ANGKA tak pernah bohong. Survei resmi yang dilakukan Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kota Bontang menunjukkan 90,7 persen warga puas terhadap kinerja 100 hari Wali Kota Neni Moerniaeni dan Wakil Wali Kota Agus Haris.
Survei ini digelar 21–26 Mei 2025 dengan metode Computer Assisted Web Interviewing (CAWI). Menjangkau 739 responden dari 15 kelurahan. Hasilnya: 90,7 persen puas, 7,8 persen netral, hanya 1,5 persen tidak puas.
Capaian tertinggi ada pada program pengentasan kemiskinan ekstrem. Dari data awal 1.600 jiwa, Pemkot hanya menyisakan 149 jiwa (42 KK) masuk kategori miskin ekstrem. Angka yang patut diapresiasi, apalagi dicapai hanya dalam 100 hari.
Program Zero Miskin Ekstrem ini dijalankan serius. Validasi dilakukan langsung di lapangan. Bantuan Rp1,5 juta per keluarga disalurkan secara rutin dengan melibatkan Baznas, LAZ, dan mitra perusahaan. Tidak sekadar formalitas.
Kepala DSPM Bontang, Toetoek Pribadi Ekowati, menegaskan pentingnya pemutakhiran data dan pemantauan berkelanjutan. “Kita cegah kemiskinan ekstrem muncul lagi. Program ini bukan proyek seremonial,” ujarnya.
Wali Kota Neni bahkan turun langsung ke rumah warga. “Saya mulai dari 40 KK, saya datangi satu per satu. Saya ingin pastikan mereka tidak hanya sekadar dicatat, tapi juga dibantu untuk keluar dari kemiskinan,” tegas Wali Kota Neni Moerniaeni dalam peluncuran program “Kick Off Zero Miskin Ekstrem”, pada 28 Mei lalu. Ia menambahkan, langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo.
Wakil Wali Kota Agus Haris pun menekankan pentingnya pengawalan dan pelibatan masyarakat. “Semua program harus sampai ke bawah. Itu cara kami bekerja.”
Di luar pengentasan kemiskinan, duet Neni–Agus juga meluncurkan 17 program prioritas. Mulai dari Kartu Bontang Pintar (Rp1 juta untuk siswa, Rp2,5 juta untuk mahasiswa), revitalisasi Waduk Kanaan, layanan kesehatan gratis bagi warga yang ulang tahun, Jumat Bersih, makanan bergizi untuk balita, hingga program religius seperti Salat Subuh Berjamaah dan Wajib Belajar pukul 19.00–21.00.
Namun, semua capaian ini baru awal. Rakyat Bontang menunggu bukti lanjutan. Bahwa janji kampanye tak berhenti di 100 hari. Bahwa kepercayaan publik dibayar dengan kerja nyata, bukan sekadar seremoni.
Momentum kepercayaan publik ini harus dimanfaatkan. Bukan untuk euforia, tapi untuk tancap gas lebih kencang. Jangan sampai lambat. Jangan sampai macet di tengah jalan.
Saya percaya, jika kepemimpinan ini tetap mendengar, terbuka, dan berani ambil keputusan strategis, maka Bontang bukan sekadar tumbuh, tapi benar-benar melesat.
Kepercayaan publik adalah modal besar, tapi sekaligus ujian terberat.
Setelah pujian, rakyat menunggu pembuktian. Konsistensi. Keberanian. Dan kemauan untuk menyelami sampai ke dasar persoalan.(*)
Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.