Hanya kapal pembawa barang yang selamat,” urai Syahrifah. Celaka, kapal pembawa barang itu melaju terus ke tujuan, tanpa mengetahui adanya kecelakaan air.

Akibat hantaman tersebut, speed boat yang membawa para penumpang patah menjadi dua bagian. Para penumpang bersama motoris pun telempar ke laut. Sebagian bertahan dengan jaket pelampung. Sebagian lagi berpegangan dengan badan speed boat. Di saat inilah Syahril mengabari sang istri jika dirinya dalam bahaya. Termasuk mengirimkan sinyal darurat kepada kapal di sekitarnya melalui radio. “Enggak lama setelah itu tenggelam sudah kapalnya Bapak,” cerita Syahrifah.

Tak adanya benda untuk bertumpu membuat Syahril kesulitan bertahan di tengah laut. Ia kemudian membuang semua pakaiannya, termasuk ponselnya, agar tidak menambah beban dirinya. Ia lalu berenang-renang kecil untuk tetap bertahan.

“Setelah sejam lebih terombang-ambing di laut, baru datang kapal yang menyelamatkan mereka,” tandas Syahrifah.

Bantuan Berdatangan
Kapal yang menyelamati Syahril bersama yang lainnya adalah MV Manalagiasa dan Tugboat Mulia 7. Kapal tersebut memberi pertolongan setelah menerima sinyal darurat yang dibuat para korban. Oleh pihak kapal tersebut, kecelakaan air ini dilaporkan kepada Kantor Pencarian dan Pertolongan kelas A atau Basarnas Balikpapan.

“Laporan kami terima pukul 22.20 Wita. MV Manalagiasa membawa 12 korban. Sedangkan TB Mulia 7 membawa 11 korban,” kata Kepala Seksi Operasi Basarnas Balikpapan, Octavianto.

Mendapat laporan tersebut, Tim SAR gabungan, terdiri dari Basarnas, TNI dan Polri, berangkat ke MV Manalagiasa dan Tugboat Mulia 7, pukul 22.34 Wita. Di sana mereka melakukan evakuasi para korban.

“Pukul 04.00 Wita, sembilan penumpang berhasil di bawa ke Pelabuhan Semayang. Sisanya menyusul pada pukul 11.00. Jadi semua korban sebanyak 23 orang selamat semua,” sebutnya.

Para korban WNA lalu dibawa ke Hotel Zurich untuk menjalani peristirahatan. Sedangkan dua motoris yang juga menjadi korban memilih pulang ke rumah masing-masing.

“Para korban WNA ini mau menjalani tes PCR di Balikpapan untuk bisa naik pesawat. Kemudian mereka mau ke Jakarta,” tandas Octavianto.

Setelah itu, para WNA ditangani Kantor Imigrasi Kelas 1 TPI Balikpapan. Kepala Seksi Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Balikpapan, Verico Sandi, belum mengetajui tujuan para WNA ini di Kota Minyak. Sebab, sampai tadi siang, petugas Imigrasi masih melakukan pemeriksaan.

“Kami masih belum tahu masih. Karena masih menunggu data yang lengkap terkait maksud dan tujuan kedatangan orang asing ini,” singkat Verico. (kk)

Artikel dari kaltimkece.id, jaringan mediakaltim.com

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti