KELOMPOK Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) menggelar kuliah umum dan seminar nasional membahas kesiapan Kaltim dalam ketersediaan pangan, khususnya menyambut Ibukota Negara (IKN), Rabu (23/11) di gedung rektorat Universitas Mulawarman.
Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Herman Danrel Ibrahim, yang memaparkan soal ketahanan energi.
Namun ada hal menarik yang disampaikannya, yakni mengenai ketidaksetujuannya jika di wilayah IKN akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Menurutnya, nuklir selain investasinya mahal, juga memiliki risiko bagi penduduk sekitar. Padahal menurutnya kita punya energi yang cukup.
Jika sampai otorita atau kebijakan dari pusat untuk rencana tersebut di IKN, membangun PLTN. Ini bisa menjadi ancaman untuk masyarakat sekitar IKN. Masyarakat sekitar yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam menurutnya harus paham dulu , pelajari dulu yang benar. PLTN punya implikasi lain, pertanian sekitarnya bisa terkena dampak.
“Saya kurang setuju dengan nuklir. Dalam pemaparan tadi saya memperlihatkan bahwa tanpa nuklir, kita tetap bisa penuhi. Nuklir ini menurut saya investasinya mahal, dan harga energinya juga mahal. Jadi Kaltim ini berhati-hati ya kalau di IKN nanti mau buat karbo netral tapi yang mau dibuat PLTN. Masyarakat harus paham dulu , pelajari dulu yang benar. PLTN punya implikasi lain, PLTN itu berisiko, pertanian itu habis semua. Makanya KTNA tidak mendukung nuklir, karena nuklir itu kalau aman saja tetap berisiko,” terangnya.
Dijelaskannya, jika dibangun PLTN, butuh lahan luas untuk safety dan security. Karena nuklir itu 10 mill atau 16 kilometer saja dari pusatnya, itu daerah yang tidak akan aman untuk tinggal dan bertanam. Karena itu posisi nuklir memang harus wilayah yang terisolasi dan jauh dari pemukiman dengan lahan yang harus sangat luas.
Senada dengan itu, Ketua Umum KTNA, Yadi Sofyan Noor juga mengatakan, Kaltim memiliki banyak sumber energi yang bisa dipakai. Masih banyak lahan produktif seperti eks tambang, eks HPH yang bisa digunakan, tanpa harus ada PLTN.
“Mendengar soal PLTN tentu membuat kita resah dengan segala resikonya, apalagi kalau kita bicara masalah pembangunan pertanian, kita mendengar soal itu, ya cukup tidak nyaman. Karena kita di Kaltim sudah menyiapkan program pangan kita kedepan. Kita ingin Kaltim menjadi sumber hortikultura dan buah-buahan di Indonesia. Lahan masih luas dan potesinya masih luas untuk menjadi tempat produksi pangan,” ucap Ketua KTNA.
Tentu saja keresahan itu ada, karena KTNA sudah membuat konsep untuk persiapan IKN. Tujuh kabupaten/kota mulai dari Paser, PPU, Balikpapan, Samarinda, Kukar, Bontang hingga Mahulu disiapkan untuk mengambangkan hortikultura dan tanaman buah-buahan. (me)