SAMARINDA – Industri minyak dan gas bumi (migas) serta tambang dituding menjadi biang kerok meningkatnya kasus Covid-19 di Kaltim. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pun dinilai gagal total mengentaskan pandemi. Pemkot Balikpapan membantah keras penilaian tersebut.
Lembaga Bantuan Hukum Samarinda menggelar webinar bersama sejumlah awak media, pada Selasa (10/8/2021). Mengevaluasi PPKM menjadi agenda pembahasannya. Direktur LBH Samarinda, Fathul Huda Wiyashadi, menjadi pemantik acara.
Kegiatan dimulai dengan pemaparan kasus Covid-19 di Kaltim sejak 8 Juli sampai 9 Agustus 2021. PPKM darurat dan level IV yang berlangsung di sejumlah daerah di Bumi Etam, masuk dalam periode tersebut. Selama 33 hari itu, berdasarkan data yang dihimpun LBH Samarinda, terdapat 2.179 kasus meninggal dunia dan 50.523 kasus terkonfirmasi positif di Benua Etam.
Sedangkan 33 hari dari 5 Juni hingga 7 Juli 2021, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kaltim, hanya ada 219 kasus meninggal dunia dan 9.656 kasus terkonfirmasi positif. Dari angka-angka tersebut, itu artinya, selama PPKM darurat dan level IV, kasus meninggal naik hampir 10 kali lipat dan kasus positif naik nyaris 6 kali lipat.
Melihat kenaikan yang amat tinggi tersebut, Direktur LBH Fathul Huda menyimpulkan, PPKM yang digagas pemerintah sama sekali tidak efektif mengentaskan pandemi. “Pemerintah telah gagal memenuhi hak dasar rakyatnya, yaitu menjamin kesehatan masyarakat,” jelas pendiri posko pengaduan masalah Covid-19 di Kaltim ini.
Hasil penyelidikan LBH Samarinda mendapati, pekerja migas di PT Pertamina (Persero) RU V, Balikpapan, dan pertambangan menjadi kelompok penyumbang kasus Covid-19 terbanyak di Kaltim. Indikatornya, dilihat dari daerah yang memiliki kasus Covid-19 tertinggi. Hampir semua daerah yang memiliki kasus tertinggi di Kaltim, sebut Fathul, pasti memiliki pertambangan dan industri migas.
“Di Balikpapan, yang rata-rata kasus hariannya 400, ada kilang. Kemudian Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Berau, di sana ada tambang batu baranya,” sebutnya.
Area Manager Communication, Relation, and CSR PT Pertamina RU V, Ely Chandra Peranginangin, belum menjawab konfirmasi terkait Pertamina penyumbang kasus Covid-19 terbanyak. Pesan singkat yang dikirim media ini hanya dibaca Ely dengan tanda centang biru.
Melihat kondisi tersebut, LBH Samarinda memberikan beberapa usulan untuk memperbaiki kondisi kesehatan di Kaltim. Pertama, tutup pertambangan. Pasalnya, sektor pertambangan dinilai tidak memberikan faedah yang signifikan. “Selain menyumbang kasus Covid-19 terbanyak, tambang juga merusak lingkungan,” ucap Fathul.
Kedua, aktivitas di sektor migas harus dikurangi. Kemudian meningkatkan kegiatan pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan atau yang dikenal 3T terhadap penderita virus corona. Fathul sangat yakin, 3T menjadi kunci suksesnya menangani pandemi.
Yang lebih penting lagi, sambung Fathul, pemeri ntah harus mengganti PPKM dengan program yang lebih ekstra menangani pandemi. Bila tidak, korban kegananasan Covid-19 diyakini akan semakin banyak, dan kejahatan akibat pandemi, seperti pemalsuan hasil medis, semakin merajalela. Dampak terburuknya, penjarahan akan terjadi di sini.
“Sampai kampr*t bermutasi jadi cebong, enggak akan pernah berhasil itu PPKM menangani pandemi,” kelakar Fathul. “Sebenarnya gampang saja menanganinya, karena sudah ada UU Kekarantinaan Kesehatan. Tinggal itu saja yang diikuti,” tandasnya.
Wali Kota Balikpapan, Rahmad Masud, membenarkan bahwa Pertamina RU V menyumbang kasus positif Covid-19 terbanyak di Balikpapan. Namun, dia menegaskan, bukan pekerja migas yang berkasus Covid-19, melainkan kontraktor refinery development master plan (RDMP) yang banyak terpapar Covid-19. Dia memastikan, Pemkot Balikpapan telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menekan kasus pandemi di Pertamina.
“Memang benar. Inilah risiko Balikpapan sebagai daerah transit. Kemudian ada proyek vital nasional (RDMP) di sini. Kami tidak bisa menyalahkan. Tapi kami sudah memerintahkan untuk menerapkan protokol kesehatan di sana,” kata Rahmad, Rabu, 11 Agustus 2021.
Mengenai PPKM tidak efektif menekan kasus pandemi, Rahmad membantahnya. Dia hakulyakin, PPKM banyak memberikan kontribusi dalam penanggulangan virus corona di Kota Minyak. “Kalau dibilang enggak efektif, buktinya kasus di sini ada penurunan,” kuncinya kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com. (kk)