spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tugu Mirip Rudal di Taman Dekat Jembatan Mahakam di Samarinda

SAMARINDA – Dua tugu berdiri tegak hingga mencolok di pandangan di tengah-tengah taman berukuran 4 hektare. Kedua bangunan kembar itu berdiri dengan jarak 50 meter. Bentuk mereka seperti pilar dengan ujung yang lancip. Yang satu berwarna cokelat, satunya lagi kuning. Di bagian bawah dan puncak kedua tugu dilapisi logam yang berkilauan. Alas tugu tersebut adalah bundaran dengan rumput yang baru ditanam.

Kedua tugu dengan tinggi 8 meter itu berdiri di Taman Jalan Slamet Riyadi, Kecamatan Sungai Kunjang. Masih ada pagar seng yang menutup taman ini dari jalan besar. Menurut keterangan yang terpampang di papan proyek, pembangunan taman pada 15 April 2020-5 Desember 2020. Selaku kontraktor adalah PT Mari Bangun Persada Spesialis.

“Sejak April ini, tugu itu sudah berdiri,” kata Reza Haris, 29 tahun, yang menjaga toko kasur di seberang taman tersebut. Wujudnya disebut sekilas seperti sebuah roket. Sejumlah julukan lain sempat tersebut di media sosial. Warganet menamakan tugu ini “Rudal Korea Utara”, “Pensil Alis”, “Penangkal Petir”, hingga “Tusuk Gigi Titan”.

Kepada kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Samarinda, Nurrahmani, memberikan penjelasan. Menurut Yama, sapaannya, tugu tersebut hanya sebagian kecil dari proyek pembangunan Taman Jembatan Mahakam. Tugu tidak dibangun sendirian melainkan sudah satu konsep dengan pembangunan taman.

Yama menambahkan, dua tugu tersebut sebenarnya sun dial atau jam matahari. Penunjuk waktu ini memakai pergerakan matahari di meridian (garis khayal permukaan bumi). Ketika diterpa sinar matahari, bayangan dari tugu akan menunjukkan waktu.

“Pembangunan tugu dan taman dimulai sejak kepemimpinan wali kota Syaharie Jaang,” kata Yama. Akan tetapi, karena belum selesai, pembangunan dilanjutkan pada periode kepemimpinan Wali Kota Andi Harun.

Adapun anggaran pembangunan Taman Jembatan Mahakam ini diperkirakan Rp 14,6 miliar. Taman disebut berdiri di atas lahan seluas 4 hektare. Namun demikian, Yama mengaku, baru sekitar 2 hektare lahan yang dikerjakan sejak April 2020 karena anggaran yang terbatas.

“Penganggaran baru cukup untuk pembangunan dari STA 0-400. Sudah sekitar 60 persen (progres) dari total anggaran yang dibayarkan,” terangnya. DLH menambahkan, masih menunggu kepastian anggaran dan hasil review untuk melanjutkan pembangunan. September mendatang, pagar seng yang mengitari taman akan dilepas. “Insya Allah, mudah-mudahan bisa dipergunakan,” harapnya. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti