NUSANTARA – Presiden Joko Widodo mengungkapkan alasannya memberikan pengarahan kepada pejabat TNI dan Polri di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, yang digelar Kamis ini.
“Kenapa saya mengajak untuk pertemuannya di IKN? Yang pertama, memang saya ingin semuanya melihat IKN, melihat progres kota masa depan itu seperti apa, melihat semangat transformasi itu seperti apa, agar apa? Agar semangat transformasi yang ada itu bisa bapak ibu bawa pulang ke daerah wilayah untuk dikembangkan di daerah masing-masing,” ujar Presiden.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa IKN memang dirancang sebagai kota masa depan, mulai dari gedung, transportasi hingga penyediaan energi.
“Di sini gedungnya harus green buiding, di sini transportasinya harus transportasi hijau, pemakaian listrik yang kita ada sekarang ini dari energi hijau. Itulah masa depan dunia, dunia semuanya menuju ke sana semuanya dan kita ingin juga menuju ke sana, tetapi mendahului dari yang lain,” ucap Presiden.
Jokowi pun menyatakan setiap pemimpin pasti memiliki cita-cita dan mimpi besar yang ingin diraih, misalnya mewujudkan pembangunan Indonesia Sentris dalam rangka pemerataan dan keadilan.
“Kita tahu setiap pemimpin pasti memiliki cita-cita pasti memiliki visi, pasti memiliki mimpi besar yang ingin diraih. Misalnya, mewujudkan pembangunan Indonesia Sentris dalam rangka pemerataan dan keadilan, bukan hanya Jawa Sentris tetapi Indonesia Sentris,” ujar Presiden.
Kemudian, lanjut Presiden, juga cita-cita mewujudkan Indonesia Emas di 2045.
“Dua puluh tahun yang akan datang target kita, kita sudah mencapai GDP per kapita 23.000 dolar AS. Untuk apa mewujudkan Indonesia Emas 2045? Untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa dan di mana untuk menggapai itu tidak jarang kita mempertaruhkan banyak hal karena keputusan-keputusan besar apapun itu pasti ada risiko, pasti ada tantangan,” kata Presiden Jokowi.
Dalam arahannya, Presiden juga menekankan bahwa perpindahan ke IKN bukan sekadar pindah istana, gedung maupun tempat kerja, tetapi yang paling penting adalah ada perubahan pola pikir dan budaya kerja.
“Keinginan besar kita adalah ada perubahan pola pikir kita, mindset kita, ada perubahan pola kerja kita, ada perubahan budaya kerja kita, yang kita inginkan itu. Dari yang tidak efisien jadi efisien, dari yang mutar-mutar menjadi cepat, ada target waktu. Dari yang berbelit-belit menjadi simpel dan sederhana,” ucapnya.
Presiden pun melanjutkan, “Karena sudah sering saya sampaikan, ke depan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Bukan negara besar mengalahkan negara kecil, tidak. Negara cepat akan mengalahkan negara yang lambat.” (ant/mk)