spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Budaya Lokal dan Global Bisakah Berjalan Berdampingan?

TENGGARONG – Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya dan keanekaragaman yang luar biasa. Terdapat ratusan budaya yang tersebar di berbagai provinsi, yang merupakan aset berharga yang harus dilestarikan untuk menjaga identitas bangsa. Keberagaman ini mencerminkan kekuatan dan karakter bangsa, dan sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk merawat tradisi dan kebudayaan lokal yang diwariskan oleh nenek moyang.

Tradisi bukan hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga sebagai dasar dari moralitas dan tata nilai dalam berinteraksi. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin kuatnya pengaruh globalisasi, banyak nilai-nilai tradisional yang mulai terkikis. Di kota-kota besar, budaya lokal sering dianggap kurang relevan dan lebih banyak ditinggalkan demi mengikuti tren atau gaya hidup modern.

Saat ini generasi muda yang berpartisipasi dalam kegiatan budaya semakin jarang. Sebagian besar dari mereka lebih tertarik dengan teknologi, media sosial, atau hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan zaman. Ironisnya, meskipun teknologi dan media sosial memberikan banyak manfaat dalam hal konektivitas dan akses informasi, mereka sering kali justru memisahkan kita dari akar budaya kita sendiri. Meskipun di satu sisi, media sosial memberikan dampak positif dengan mempermudah individu untuk berinteraksi lebih luas, memperluas jaringan sosial, serta memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan murah.

Pemuda tidak harus memilih antara budaya lokal atau global. Keduanya bisa berjalan berdampingan, asal ada kesadaran dan nilai sebagai pegangan. Budaya lokal bukanlah warisan masa lalu yang ketinggalan zaman, melainkan aset bangsa yang bisa diolah, dikemas, dan dikenalkan ke dunia dengan cara yang kreatif dan relevan. Di sinilah peran pemuda sebagai agen perubahan menjadi penting.

Dengan memegang nilai-nilai Pancasila, pemuda dapat menjadi pemimpin yang adaptif terhadap modernitas, tetapi tetap berpijak pada akar budayanya sendiri. Misalnya, seorang kreator konten bisa mempromosikan budaya lokal melalui platform digital dengan gaya yang menarik generasi muda. Seorang pengusaha muda bisa mengangkat produk-produk tradisional ke pasar global tanpa kehilangan makna lokalnya.

Nasionalisme tidak lagi berarti menolak budaya asing, tetapi mampu menyaring, memilah, dan memanfaatkan budaya luar tanpa mengorbankan jati diri bangsa. Dengan semangat nasionalisme yang cerdas dan nilai Pancasila yang membumi, pemuda Indonesia bisa menjadi penggerak utama dalam merawat budaya lokal sekaligus membawanya ke panggung dunia.

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, seperti ketidakadilan sosial, kesenjangan ekonomi, dan konflik antarbudaya, penting bagi kita untuk menjaga semangat nasionalisme. Semangat ini harus terus dipupuk demi persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai. Kesadaran akan keberagaman bukan hanya sekadar pengakuan akan perbedaan, tetapi juga menjadi pendorong bagi kita untuk saling mendukung dan menghargai satu sama lain.

Teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk melestarikan kebudayaan tradisional. Generasi muda yang melek teknologi dapat menciptakan konten digital seperti video, artikel, atau podcast yang mempromosikan kebudayaan tradisional. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dapat digunakan untuk memperkenalkan seni dan tradisi kepada audiens yang lebih luas, baik di dalam maupun luar negeri.

Budaya lokal adalah bagian dari jati diri. Saat pemuda menjaga dan mengenalnya, mereka tahu siapa mereka, dari mana mereka berasal, dan apa nilai-nilai yang membentuk mereka. Di tengah arus globalisasi dan budaya pop yang mendominasi (K-pop, Western culture, dll.), budaya lokal bisa tenggelam. Pemuda berperan penting untuk jadi benteng agar budaya sendiri tidak hilang dan tetap eksis.

Budaya lokal sangat kaya: dari bahasa, musik, tarian, hingga kuliner. Pemuda bisa mengolahnya jadi hal kreatif—fashion etnik, musik kontemporer berbasis tradisional, konten media sosial, dll. Dengan menjaga budaya lokal, pemuda membantu menciptakan saling pengertian antar daerah. Ini memperkuat rasa toleransi dan menghargai keberagaman budaya di Indonesia. Budaya juga merupakan warisan untuk generasi selanjutnya. Setiap generasi punya tanggung jawab menjaga estafet peradaban budaya. “Budaya bukan hanya warisan masa lalu, tapi hadiah untuk masa depan.”

Di era globalisasi, di mana interaksi antarbangsa semakin intens dan cepat, identitas nasional menghadapi berbagai tantangan. Banyak budaya asing yang masuk dan berkembang di masyarakat, yang dapat mengancam nilai-nilai dan tradisi lokal.

Dalam menghadapi tantangan globalisasi, generasi muda harus bijak dalam memilih apa yang sebaiknya generasi muda pertahankan dan apa yang bisa generasi muda adaptasi tanpa kehilangan jati diri. Menjaga tradisi tidak berarti menutup diri dari dunia luar, tetapi bagaimana generasi muda menyesuaikan diri tanpa mengorbankan nilai-nilai luhur yang telah membentuk siapa generasi muda. Ini adalah tugas bersama—baik pemerintah, masyarakat, maupun generasi muda—untuk menjaga keseimbangan ini demi masa depan budaya generasi muda.

Keberagaman ini harus dilihat sebagai kekuatan yang mampu menyatukan kita dalam upaya menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera. Dalam hal ini, kolaborasi antar pemuda dari berbagai latar belakang sangatlah penting. Dengan bekerja sama, kita dapat mengatasi berbagai tantangan yang ada, membangun jembatan pemahaman, dan merangkul perbedaan sebagai bagian dari identitas kita sebagai bangsa.

Menjadi pemuda Indonesia hari ini berarti siap menghadapi dunia, tapi tidak melupakan asal-usul. Budaya lokal bukan untuk dilestarikan dalam museum, melainkan untuk dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari, dikembangkan, dan dikenalkan ke dunia.

Dengan kepemimpinan yang berpijak pada Pancasila dan nasionalisme yang adaptif, pemuda dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Mereka bisa menjaga budaya lokal tetap hidup dan bermakna, sembari menjelajah dunia dan membawa identitas Indonesia dalam setiap langkahnya.

Disusun oleh :

1. SITI HALIJAH, S.IP

2. ANASTASIUS JIMI, S.Hut, M.SI

3. ERWIN SURYAWIRAWAN, S.P

4. HAMLI BADILLAH, S.ST

5. LINDA JUNIARTI, ST.MT

 

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img